Janji

417 33 5
                                    

Fanfic-!

.
..
...

Seorang gadis beranjak dari kasurnya dan berjalan ke arah kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi. Ia membuka keran dan membasuh mukanya agar bisa melihat dirinya di kaca.

"Hah? Apa ini?" Pandangannya tertuju pada bulatan tak beraturan berwarna merah yang ada di bagian bawah lehernya. Ia terus melihat dan mengingat kejadian semalam.

---

Tadi malam

"Mmm, cio.." erangan Sandra saat gracio mengecup dan membuat kiss Mark di lehernya.

"Kenapa? Apa aku terlalu terburu-buru?" Gracio menghentikan permainannya.

Sandra menggelengkan kepala dan memberikan isyarat untuk melanjutkan malam yang panas itu.

---

"What the fuck!" Sandra memandangi wajahnya dengan tatapan kaget serta kecewa.

Ia tidak menyangka tadi malam terjadi sesuatu yang tidak pernah Sandra bayangkan. Mereka berdua melepaskan status gadis dan perjakanya secara tidak sengaja. Sandra mengunci pintu dan duduk bersandar di belakang pintu. Ia menangis tersedu-sedu karena kegadisannya telah direnggut oleh gracio.

"Aku gagal..." Ia menundukkan kepalanya dan tangisannya berlanjut setengah jam.

Disisi lain, di tempat gracio tidur.

Gracio terbangun karena mendengar suara tangisan. Ia mencari sumber suara dan berakhir di kamar mandi miliknya. Ia mengetuk pintu perlahan.

Tok tok

"Sayang? Kamu didalam?" Tidak ada jawaban yang muncul. Tangisan pun berhenti seketika saat gracio berbicara.

Gracio sangat yakin bahwa pacarnya ada di dalam. Ia terus mengetuk pintu dan membujuk pacarnya keluar.

"Babe? Kamu jangan nyimpan beban sendiri. Ada aku disini. Kalau kamu ga mau cerita gapapa. Tapi keluar ya? Aku tunggu di meja makan," ucap gracio lalu pergi meninggalkan Sandra yang masih hancur perasaannya.

Ia tidak percaya bahwa kejadian tadi malam benar-benar terjadi. Mungkin ciuman saja sudah cukup. Tapi kegadisan? Menurut Sandra itu berlebihan. Bahkan tidak seharusnya terjadi.

Sandra kembali berdiri dan menghadap kaca. Ia melanjutkan rutinitas paginya lalu berjalan ke ruang makan dengan lesu. Pagi itu Sandra tidak memiliki selera makan. Tapi karena sungkan, ia tetap mengikuti sarapan pagi itu.

Di meja makan sudah ada Gracio, Christian, dan om Jonathan a.k.a papa Gracio. Tante kamilla, Mama Gracio sedang menyiapkan makanan untuk disantap. Sandra memilih untuk menghampiri Tante kamilla.

"Masak apa ma?" Sandra mendekat ke sebelah Tante kamilla.

"Eh sayang, ini mama lagi manasin soto. Tadi Chris yang beli."

Sandra melihat kuah soto itu mendidih. Sama seperti kepalanya yang tak hentinya memikirkan dosa semalam.

"Hey, jangan bengong. Mending duduk aja sama yang lain. Ini bentar lagi juga jadi," Tante kamilla menyuruh Sandra duduk.

Sandra menurut dan berjalan ke arah kursi di sebelah Chris dan duduk di kursi itu. Gracio merasa sedikit aneh, biasanya Sandra selalu bersemangat saat sarapan dan selalu duduk di sebelahnya. Tapi pagi ini Sandra menjauhi gracio. Gracio berpikir bahwa Sandra sedikit lelah, jadi ia tidak protes tentang perlakuan Sandra padanya.

Tante kamilla datang dengan soto yang sudah siap. Sandra memegangi perutnya mual saat melihat kuah soto itu. Tetapi ia menunjukkan ekspresi biasa dan memakan soto itu. Sandra menghabiskan sotonya dan pergi ke kamar gracio. Ia membuka pintu balkon kamar dan memandangi pemandangan taman belakang rumah gracio.

Gracio Untukku [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang