Chapter 12

417 49 8
                                    

Sekumpulan bintang menggantung terang di ufuk biru keunguan. Semalaman itu, baik Lan Wangji dan Wei Wuxian sama-sama tidak bisa tidur. Rasa gelisah menyergap hati masing-masing tanpa memahami apa sebabnya dan bagaimana mengatasinya.

Mungkin di masa-masa kala mereka sering berjumpa dalam mimpi, hati keduanya tak pernah segugup ini. Dalam mimpi itu, mereka sangat dekat dan akrab dengan cara yang mudah dan mengalir.

Pada akhirnya mereka mengatakan pada diri masing-masing bahwa begitulah mungkin sepasang kekasih menjalani takdirnya. Bisa berjumpa dan jatuh cinta di mana saja, dan cinta tetap akan menjadi misteri yang seseorang tak akan pernah tahu di mana sesungguhnya cinta itu berada.

🌸🌸🌸

Cahaya keemasan jatuh di atas wajah tampan Wei Wuxian ketika dia berdiri ragu di depan galeri Sakura.

"Kau yakin dia ada di sini?" gumamannya mengayun di antara semilir angin pagi, menoleh pada Jiang Cheng di sampingnya. Sepupunya itu mendesah keras, dia sedikit goyah karena rona ketidakpercayaan Wei Wuxian membuat dirinya juga lambat laun jadi ragu.

Apa kemarin dia hanya melihat ilusi?

Atau jangan-jangan dia salah?

Bukan Lan Wangji yang itu yang dilihat Wei Wuxian dalam mimpi. Siapa tahu orang yang hadir dalam mimpi dan dicintai sepupunya setengah mati itu ternyata pemuda yang berparas rata-rata.

Menautkan alisnya, Jiang Cheng mempertahankan dugaannya agar tidak surut.

"Sudahlah! Lihat saja sendiri. Kalau salah orang, aku minta maaf. Hanya kau yang melihat wajahnya. Mana bisa aku mengintip ke dalam mimpimu." Jiang Cheng menarik tangan Wei Wuxian dan berjalan menapaki halaman.

Dedaunan dan kelopak sakura berguguran di antara kepak sayap burung merpati. Sekawanan kumbang berkeliaran mencari dengan sia-sia serbuk sari yang mekar. Pagi musim gugur kali ini terasa hangat.

Suara letupan kerikil kecil di bawah telapak kaki membawa kembali kenangan Wei Wuxian pada kedamaian dan harapan baru, memicu jiwanya keluar dari bayangan gelap.

Siapa tahu, mungkin Jiang Cheng berkata benar. Mungkin Lan Wangji, secara ajaib, memang ada di dalam sana.

Beberapa langkah menuju pintu masuk galeri, masih berdiri di antara bayang-bayang pohon, Wei Wuxian dan Jiang Cheng menghentikan langkah.

Dari dalam galeri, seorang pemuda tinggi tampan dan seorang remaja tanggung berjalan ke luar.

Pandangan mereka bertemu.

Wei Wuxian melihat pemuda itu berdiri di hadapannya dengan jubah putih. Gumpalan es yang menyelimuti hatinya seketika mulai mencair di terpa sinar matahari pagi. Mereka berdiri mematung, berpandangan, seperti hantu sepasang kekasih di mana tempat pertemuan mereka adalah dunia mimpi.

Dulu, saat keduanya sama-sama terjaga, mereka terpaksa harus kembali merasuki tubuh yang nyata, meskipun mimpi-mimpi itu terus berlanjut, sempat terhenti, tetapi tak pernah hilang.

Wei Wuxian melangkah maju dengan keanggunan seorang tuan muda, tetapi hasrat dalam dirinya tidak jauh berbeda dengan seorang pemuda barbar.

Dia selalu membayangkan bersandar di dada si pemuda impian, dan saling memeluk merasakan kehangatan.

Di pihak lain, Lan Wangji sudah putus asa dan berjuang menerima kenyataan bahwa dirinya dan Wei Wuxian tak akan bisa bersatu. Namun perjumpaan tak terduga ini membangkitkan kembali kilasan mimpi demi mimpi. Hatinya menemukan kedamaian dari kehadiran Wei Wuxian. Tatapan dari mata indahnya, membebaskan jiwa Lan Wangji dari rasa khawatir, mencegahnya tenggelam dalam pikiran buruk dan kesedihan yang menghancurkan.

𝐃𝐫𝐞𝐚𝐦 𝐖𝐞𝐚𝐯𝐞𝐫 (𝐖𝐚𝐧𝐠𝐱𝐢𝐚𝐧) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang