"Sepertinya akhir-akhir ini aku melihatmu tampak akrab dengan Jiwoong-hyung, ya, Hao-hyung."
"Eh?" Zhang Hao menghentikan sebentar langkahnya, lalu kembali melanjutkan saat pemuda Sung yang tampan itu mulai kembali mengambil langkah.
Saat ini keduanya tengah berjalan menuju ke ruang Osis. Setelah tiba di ruangan yang dituju, Hanbin membuka pintu dan berjalan masuk, diikuti oleh Zhang Hao di belakangnya. Mereka memilih menikmati makan siang yang dibawanya dari kantin di sana.
Di sela-sela menikmati roti favoritnya, suara Hanbin kembali terdengar. "Bahkan kalian terlihat selalu pergi ke kantin bersama setiap jam istirahat siang." ia mendengus halus, "Kenapa kali ini tidak?"
Sejenak, Zhang Hao tampak berpikir. Kemudian matanya melebar saat tahu ke mana arah pembicaraan ini. Sempat ia meminum jus jeruknya sebelum menjawab, "Ah, aku memang pergi ke kantin bersama Jiwoong-hyung akhir-akhir ini. Kalau sekarang, itu karena dia tidak mengajakku ke kantin seperti biasa." ujar Zhang Hao apa adanya.
"Jadi, kalau dia mengajakmu lagi, kamu mau, begitu?" berusaha bersikap santai, Hanbin bertanya datar. Ia kembali memasukkan potongan roti terakhirnya ke dalam mulut, lalu mengunyahnya.
"Tidak juga."
Entah kenapa pemuda manis itu merasa bahwa Hanbin tidak suka jika melihat kedekatan antara ia dan Jiwoong. Atau mungkin, itu hanya perasaannya saja? Tetapi, kenapa juga pemuda Sung itu malah repot-repot menanyakan hal yang tidak penting begitu?
"Hanbin-ah kenapa bertanya tentang ..." Zhang Hao menjeda. Ia menelan ludah gugup saat atensi Hanbin tertuju padanya. "Itu ... tentang aku dan Jiwoong-hyung, ya?"
"Karena aku tidak suka Hao-hyung terlalu akrab dengannya." balas Hanbin cepat. Masih dengan ekspresi wajahnya yang datar. Tangan kanannya bergerak mengambil tisu di saku celana, membersihkan tangan dan mulutnya.
Tidak suka?
"Kenapa?" Zhang Hao tidak dapat menahan diri untuk tidak bertanya. Meski ditatap dengan begitu tajam, namun rasa penasaran mengalahkan rasa takutnya.
"Kenapa?" ulang Hanbin. "Kenapa Jiwoong-hyung mengajakmu ke kantin bersama?" bukannya menjawab, ia malah balik bertanya. Tak peduli raut wajah Zhang Hao yang cemberut karena tidak mendapat jawaban darinya.
"Hanbin-ah!" Wajah Zhang Hao mengerut kesal saat ini. Mulutnya terbuka, namun tidak ada kata yang keluar setelahnya. Dalam hati ia bertanya, Hanbin kenapa, sih?
Memang selama seminggu belakangan ini Pemuda manis akui bahwa ia sering diajak Jiwoong untuk makan siang di kantin bersama. Namun, itu karena ia tidak dapat menolak seniornya. Terlebih, Zhang Hao bisa mendapatkan makan gratis karena Jiwoong mentraktirnya tanpa perlu ia mengeluarkan uang sepeser pun. Lagi pula, siapa yang bisa menolak gratisan? Lantas, kenapa Hanbin merasa perlu untuk tahu tentang hal itu?
Juga Zhang Hao berpikir bahwa itu hal yang wajar.
Ada apa dengan Hanbin?
"Kenapa?" lagi, pertanyaan itu kembali pemuda tampan itu ajukan.
Zhang Hao masih diam.
"Kamu tahu kenapa dia hanya mengajakmu?" suara Hanbin kembali terdengar. Ia mencondongkan tubuh ke depan, lalu menautkan jari jemarinya di atas meja. Ia melanjutkan, menekankan setiap suku katanya. "Karena dia menyukaimu! Jatuh cinta padamu!"
Zhang Hao tercengang mendengarnya. Beberapa kali matanya terlihat mengerjap. Ucapan Hanbin barusan tidak masuk akal baginya. Sebentar kemudian, ia tertawa kecil, kepalanya menggeleng. "Tidak mungkin!"
Mata Hanbin menyipit, terdengar dengusan kasar. "Kamu saja yang tidak menyadarinya, Hao- hyung!" ketusnya.
"Aku rasa Hanbin telah salah menebak." Zhang Hao tertunduk, saat tatapan Hanbin menajam. Meski begitu ia tetap melanjutkan, "Jiwoong-hyung mengajakku ke kantin adalah karena dia ingin curhat saja." akunya.
"Curhat?" Hanbin tampak tidak percaya. "Mustahil. Dia suka padamu, tahu!"
Astaga! kok, sikap Sung Hanbin aneh begini, sih?
Zhang Hao tidak ingin mengatakan hal ini, sebenarnya. Entah mengapa, kali ini ia merasa perlu memberitahukan kebenarannya. Terlebih, pemuda sung itu sedang menuntut jawabannya. Padahal, Jiwoong tidak mungkin jatuh hati padanya - menyukainya - karena Jiwoong telah lebih dulu jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Matthew, sahabatnya!
Alasan Jiwoong mengajaknya makan siang juga karena ingin curhat padanya tentang dia yang naksir Matthew, bagaimana kiranya untuk bisa mendapatkan hati pemuda dengan senyuman secerah sinar matahari itu. Makanya, Zhang Hao merasa bahwa ucapan Hanbin sama sekali salah.
Juga Jiwoong yang merasa bahwa ia bisa dijadikan teman curhat meski dirinya sendiri tidak berpengalaman.
"Hanbin-ah begini ..." Zhang Hao menjeda hanya untuk menghela napas berat. "Jadi, Jiwoong-hyung itu hanya sekadar curhat saja padaku. Dia ternyata telah jatuh cinta pada Matthew. Begitu." ungkapnya terus terang. Dengan begini pembicaraan yang tidak jelas akan berakhir.
"Benarkah?" alis Hanbin bertaut. "Jadi Jiwoong-hyung tidak suka padamu, ya?" mengangguk kecil beberapa kali, lalu mendesah lega. "Syukurlah, kalau begitu."
"Maksudnya?"
"Kupikir dia menyukaimu." Hanbin mengangkat bahunya, lalu melanjutkan, "Ternyata aku keliru. Baguslah, karena aku tidak ingin dia sampai jatuh hati padamu."
Zhang Hao makin tidak mengerti. Raut wajahnya menunjukkan kebingungan yang kentara.
Hanbin berdecak, "Hao-hyung tidak paham?"
Zhang Hao menganggukkan kepala sebagai jawaban.
"Dengar. Aku hanya akan mengatakannya sekali. Jadi, dengarkan baik-baik." Hanbin menarik napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Ia menatap pemuda manis itu tepat di mata. "Aku tidak mau kalau Hao-hyung sampai menjalin hubungan lebih dengan Jiwoong-hyung. Karena aku suka padamu, telah jatuh hati padamu."
ungkap Hanbin, nada suaranya melembut."Apa?!" suara Zhang Hao sedikit meninggi karena terkejut. Ia sampai menggebrak meja tanpa sadar. Zhang Hao meringis, saat Hanbin memelototinya.
Jadi, Hanbin suka padanya, ya?!
Menelan ludah gugup, Zhang Hao berkata, "Bisa diulangi lagi?"
"Kubilang dengarkan baik-baik, 'kan?" Hanbin melipat kedua tangan di dada, nada suaranya ketus. "Tidak ada pengulangan!"
"Hanbin-ah!"
Alih-alih menjawab, Hanbin malah bangkit berdiri dari duduknya dengan santai, dan mulai melangkah meninggalkan ruangan. Senyum tipis tercipta di wajahnya. Baru saja ia mengatakan tentang rasa sukanya, dan itu membuatnya lega. Namun Zhang Hao malah meminta untuk mengulangi ucapannya itu.
Tidak tahu, 'kah, dia bahwa ia gugup dan berdebar?
Zhang Hao hanya bisa menatap kepergian Hanbindalam diam. Perlahan, wajahnya terasa memanas, dengan jantung yang berdebar kencang. Ternyata sikap Hanbin yang aneh hari ini karena ia menyukai dirinya. Kenapa juga Hanbin tidak terus terang saja dari awal?
Ah, dasar tsundere!
***
Gimana ceritanya?
Ini pertama kalinya aku bikin cerita tentang BinHao!
Maaf ya jika ceritanya gak bagus dan aneh.Lanjut ke one-shot berikutnya atau tidak?
Terima kasih sudah membaca!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Us (BinHao One-Shot Collection)
FanfictionBerisi kumpulan cerita pendek tentang BinHao, yang berbeda-beda di setiap chapter-nya. One-Shot Khusus BinHao (Sung Hanbin x Zhang Hao) [The Story Of Us by Marvasha] [Cover by Pinterest] [Fan Fiction] [One-Shot] [AU] [Boys Love] [Slow Update]