01

557 34 2
                                    

'KRINGG

Suara jam alarm milik Mahendra berbunyi tepat di jam 07:00 dini hari. Ia membuka matanya, melihat di samping nya ada Sean yang tertidur pulas setelah menangis akibat kakinya terasa kram. Menyibakkan rambut yang menutupi wajah cantik milik Sean, dan mengecup keningnya perlahan.

Mahendra bangkit dari ranjangnya, membuka gorden kamar nya agar masuk cahaya matahari. Tak berselang lama ia mendengar lenguhan kecil yang siapa lagi kalau bukan Sean Gelael Rasendriya, anak semata wayang dari Mahendra Abimanyu Rasendriya. Ia tersenyum kecil lalu perlahan membangunkan nya.

"Sean, ayo bangun. Nanti om Jai datang sama Awan kamu malah belum mandi" ucap nya sambil mengelus pipi tembem Sean. Namun tak ada jawaban dari sang empu, membuat Mahendra gemas dengan tingkah laku anak semata wayangnya ini yang suka bermalas-malasan, rasanya ingin mengutuk Sean menjadi keong warna-warni saja.

"C'mon, Sean. Kalau ga bangun nanti ga Daddy beliin ice cream mint choco selama-lamanya!" Ancam Mahendra. Sontak yang di ancam langsung bangun dengan keadaan nyawa belum terkumpul sepenuhnya.

Sean menatap Mahendra samar-samar, jujur saja. Mata nya sangat berat, ingin sekali dirinya kembali memejamkan matanya dan kembali ke dunia mimpinya. Sean lelah sekarang, perlu istirahat.

Mahendra menatap malas kearah Sean yang sampai sekarang hanya duduk sambil memejamkan matanya. "Mau jadi Sleeping Beauty kamu? Cepetan mandi gih, om Jai lagi di lampu merah cepetan" suruh nya, ia sudah muak dengan tingkat kemalasan Sean yang terlalu tinggi. Mahendra menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Sean. Lalu pergi begitu saja.

Sedangkan Sean mengucek matanya lalu melihat punggung sang ayah nya yang mulai menghilang. "Daddy, lampu merah mana?! Di dunia ini banyak lampu merah lho!!" Teriak Sean. Tidak ada sautan dari Daddy nya, dengan cepat ia bangkit dari tempat tidur nya lalu mandi.

Mahendra kini tengah memasak sarapan untuk dirinya dan tentunya untuk putra tercintanya. Ia sudah mandi jam setengah enam tadi, lalu kembali tertidur. Itulah kebiasaan seorang Mahendra.

Ditengah acara memasaknya, Mahendra teringat akan masa lalu, dimana ia harus berjuang menjadi seorang Ayah sekaligus Ibu untuk Sean. Mengingat bahwa ibu dari Sean meninggal setelah melahirkannya akibat pendarahan. Disitu ia mulai berusaha menjadi orang tua yang baik untuk putra semata wayangnya, dan hingga detik ini ia masih bisa bernafas melihat Sean tumbuh tanpa seorang Ibu, membuat Mahendra bangga, tentunya ia juga bangga dengan dirinya sendiri yang mampu melewati semuanya tanpa bergantung kepada orang lain. Dan lihatlah, sekarang Sean tumbuh besar menjadi anak yang baik. Rasanya Mahendra ingin menangis sejadi-jadinya melihat Sean tumbuh dengan baik bersamanya. Dan sampai detik ini, Mahendra ingin menghabiskan setiap detik, menit, maupun jam bersama sang putra tercintanya, yang menjadi alasan utama mengapa Mahendra tetap bertahan hidup.

"Dad? Kok nangis? Padahal kan Daddy ga motong bawang, kok bisa nangis sih?!" Tanya Sean dengan ngegas. Sontak Mahendra terkejut melihat Sean yang tiba-tiba muncul di sampingnya dengan keadaan sudah rapi. Ia dengan cepat mengusap air matanya yang turun tanpa di sadari nya dengan kasar. Ia tersenyum kearah Sean seperti tidak terjadi apa-apa barusan.

"Makanan nya udah siap, ayo kita sarapan" Sean menggelengkan kepalanya. Ia tak ingin sarapan sebelum Daddy nya menjawab pertanyaan nya. Mahendra menghela nafas berat, kemudian mengelus rambut hitam Sean.

"I'm fine, my darling Sean. Don't worry about that" ucap Mahendra meyakinkan sang putra. Sean mendengus kesal, apapun yang terjadi pada Daddy nya pasti selalu mengatakan 'Aku baik-baik saja'. Persetan dengan kata-kata itu, Sean muak! Ia menghentakkan kakinya dengan keras menandakan bahwa Sean sedang kesal sekali. Mahendra hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Sean yang seperti anak kecil.

Beautiful Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang