Whirling Wind, Whispering Birds, and Descending Sun A Canvas of the Evening Sky

14 1 1
                                    

Angin menderu, burung-burung bersiul, dan mentari yang kian menurun menjadi objek dalam kanvas langit dikala perpindahan siang menuju malam. secangkir kopi dan alunan melodi yang tersusun dalam sebuah irama menemaniku menyaksikan hal tersebut. Sungguh tak adil rasanya, dikala isi kepala dipenuhi permasalahan hati ini malah takjub akan jingga yang menghiasi warna langit. Rasa bersalah pun mulai bergabung dalam isi kepala dimana seharusnya raga ini berada dalam suatu ruang berisikan orang-orang yang mempertanyakan hari esok.

entah sudah berapa kali lagu ini berputar-putar, namun raga ini masih enggan untuk kembali. bahkan sampai hati kecil berbisik hanya saja bisikan itu masih kalah oleh rasa cemas dan takut. tubuh yang diselimuti gundah gulana memintaku untuk menikmati kopi yang mulai dingin.

kulihat jam tangan sudah mendekati jam pulang kantor aku pun segera masuk dan membereskan pekerjaanku. entah mengapa aku serasa diawasi oleh tatapan orang-orang disekitarku. aku pun ingin segera pergi dari sana. akhirnya pekerjaanku selesai. setelah selesai, aku pun membereskan mejaku. lalu aku segera angkat kaki dari gedung berjumlah 51 lantai itu.

kukira penderitaanku sudah selesai di gedung itu saja, ternyata aku juga harus berurusan dengan antrean mobil yang entah mengapa secara tiba tiba ada di jalan ini. memang setiap harinya di jalan ini sering terjadi antrian mobil entah pagi siang malam selalu ada. memang seharusnya orang-orang itu mulai menggunakan kendaraan umum gumamku yang kesal dengan situasi ini sembari mengemudikan mobilku yang hanya aku saja didalamnya.

45 menit kuhabiskan waktuku dalam tarian tersebut sampai akhirnya aku bisa menginjakan kakiku di rumah, memang benar pepatah bilang home sweet home atau rumahku istanaku. aku pun membuka pintu dan mendapati istriku tertidur dengan celemeknya di ruang tengah. agak sedikit kecewa sih dimana ekspektasi aku disambut oleh dia dengan menggunakan baju dinas tapi boro-boro pake baju dinas disambut aja enggak.

Dengan perasaan layaknya bom yang akan meledak, aku membangunkannya. dalam keadaan masih setengah sadar, aku langsung memarahinya hanya karena tidak menyambutku pulang tanpa peduli apa saja yang telah dia lakukan selama aku pergi. karena kesal tanpa sengaja aku mencaci maki dia dengan lisan yang tak kujaga.

setelah mendengar cacianku bukanya bersedih atau ikut marah, istriku justru memelukku secara tiba-tiba dan membuatku merasakan sesuatu yang lembut dan hangat yang entah mengapa sedikit demi sedikit mencairkan amarahku layaknya salju yang mencair. Tak sampai disitu jemarinya yang kecil memulai gerakan-gerakan pancingan agar aku terpancing untuk mengikuti permainannya. aku pun menerima undangan tersebut dan membawanya ke arena pertempuran sesuai yang diinginkannya.

mentari mulai memancarkan auranya, aku pun terbangun oleh bisikan manja istriku yang ternyata sudah menyiapkan segalanya untukku. merasa senang aku pun mencium keningnya dan berterima kasih telah menyiapkan semua ini sendirian. tak ingin aku bahagia alam pun mengirimkan rintangan kepadaku dimana ban mobilku bocor, jalanan macet sehingga aku pun mengalami keterlambatan masuk kantor.

di meja ku sudah terlihat atasan menunggu kehadiranku lantas aku pun berlari dan sialnya aku terjatuh, rasa sakitku tidak seberapa dibanding rasa maluku dimana semua orang menutup mulut mereka agar tidak terlihat seperti menertawaiku walau ada dari mereka yang tidak bisa menahanya. aku pun segera bangkit. sesampainya disana seakan badai datang mulutnya membanjiriku dengan kalimat kalimat yang tak bermoral seakan-akan semua salahku.

jam istirahat berbunyi, aku yang tidak memiliki tenaga melangkahkan kakiku ke rooftop untuk menikmati angin di siang hari. aku menyandarkan punggungku ke tembok dan memposisikan yang enak. tanpa aku sadari seorang wanita duduk di sebelahku dan memulai percakapan denganku, dimana obrolan pertama adalah bahasan kesialanku hari ini. entah mengapa obrolan aku dengan dia nyambung padahal kita baru saja mengobrol maksudku memang dia berada di sebelahku walau begitu kami fokus akan pekerjaan masing masing.

Whirling Wind, Whispering Birds, and Descending Sun: A Canvas of the Evening SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang