.
.
.
.
.
#Criminal Part II #
By : Rhe Muliya Young
.
.
.
"Tou-san tidak bisakah datang kemari?"
"Tapi ada Hinata nee-san, kami merindukan Tou-san?"
"Baiklah kalau begitu jaga kesehatan ya Tou-san."
Hanabi menghela nafas lelah. Ia menyerah, tak mampu lagi membujuk ayahandanya untuk pulang dan sekedar bertemu. Ia menoleh kesamping tempat kakaknya yang sedang menikmati spa.
"Jadi, bagaimana?"
Hanabi cemberut, "Tou-san sedang sibuk, dan yah tidak bisa kemari." Ia merebahkan kembali badannya, merasa nyaman saat jari kakainya dipijat relaksasi.
Hinata memandang sendu sang adik. "Tidak apa-apa Hanabi-chan, kita bisa bersenang-senang hari ini, oh ya setelah ini apa?"
Hanabi kembali bersemangat, "ayo kita ke Tivoli Garden!"
.
.
.
Mereka berdua menyewa sepeda dan menghabiskan waktu mengelilingi taman yang terkenal di kota Copenhagen.
Setelah lelah bersepeda kakak beradik itu duduk di bangku sambil makan ice cream.
Hanabi bergelayut manja di lengan kakaknya. "Hinata nee-san, pindahlah kemari?"
Hinata tersenyum, "jika semua berjalan lancar, setelah lulus SMA Nee-san akan pindah kemari."
Mata Hanabi berbinar ceria, "Nee-san janji?" dan Hinata mengangguk mantap.
"Syukurlah, aku senang sekali, kita bisa berkumpul lagi, dan aku tidak kesepian lagi!" saking senangnya Hanabi, ia peluk erat kakaknya.
"Bukankah ada Kakek di sini?"
Hanabi menggelengkan kepalanya. "Membosankan jika bersama kakek, aku disuruh belajar, belajar dan belajar setiap hari, tidak bisa jalan-jalan."
"Eh, itu kan demi kepentinganmu juga. Ingat, dengarkan dan laksanakan nasihat kakek." Omel Hinata.
"Iya Nee-san, iya." Keduanya pun tertawa dengan lepasnya.
"Sepertinya kita harus belanja setelah ini?"
"Ayo!"
Setelah puas berbelanja, keduanya pun check out dari hotel dan pulang ke rumah mereka di Ebsjerg. Tujuannya untuk sekaligus berpamitan pada sang kakek.
.
.
.
Sekarang mereka sudah sampai di bandara untuk melepas kepulangan Hinata.
Seorang pria tua yang duduk di kursi roda tengah bersedih, "berhati-hatilah di sana Hinata, jaga diri baik-baik, seingat kakek di Jepang masih banyak kriminalitas."
Hinata bersimpuh untuk memegang tangan sang kakek, air matanya tak urung berderai, "iya jii-san, terimakasih. Hinata akan berusaha untuk menjaga diri dengan baik. Jii-san jaga kesehatan ya."
Hanabi yang sudah menangis dari tadi menubruk Hinata dengan pelukan, "Nee-san!"
"Jangan menangis Hanabi, hanya tinggal beberapa bulan lagi dan Nee-san pasti kembali." Hinata mengusap kepala dan mencium kening adiknya.