1

6 3 1
                                    

"Mingyuu!! Istrimu melahirkan sekarang!!" Teriakan menggema dari sekretaris Wen Junhui itu, mampu membuat Mingyu mengalihkan perhatian dari berkas berkas yang berserakan di meja kantornya.

"Kau serius ge!?" Tanyanya antusias dan diangguki oleh Jun. Tanpa berpikir panjang lagi Mingyu segera pergi menuju kerumah sakit.

Diperjalanan Mingyu berdecak kesal karena sebuah kecelakaan, membuat jalanan menjadi macet. "Sialan!"  Mingyu terus mengelakson mobilnya walaupun itu sia sia.

"Tak ada pilihan lain." Gumamnya. Dengan tergesa gesa Mingyu berlari meninggalkan mobilnya dan menuju rumah sakit.

Mingyu terus berlari tanpa memperdulikan dahinya yang terus menerus dibanjiri oleh keringat.

Setibanya dirumah sakit Mingyu harus menelan pil pahit, bahwa istrinya dinyatakan telah tiada dan anaknya sedang dalam kondisi kritis.

Mingyu duduk ditaman rumah sakit, ia tidak sanggup melihat istrinya telah meninggalkannya dan belum sanggup melihat anaknya dalam kondisi kritis.

Mingyu telah kehilangan semangat hidupnya dan tidak memiliki tujuan untuk hidup, setelah istrinya meninggalkannya.

Dilain sisi Mingyu sangat senang karna anak pertama mereka telah lahir, tetapi disisi lain Mingyu harus menerima kenyataan bahwa istrinya telah tiada.

"Kau harus tabah Mingyu, kau harus kuat." Choi Sooyoung selaku ibunya, ia menghampiri Mingyu yang terus melamun dan ikut duduk disamping Mingyu.

"Kau harus semangat Mingyu, kau masih memiliki seorang anak yang harus kau jaga." Sooyoung tersenyum kecil melihat respon Mingyu yang tersadar dari lamunannya.

Setelah mendengar eommanya ia kembali semangat untuk hidup, namun beberapa saat Kembali melamun.

"Kena-" Tanya Sooyoung yang menyadari Mingyu melamun lagi.

"Apa aku pantas menjadi ayah yang baik eomma? Aku saja tidak pantas menjadi sua-"

"Apa yang kau katakan?! Kau sudah pantas menjadi suami dan ayah Mingyu!!"

"Tapi aku gagal jadi suami untuk Hana, eomma." Sooyoung menatap sendu kearah Mingyu yang sedang menangis.

"Kau tahu eomma, Hana selalu kesakitan saat mengandung tetapi dia tak pernah memberitahuku dan Hana tidak baik baik saja saat dia masih mengandung. Aku baru di beritahu oleh dokter yang merawat Hana saat Hana sering pendarahan dulu."

"Aku sibuk bekerja di luar negri sampai aku melantarkan Hana begitu saja."

"Seharusnya aku menjaganya bukan meninggalkannya dan seharusnya aku ada disampingnya tadi saat proses persalinannya, tetapi aku tidak ada. Seharusnya aku ada eomma, seharusnya aku ada." Sooyoung tak mampu menahan air matanya untuk tidak keluar melihat Mingyu menangis.

"Mingyu dengarkan eomma, kau sudah menjadi suami yang hebat untuk Hana dan kau juga harus menjadi ayah yang hebat untuk anakmu."

"Tapi aku gagal eomma."

"Jika kau merasa gagal menjadi suami maka kau harus berhasil menjadi seorang ayah." Perkataan Sooyoung berhasil membuat Mingyu terdiam merenung.

Aku janji akan menjadi ayah yang hebat untuk putra kita Hana -- Mingyu

Choi Seungcheol menghampiri istri dan putranya, ia mengusap usap kepala putranya dan menggenggam tangan miliknya.

"Anakmu telah melewati masa kritisnya." Perkataan Seungcheol mampu membuat Mingyu tersenyum kecil dan tak lama kembali murung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Duda Choi MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang