OO; Prolog

8 1 0
                                    

Sepasang muda-mudi yang sedang duduk bersama disalah satu kafe dekat pusat kota yang seharusnya membahas satu topik penting tapi terlihat canggung satu sama lain. Mereka adalah Natya dan Natha. Sebenarnya, mereka sudah saling mengenal, seharusnya mereka bisa dengan cepat membahas topik penting itu lalu menyelesaikannya dengan cepat.

Dulu mereka sering ke kafe ini untuk membahas kegiatan sekolah bersama karena saat SMA, Nathan pernah menjabat ketua OSIS. Sementara Natya adalah mantan waketos diperiode sebelumnya.

Tapi kali ini berbeda. Yang mereka bahas bukanlah acara sekolah, melainkan perihal perjodohan. Siapa sangka kedekatan mereka yang sebatas teman dulunya, sekarang harus menjalin hubungan yang lebih dari sekedar teman biasa. Keduanya sama-sama memiliki beban yang besar. Keduanya harus bijak dalam melangkah agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Nat."

"Than."

"Lo duluan." Ucap Nathan.

"Oke. Gue mau tanya, kenapa lo setuju dengan perjodohan ini? Gue bahkan lebih tua setahun dari lo, kok lo mau sama cewe yang lebih tua? Lo bisa cari cewe yang seumuran. Toh, lo juga masih 21 tahun. Nikmatin masa kuliah lo, cari pengalaman, belajar yang bener, cari pasangan bisa kapan-kapan." Tanya Natya.

"Karena gue suka sama lo dari dulu." Jawab Nathan singkat.

"Lo ga bisa mengandalkan cinta semata dalam pernikahan, Than. Lo masih terlalu muda buat menikah. Apalagi menikahi perempuan yang usianya lebih tua daripada lo."

"Gue siap dengan segala konsekuensinya."

"Lo ga ngebet nikah kan, Than?"

Nathan tersenyum miring, "Gue bahkan ga pernah terbesit sekalipun dalam benak gue buat hidup berumah tangga, Nat. Lo sendiri tau gue kaya gimana pas SMA. Belajar, belajat, belajar. Organisasi, organisasi, organisasi. Hidup gue muter-muter terus disana."

"Ya terus kenapa lo terima perjodohannya?"

"Lo sendiri kenapa terima perjodohannya? Jangan-jangan lo suka gue."

"Sumpah! Gue kira Nathan yang lain. Yang namanya Nathan kan banyak, bukan lo doang."

"Tapi Nathan yang kaya gue cuman satu di dunia ini."

"Than, gue bakal bilang ke bokap gue buat batalin perjodohan ini. Gue ga mau kita hidup dalam tekanan."

"Natya Sienna Balqis, lo belum jawab pertanyaan gue. Kenapa lo nerima buat dijodohin?"

"Gue bilang, gue kira Nathan yang lain."

"Ga masuk akal, Nat. Bokap lo pasti ngasih foto gue ke lo. Bokap lo sendiri bilang kalo foto gue idah di liat sama lo."

Natya terdiam. Ia hanya bisa memainkan kuku jarinya berharap suatu ide muncul dalam pikirannya.

"Nat?"

"Eh? Iya kenapa? Ah... Maaf... Gue ga fokus."

"Jawab Nat pertanyaan gue."

"Untuk saat ini, gue ga bisa kasih tau Than... Gue-" ucapan Natya tak berlanjut.

"Kita lanjutkan perjodohan ini sampai gue tau alasan yang ga bisa lo kasih tau sekarang. Gue permisi."

Nathan membuat keputusan seolah tanpa beban. Begitu mudahnya ia mengucapkan kalimat itu pada Natya. Natya tak yakin, apakah Nathan benar-benar serius ketika mengucapkannya atau hanya sekedar main-main saja?

Lantas, bagaimana hubungan mereka setelah Nathan mengetahui alasan rahasia itu? Apakah Natha benar-benar akan meninggalkannya sekalipun ia tadi mengucapkan kalau ia menyukainya? Ucapan manusia tidak bisa dipercaya. Mulut berkata apa, hati berkata apa.

___

Nathan Pramudya Aksara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nathan Pramudya Aksara

Nathan Pramudya Aksara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Natya Sienna Balqis

*Selamat berhalu ria sahbat...*

AMERTA [Jaemin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang