Chapter 3

24 2 14
                                    

"Gimana kalo lu pacaran sama dia?" usul Rizky disertai senyum miring. "Bella pasti makin gak terima."

Galuh tercengang. Bagaimana bisa Rizky memiliki ide gila ini, sedangkan belum terhitung satu jam sejak ia memutuskan Bella. "Lu pikir gua buaya darat?" katanya tak habis pikir.

Rizky tertawa. Dia yang paling tahu bahwa Galuh adalah tipe cowok setia yang bucin hingga ke sum-sumnya. "Maksud gua, sekalian hancurin si Bella haha. Cewe ini anak kampus kita, 'kan? Pasti seru kalo Bella cemburu liat lu jalan sama cewek lain," jawabnya.

"Yang ada ntar malah si Bella yang ngancem cewe baru gua," sahut Galuh sambil menelisik gadis di meja sebelah. Mantannya itu termasuk cewek bar-bar yang tidak segan melabrak wanita lain. Apalagi Bella tidak terima dengan berakhirnya hubungan mereka.

"Iya juga sih," ujar Rizky di sela kunyahannya. "Tapi nih cewe jurusan apa ya? Gua kayak gak asing gitu." sambungnya yang hanya dijawab kedikan bahu oleh Galuh. "Oh! Gua inget! Dia cewek yang dapet julukan gadis berkerudung merah!"

"Hah? Dikata dongeng?"

Tawa Rizky menggelegar. "Iya, lu serigalanya," jawabnya di sela tawa, teringat akan dongeng masa kecilnya yang berjudul The Little Red Riding Hood. "Serigala berbulu domba," imbuhnya.

"Tai, lu!" umpat Galuh sambil melempar bungkus burgernya.

Setelah tawanya reda, Rizky melanjutkan, "Tapi cewe kayak dia gak bakal matre sih kata gua."

Galuh kembali mengamati perempuan itu. Kali ini dia setuju dengan pendapat temannya. Gadis ini berbeda dengan Bella. Dia tampil sederhana dengan kemeja hitam oversize, celana jeans, sneakers putih dan tak lupa kerudung merahnya. Tas ranselnya pun biasa saja. Bahkan laptop yang tengah ia pakai pun keluaran lama. Tidak ada satu pun barang mewah yang dia pakai. Sepertinya dia memang hanya fokus untuk kuliah. Tidak menginginkan popularitas ataupun pamer kekayaan. 

Namun luka di hati Galuh tidak sembuh semudah itu. Kendati kini ia sudah tidak memiliki perasaan apapun pada Bella, tapi dia pernah menyayangi gadis itu sepenuh hatinya. Dia pernah merencanakan masa depan yang indah bersamanya. Sayangnya angan-angan itu telah hancur bahkan sebelum terwujud.

Bukan sekali dua kali dia dimanfaatkan oleh wanita. Kebanyakan dari mereka hanya menginginkan popularitas dan uangnya. Mungkin untuk sementara, Galuh akan memilih untuk sendiri dulu. Ia harus lebih selektif dalam menentukan pasangan agar tak terjebak dalam hubungan toxic lagi.

Jika ditanya apakah Galuh menyesal telah menghamburkan uang untuk wanitanya? Jawabannya adalah tidak. Itu adalah salah satu bentuk love languagenya. Dan ketika hubungannya berakhir, dia menganggapnya sebagai sedekah. Ia yakin bahwa uang itu akan diganti berkali lipat oleh Tuhan.

Mungkin orang menganggap Galuh terlalu baik hati hingga mudah dimanfaatkan. Tetapi sebenarnya tidak begitu. Dia loyal hanya kepada orang-orang yang dia kasihi. Selebihnya, dia adalah orang yang perhitungan.

Bisa saja Galuh meminta semua yang telah dia berikan pada Bella untuk dikembalikan. Ia bahkan ingat, apa saja dan berapa harga masing-masing benda yang telah ia berikan. Namun Galuh terlalu malas untuk berurusan kembali dengan orang yang telah menyakiti hatinya. Toh semua uang itu bisa ia dapatkan kembali dengan mudah.

Anehnya, orang-orang yang pernah menyakiti Galuh, selalu bernasib sial. Padahal ia sama sekali tidak melakukan balas dendam atau apapun. Kandati bukan seorang religius, tapi ia percaya bahwa karma itu ada. Galuh hanya ingin tahu, akhir seperti apa yang telah semesta siapkan untuk Bella.

 Galuh hanya ingin tahu, akhir seperti apa yang telah semesta siapkan untuk Bella

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FrequencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang