Seseorang pernah mengatakan bahwa Hinata adalah mataharinya. Dia bilang, hanya dengan memandang perempuan itu saja, hari-harinya akan menjadi cerah. Seseorang yang kini disadari oleh Hinata bahwa dirinya seperti bulan yang indah juga manis. Bulan yang selalu menerima sinar matahari dengan harapan bisa menjadi penerang bagi bumi yang gelap.
Seseorang yang tengah dibicarakan ini bernama ...
Ootsutsuki Toneri.
Teman sekelas Hinata yang bisa dikatakan memiliki kekuatan dan ketahanan yang luar biasa. Dia katakan demikian karena menurut gadis itu, pemuda tersebut begitu kuat menghadapi pahitnya kehidupan dan tahan dalam ujian dunia yang menerpa. Hinata bahkan bersumpah bahwa dia tidak membual atau melebih-lebihkan.
Alasan dia mengatakan hal seperti itu, berawal dari tujuh tahun lalu. Ketika mereka duduk di kelas dua belas. Kala itu, Hinata dan Toneri sama-sama sedang menanti bus di halte. Liburan musim dingin akan tiba. Artinya suhu dingin akan lebih dahsyat menerpa bumi belahan ini. Remaja lelaki itu adalah satu-satunya yang tidak memakai mantel untuk melindungi tubuhnya dari tajamnya salju yang mampu membekukan.
Bus pun datang. Karena ayahnya tidak bisa menjemput, maka Hinata pun naik transportasi umum itu. Demikian Toneri yang juga menaiki transportasi yang sama. Bahkan mereka pun duduk bersebelahan. Dia mengangguk sekali, tanda sapaan kepada Hinata. Sebagai orang yang diajari etika sejak dalam kandungan ibu, maka Hyuuga Hinata ini membalas serupa.
Hinata tidak berani menanyakan alasan Toneri tidak mengenakan jaket. Hinata sungguh takut jika di balik itu ada alasan yang memilukan. Dari yang Hinata dengar dari seorang teman, Toneri adalah pekerja paruh waktu demi sekolah dan hidupnya. Kadang kala, pelajar itu tertidur di kelas karena kelelahan yang luar biasa.
Pada awalnya, dia selalu dipanggil ke kantor kepala sekolah untuk diinterogasi. Dia dianggap nakal dan susah diatur. Semua guru dan murid, termasuk Hinata kala itu, menganggapnya si badung yang suka begadang.
"Aku tahu kau tidak punya orang tua, tapi bersikaplah sebagai warga negara yang baik, dengan mengikuti kegiatan sekolah dengan baik dan sesuai aturan." Demikian kata wali kelas mereka kala itu.
Toneri tertunduk, diam sesaat, lalu mengucapkan maaf. Hinata tahu persis karena saat itu memang berada di ruang guru. Setelah itu, pelajar lelaki tadi membungkuk, kemudian pergi dari ruangan itu. Wali kelas dan Hinata saling berpandangan, sisiwi itu pun mengangguk. Tidak lama setelah Toneri keluar, Hinata pun keluar untuk membuntuti.
Namun, Hinata ketahuan olehnya.
"Kenapa kamu mengikutiku, Hinata?" tanyanya saat itu.
Hinata terkesiap. Dia tahu bahwa ada yang mengekorinya. Padahal sudah diusahakan tidak begitu mencolok.
"A-ku? Ah, tidak! A-aku ti-tidak mengikuti." Wajah Hinata tersipu akibat rasa malu yang sedang ia tanggung.
"Tidak usah menyangkal." Toneri menjawab datar, sebelum dia berbalik demi melihat Hinata di belakang tiang, sepuluh langkah jarak darinya.
"Sung-sungguh!"
Kala itu, mempertahankan diri dalam kedustaan adalah jalan yang dipilih oleh Hinata.
"Lalu?" Toneri melangkah ke arah Hinata.
Hinata pun mengarang cerita semaksimal mungkin yang dia bisa. "Aku tersesat."
Sejujurnya, bagi gadis itu, jawaban tersebut sangat konyol. Dalam hatinya, pemuda itu mungkin saja menertawakan Hinata. Akan tetapi, Toneri memberikan respons yang lebih menjengkelkan bagi Hinata, daripada sekadar tawa.
"Kemampuan tersesatmu sungguh hebat."
"Apakah kamu baru saja mengolokku?"
"Tentu saja. Bukankah cukup jelas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweet Moon
FanfictionToneri bilang, Hinata adalah mataharinya. Mencerahkan hari-harinya hanya dengan memandang Hinata saja. Beberapa tahun kemudian, Hinata menyadari bahwa Toneri adalah bulan yang indah juga manis. ❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️❄️ Diclaimer: • Nar...