Danila.

16 6 0
                                    

****

Kalau mau di kalkulasi kan, maka Sekala akan cepat menyerah. Karena, apapun tentang Danila tidak akan pernah bisa ia kalkulasi kan seperti keuangan kantor yang selalu membuat nya pening bukan main.

Danila, lebih dari itu.

Segala sesuatu yang mengikat tentang Danila tidak pernah bisa Sekala pahami. Istri nya itu selalu punya cara untuk setiap masalah tanpa melibatkan banyak hal dan banyak orang. Meski dirinya adalah pribadi yang tenang, Sekala tetap membutuhkan seseorang sebagai sandaran nya, sebagai seseorang yang mampu membimbing nya di setiap langkah ragu yang ia paut. Mungkin karena ini juga, Tuhan mengirimkan Danila untuk nya. Karena, Danila selalu berhasil menjadi seseorang yang Sekala butuhkan.

Danila memang ramai tapi jauh lebih dalam Danila itu tenang. Danila tidak pernah sekali pun terlihat gusar setiap kali merasa ada hal aneh yang mengusik nya. Sering kali Sekala memergoki istri nya itu kesakitan saat mengandung, tapi hebat nya wanita itu selalu berhasil mengatasi nya, tanpa membawa Sekala di dalam nya.

Pernah pada satu waktu Sekala merasa tersinggung dengan Danila yang terlampau tenang begini. Membuat kedua nya cekcok, karena Sekala yang merasa payah menjadi seorang pasangan, dan Danila yang merasa dia baik-baik saja tanpa harus menyeret Sekala pada luka-luka nya.

Sekala marah. Dia tidak suka. Dia mau Danila terus bergantung pada nya. Tapi apa yang kekasih hati nya ucapkan hari itu perlahan-lahan membuat Sekala mengerti bagaimana Danila itu sebenarnya.

"Aku bukan nya nggak mau bergantung ke kamu, Se. Aku cuma nggak mau ngerepotin kamu. Aku dulu pernah bergantung sama seseorang sebegitu keras sebelum akhir nya aku sadar kalau kita nggak akan bisa selamanya bergantung sama manusia. Karena manusia itu dinamis, Se."

"Naif memang. Tapi kamu nggak akan tau kalau kamu nggak ngerasain sendiri. Nggak ada yang salah, tapi, bukan hal yang benar juga. Karena, semakin kita bergantung semakin banyak harapan yang akan selalu kita mau. Yang jelas nggak akan selama nya bisa orang itu wujudin buat kita. Sakit, sakit banget kalau udah gitu, Se."

Dulu, Sekala masih belum mengerti meskipun perdebatan hari itu berakhir dengan Danila yang pergi meninggalkan dirinya sendirian di ruang keluarga. Tetapi sekarang ia paham.

Bagaimana sakit nya kehilangan harapan dari seseorang yang selalu di anggap sebagai sandaran. Ternyata, kamu nggak mau bikin aku sakit karena bergantung ke kamu, ya? Kamu udah punya firasat kah?

Karena, Sekala tau bagaimana sakit nya ia kehilangan Danila, tempat nya menggantung harapan. Mungkin ini maksud Danila dari manusia yang dinamis.

Dan sial nya, bagian Danila yang satu ini, menurun kepada Dito. Anak nya itu, tidak pernah sekali pun bergantung pada nya, lagi.

Dito selalu merasa mampu sendiri, sampai pada akhir nya anak itu tidak lagi kuat menampung segala macam tekanan pada nya. Meledak. Bagai bom waktu, Dito meledak. Yang berhasil membuat Sekala ketakutan bukan main.

Selama 16 tahun hidup, sudah 3 kali Dito mencoba melakukan percobaan bunuh diri. Dan sudah 3 kali itu pula, Dito tidak pernah mau membagi nya kepada Sekala, dengan alasan,

"Dito nggak mau Ayah ikutan remuk."

Alasan yang membuat Sekala membenci dirinya sendiri, karena lagi-lagi ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk Dito. Karena, Sekala hanya bisa menuruti Dito, untuk membuat anak itu tetap hidup. Sekala, takut.

Hi, Bye Papa! Where stories live. Discover now