"Kamu dalam bahaya!" Luna dengan cepat langsung bangun dari duduknya, Ares yang tidak mengetahui apa apa hanya bisa mengikuti apa yang Luna katakan.
"Ayo lewat sini, ini jalan tercepat menuju persembunyian" Luna memandu langkah. Mereka berdua berlari melewati padang rumput yang besar dan luas, memang sedikit mengerikan tetapi apa boleh buat.
Setelah beberapa saat, Luna mengubah larinya menjadi langkah kecil sambil mengatur nafas yang hampir saja habis. "Aku sudah tau tempat aman untukmu" Ucap Luna dengan nafas yang tersengal sengal.
Ares hanya mengangguk tanpa kata dan tetap mengikuti langkah Luna sembari mengamati sekitar. Beberapa meter sudah terlewati dan sampailah pada penghujung padang rumput tersebut. Ares menyibak helai rumput terakhir dari pandangannya dan betapa terpukaunya ia melihat sebuah Istana megah didepannya.
Tanpa aba-aba Luna pun menggenggam pergelangan tangan Ares dan menariknya kembali kedalam padang rumput, "Ssttt... Kamu tidak boleh terang terangan seperti itu Ares, kamu itu manusia, bisa saja kamu dianggap penyusup oleh mereka" Luna berbicara dengan nada sedikit berbisik agar tidak ketahuan.
"Lalu, bagaimana cara kita keluar dari sini?" Ares melihat ke sekitarnya untuk mencari barang yang bisa menutupi mereka berdua. "Ikuti aku ya, jangan sampai tertinggal" Luna melepaskan genggaman itu lalu mulai memantau keadaan disetiap jengkalnya.
Setelah berhasil menemukan titik lengah penjaga, mereka bergegas ke salah satu pintu yang mengarah kepada tempat penyimpanan Wine yang bertepatan dibawah Istana. "Kita aman disini, karena tempat ini akan dibuka jika ada persembahan tertentu saja, dan setauku itu masih sangat lama waktunya" jelas Luna setelah mengecek segala sisi ruangan tersebut.
"Baiklah, terimakasih Luna" Pernyataan tersebut jelas membuat Ares menjadi sedikit lebih lega. Ares masih melihat lihat semua yang terdapat di ruangan itu, Ruangannya tidak terlihat seperti tempat penyimpanan, bahkan sangat luas dan terawat.
Luna terduduk di sebuah sofa "Oh iya, Kamu belum mengetahui tentang diriku ya?" Luna memecah keheningan. Ares mengangguk lalu mendekati Luna untuk menyimak jawaban.
"Aku bangsa peri, dan ini Istana milik keluargaku." Luna menahan rasa pedih di matanya saat mengucapkan kata Keluarga. Suasana menjadi hening seketika dan rasa penasaran Ares makin membesar karena ia selalu berfikir bahwa peri itu mempunyai sayap, tetapi Ares menepis pikiran untuk bertanya lebih lanjut karena tidak ingin membuat Luna menjadi semakin sedih.
"Aku bisa membaca pikiranmu, tanyakan saja keraguanmu kepadaku" Luna kembali tersenyum agar tidak canggung dan itu berhasil membuat suasana kembali mencair. "Ah, tidak usah terlalu di pikirkan, aku hanya penasaran kenapa kamu tidak mempunyai sayap, tidak lebih" Ares memalingkan pandangan karena malu ternyata gadis itu bisa mengetahui isi pikirannya.
"Kalau tentang sayap aku tidak tahu kejadian pastinya bagaimana, tapi yang aku tahu ini adalah kutukan." Luna menarik nafas dalam lalu membuangnya dengan kasar "Dan karena kutukan ini, aku dianggap pembawa sial oleh keluarga dan rakyatku. Sejak aku lahir, aku dijauhi dan menjadi bahan omongan oleh banyak peri lain" Luna melanjutkan kalimat yang sempat terhenti dan Setetes air mata pun lolos dari pelupuk matanya.
Ares memang orang baru didalam hidupnya, tapi entah mengapa Luna merasa siap untuk menceritakan kisahnya karena sedari dulu tidak ada tempat untuk bercerita ataupun sekedar menanyai hal kecil tentangnya. Ares merasa bersalah karena telah membuat Luna mengingat kenyataan pahit yang harus di hadapinya, Ares mencoba menenangkan gadis itu dengan segala cara yang ia bisa.
"Terimakasih, Ares" Luna sudah merasa lebih baik dan buru buru menghapus air matanya. "Sudah, tidak apa apa" Ares mengusap surai coklat Luna dengan sangat hati hati. "Kamu memang teman yang baik, Aku berjanji akan memulangkan mu dengan selamat" Luna mengaitkan jarinya dengan jari milik Ares dibarengi dengan kekehan kecil dari sang wanita.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ares dan Luna masih saling bertukar cerita, entah apa yang mereka bicarakan sampai selarut itu. Luna merasa senang oleh kehadiran Ares, tidak tahu kenapa rasanya ia ingin ditemani terus terusan. Tidak lama setelah itu Luna mendengar samar suara ketukan pintu yang membuatnya berkeringat dingin.
Luna mendekati pintu dan mengumpulkan keberanian untuk membukanya, setelah itu terdengar ketukan pintu lagi dan kali ini suaranya lebih nyaring dari sebelumnya. Luna sudah pasrah dan dengan cepat membuka pintu itu
"Nona lucia"
۪ ۫ ⪩ ♡ ⪨ ۫ ۪
KAMU SEDANG MEMBACA
Philía
FantasyAres, lelaki biasa yang suka ketenangan. Ares sangat suka berjalan jalan menyusuri hutan dan berendam di danau. Namun saat Ares membuka matanya, dunia yang selama ini dikenal oleh Ares berubah dalam sekejap dan kini takdir mempertemukan Ares dengan...