Fayu berdiri di tengah hutan yang kelam, di hadapannya ada puluhan beruang iblis yang mengamuk dengan ganas.
Ia memegang pedangnya dengan mantap, matanya menyala dengan tekad dan keberanian.
Beruang-beruang itu menyerang dengan gigi dan cakarnya yang tajam, tetapi Fayu menggunakan keahliannya dalam pertempuran untuk menghindar dan memberikan serangan balasan yang mematikan.
Detak jantungnya berpacu, tetapi ia tak mengenal rasa takut. Baginya, ini adalah pekerjaan yang harus diselesaikan.
Sementara itu, di tempat lain, Azef dan Yanuto sedang berada dalam pertarungan sengit melawan serigala iblis, yang telah mengancam desa-desa sekitar.
Dengan gerakan yang lincah dan ketepatan dalam serangan, mereka berdua berhasil mengatasi serangan-serangan maut dari serigala-serigala tersebut.
Pedang-pedang mereka berdansa di udara, menerjang dan membelah musuh-musuh yang berusaha menghancurkan mereka.
Setelah pertarungan yang panjang, akhirnya serigala-serigala iblis itu terkapar tak berdaya di tanah, menandakan keberhasilan Azef dan Yanuto dalam misi mereka.
Tak lama kemudian, Fayu melihat kedatangan kedua sahabatnya. Wajah mereka dipenuhi dengan raut lelah dan luka-luka kecil, yang menandakan pertempuran yang telah mereka lalui.
Namun, tak ada waktu untuk beristirahat lama. Mereka harus segera menyelesaikan misi mereka.
Bersama-sama, Fayu, Azef, dan Yanuto mengumpulkan potongan mayat monster beruang iblis dan serigala iblis ke atas kereta yang mereka bawa. Ini adalah bukti nyata bahwa mereka telah berhasil menyelesaikan misi dengan sukses.
Mayat-mayat monster itu menjadi saksi bisu dari kekuatan dan keberanian mereka sebagai petualang sejati.
Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan ke sungai terdekat untuk membersihkan diri dari darah para monster itu.
Ketika mereka tiba di tepi sungai yang mengalir dengan riak-riak air yang tenang, mereka segera melepas baju besi mereka dan membiarkan air menyapu tubuh mereka yang lelah.
Namun, ketika mereka tengah menikmati momen relaksasi itu, tiba-tiba mereka terkejut oleh suatu hal yang tak terduga.
Di atas papan yang hancur, tersangkut sosok seseorang tak berdaya yang hanyut mengikuti aliran sungai. Tubuhnya terlihat lemah, tak sadarkan diri, dan terombang-ambing dalam arus yang tak terkendali.
Fayu, Azef, dan Yanuto melihat satu sama lain. Tanpa ragu, mereka segera bergerak menyelamatkan orang tersebut.
Dengan kekuatan dan kerjasama, mereka berhasil menariknya keluar dari sana dan meletakkannya di tepi sungai yang aman.
Orang itu tampak lesu dan pucat. Busananya basah dan lecek, menandakan bahwa ia telah lama terombang-ambing di aliran sungai itu.
Fayu, yang selalu menjadi pemimpin kelompok, mengamati dengan penuh perhatian. "Siapa dia?" tanya Fayu kepada teman-temannya yang lain. "Dia tampak seperti seseorang yang telah melewati situasi yang sulit. Kita harus membantunya."
Azef dan Yanuto mengangguk setuju, merasakan panggilan hati yang sama. Mereka segera membangun api unggun kecil untuk menghangatkan orang yang hanyut itu, sementara Fayu mencari makanan dan air segar untuk memberinya ketika bangun nanti.
Di tengah kegelapan malam yang mulai menyelimuti, ketiga sahabat itu duduk bersama di sekitar api unggun, menunggu dengan harapan bahwa orang yang mereka selamatkan akan sadar dan dapat berbicara. Hati mereka dipenuhi dengan rasa penasaran yang kuat terhadap asal usul dan kejadian yang menimpa orang tak dikenal ini.