Kupulan asap hitam dimana mana.jeritan dan tangis dari mereka yang berlari putus asa ditengah peperangan panjang. Dengan mata yang kini menatap takut pada titik kecil di atas langit yang kelabu menandakan berita buruk bagi siapapun.Disana sebuah bom di jatuhkan dengan kesungguhan diisi dengan jeritan sakit dengan tubuh yang kian melebur menjadi cairan tak berbentuk.
Di tengahnya seseorang dengan jubah putih panjang berdiri termenung dengan tatapan kosong.
Tubuhnya tersentak kecil saat tepukan dipundaknya. Ia menoleh melihat seseorang yang sama dengannya kini tersenyum kecil dan menyuruhnya untuk mengambil jiwa jiwa yang masih merintih kesakitan.
Ia mengangguk mengerti, mengeluarkan buku tebal dengan sampul bintang dan sayap yang lebar setiap sisi. Kakinya melangkah mencatat dengan penuh perhatian pada nama nama tidak bersalah.
Tangan yang menulis berhenti sejenak hanya untuk menatap dua mahkluk kecil yang berpelukan. Ia menglusnya dengan senyuman sedih mengeluarkan dua jiwa yang kini menatap kosong.
Angin berhembus pelan mengajak awan mendung dari barat untuk datang dan memandamkan api yang masih berkobar berani.
"Mengerikan...apa yang mereka lakukan sampai seperti ini.." kepala kecilnya menoleh melihat seseorang yang tampak kesal pada beberapa roh yang terus menerus menangis.
Suasana kala itu hening sejenak bertanda tugas mereka sudah selesai. Memasukan jiwa jiwa pada kantung besar. Manik mereka saling bertatapan sebelum mengangguk mengerti.
Sayap sayap itu terbuka lebar memperlihatkan betapa indahnya mereka di tengah kekacauan yang terjadi. terbang menjauh dari fana yang kini di lilit oleh kegelapan itu sendiri.
.
."Realla,dewa kematian ingin bertemu denganmu."
"Kenapa?" Tanya dengan bingung sambil tetap pada pekerjaannya yang kini menggunung mengelilingi ruangan putih membuat siapapun repot memindahkan file file yang menghalangi mereka untuk menuju malaikat agung yang masih asik pada tulisannya.
"Entahlah, yang pasti ini misi lagi." Malaikat putih itu tersenyum lebar mengabaikan gurutan kesal dari malaikat lainnya.
Malaikat itu menghela nafas panjang sebelum bangkit dan menyerakan dokumen yang belum ia periksa pada malaikat yang kini menatapnya bingung.
"Kerjakan ini." Ia menyeringai kecil pergi dengan cepat sebelum teriakan tidak terima dari malaikat lainnya.
.
.Realla begitulah ia di panggil, malaikat agung yang paling ingin di miliki sendiri oleh para dewa-dewi langit. Dengan Surai putih dan mata emas permata terang seakan matahari dan dunia ada didalam maniknya yang lembut dan hangat.
Sekarang, dia duduk dengan anggun sambil menyesap teh merah kesukannya sambil menunggu misi apa yang akan diberikan dewa yang menjabat sebagai kematian dan kegelapan.
Bibirnya terus tersenyum sambil mendengarkan segela ocehan dari dewa besar di hadapnya dengan sesekali mengangguk mengerti dan ikut berkomentar.
"Jadi apa yang harus saya lakukan?" Ia bertanya dengan sabar meletakan gelas teh yang sudah kosong sambil terus mempertahankan senyuman nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limited
Fantasy!!⚠️!! Saya ga pandai buat deskripsi. W A R N I N G : trash of the count family bukan milik saya.