2

84 10 2
                                    

"kamu tidak akan bisa kabur, dimana pun kamu bersembunyi dan berfikir kamu lolos. Percayalah kematian akan selalu disisimu."

Ia terkekeh geli melihat manusia yang kini terduduk dengan gemetar menatapnya dengan mata yang putus asa. Ia tersenyum manis dengan tombak besar dibelakangnya menertawakan air mata yang dijatuhkan oleh fana dibawahnya.

Manik emas nya bersinar cerah saat ia mengayunkan tombak nya menembus dan merobek dengan kasar. Mengabaikan teriakan kesakitan ia tetap merobeknya membuat darah merah segar mengotori gaun putih.

'aku akan berdoa agar jiwamu tenang ditaman surga.'

Teriakkan itu terhenti diisi kekosongan sebelum tawa kecil keluar dari bibinya yang pucat menatap pria tak bernyawa didepannya. Ia berjongkok menyamakan dengan tubuh yang bersimbah.

Tangan pucatnya terangkat dengan senang hati mengambil bola roh yang kini bersinar dengan cahaya perak. ia bersenandung kecil berdiri mengibaskan kotoran yang menempel pada gaun putihnya, berjalan pergi meninggalkan tubuh tak bernyawa itu sendirian.

"Sayang sekali...kita ga bisa lama lama..." Gumannya pelan berdecak kesal sambil mengeluarkan buku yang ada disakunya. Menulis dengan senang nama jiwa yang sudah ada di tangannya yang kotor.

"Ayo pergi, ke tempat cale henituse!" Ia berseru melempar dengan kasar bola roh kedalam kantung dimensi nya agar di urus oleh malaikat junior nya yang lain. Ia tersenyum puas merenggangkan otot tubuhnya yang lelah.

Sayap besar dengan barisan bulu emas tersebar dengan indah mengepak dengan perlahan dan mengangkatnya pergi.

.
.

Langit kala itu hening dengan awan hitam pertanda hujan akan turun. Angin berhembus pelan dengan rasa dingin yang menusuk kulit. Disana anak kecil itu berdiri dalam diam dengan tatapan kosong saat peti mati itu di turunkan. Dikubur ke tanah dingin dengan tanda akhir dari kehidupan.

Ia tidak bisa merasakan apapun dalam dirinya hanya sebuah kekosongan besar yang tiba tiba di lemparkan. Ia tenggelam pada perasaan hampa. Dan ia tidak mengerti mengapa orang orang disekelilingnya berbisik-bisik penuh kebohongan.

Tangan kecil itu terangat mengelus dan menenangkan orang dewasa yang kini menangis tersedu-sedu seperti anak kecil yang kehilangan mainannya. Suaranya serat saat berbicara pada pria disampingnya. Ia menghela nafas lelah mencoba membiarkan orang dewasa itu tetap menangis dengan tangan yang tetap menepuk lembut .

Manik coklat bergulir melihat lihat orang orang yang masih menangis dengan kebohongan mereka. Ia sekali lagi mengabaikan tatapan kasihan dan bisikan orang orang.

Tatapannya terpaku pada seseorang, seorang remaja yang ikut dalam pemakaman itu. Seseorang yang berdiri sendirian dengan tatapan sandu. Ia menggeleng sejenak sebelum melihat betapa mencoloknya anak remaja itu. Diantar kerumunan orang disekliling  mereka.

Dengan Rambut seputih salju,dan mata emas permata yang tampak bersinar dalam gelapnya hari ini.

Nafasnya tercekak takala wajah itu menatapnya balik dengan senyuman yang tidak ia mengerti.

Senyum itu bukan kebohongan.

Bukan juga ketulusan.

Mereka terus bertatapan dalam diam sebelum tubuh kecilnya diangat dan dibawa pergi menjauh meninggalkan anak remaja yang melambai ke arahnya.

Cale hanya bisa diam menyembunyikan wajahnya yang lelah pada pundak kepala pelayan yang mengusap punggungnya dengan lembut.

.
.

Disinilah dia duduk dengan kain yang menutupi seluruh tubuhnya. Didalam ruangan yang sunyi dan gelap tanpa cahaya lilin.

ia terisak pelan mengepalkan kedua tangan kecilnya takala dengungan di telinganya terdengar semakin kencang membuat tubuh kecilnya meringkuk kesakitan.

Tubuh nya tersentak kecil saat merasakan elusan lembut dikepalanya membuat dengungan di kepalanya hilang di gantikan senandung kecil dari orang yang tidak ia ketahui.

Tangan kecil nya mengeser kain putih melihat anak remaja yang kini tersenyum dengan mata yang indah. Ia ingin bangkit dan bertanya dari mana anak ini datang? Tapi elusan di rambutnya terlalu menenangkan diri nya.

"Siapa kamu?" Ia bertanya dengan suara kecil. Mencoba untuk menghentikan air mata yang masih terus keluar.

Remaja itu tertawa kecil saat melihat tatapan bingung dari anak kecil disampinnya.perlahan ia meletakan jari telunjuknya dibibir sambil terus tersenyum.

Mata emasnya melembut takala kedipan polos dia dapatkan.

"Ssst~ anak baik seperti mu harus segera tidur..."

Ia terdiam membiarkan tangan hangat yang mengusap wajah kecilnya membuat cale terkikik geli saat anak remaja itu mencubit pipi tembamnya yang lembab.

Mata jingganya menyipit saat rasa kantuk datang dengan cepat tetapi cale masih ingin bertanya siapa nuna didepannya? Sebelum kegelapan menenggelamkan dirinya kedalam dunia mimpi.
.
.

Ruangan itu hening hanya di isi oleh nafas lembut yang terdengar di sampingnya. Ia menoleh saat tangannya di pengang dengan erat oleh tangan kecil disampingnya.

Ia berbalik dengan pelan takut anak kecil disamping nya bangun dari mimpi indah. Ia tersenyum sandu sambil memainkan pipi anak itu.

"Masa depan terlalu jahat untukmu,cale henituse."

"Tapi akan ku pastikan. Masa depan itu tidak pernah ada."

"Hiduplah dengan bahagia mulai sekarang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LimitedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang