Pagi yang cerah ini, membuat seorang gadis bersemangat untuk berangkat ke sekolah. Saat ini, ia sedang menyiapkan bekal untuknya dan untuk pujaan hatinya.
“Ana, buruan, Gentala, Dewangga sama kembaranmu sudah ada di depan dari tadi. Kamu ngapain aja, sih?” Tanya Bunda Buana yang bingung melihat anak perempuannya itu.
“Iya, Bunda. Ini sudah selesai, kok,”
“Ana berangkat, ya, Bun. Assalamualaikum.” Pamit Buana sembari mencium punggung tangan Bunda.
“Waalaikumsallam.”
Buana pun berlari kecil menuju pintu rumah. Sesampainya di depan, ia melihat sudah ada ketiga laki-laki yang sedang bersedekap dada.
“Buana Estungkara Amerta, lo lama banget. Ngapain, sih? Gue, Gentala sama kembaran lo lumutan nungguin,” Kesal laki laki yang bername-tag Dewangga.
“Hehehe, biasa,” Ucap Buana yang mendapatkan tatapan malas dari ketiga lelaki tersebut.
“Buruan, nanti telat.” Ucap laki.laki yang mukanya mirip dengan Buana, Langit.
Mereka pun menaiki motornya dengan Buana yang tentu saja bersama Langit. Sedangkan Dewangga dan Gentala menaiki motornya masing masing.
Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di parkiran sekolah. Saat mereka baru saja turun dari motornya, tatapan siswa-siswi kearah mereka berempat.
“Langit, gue kesana dulu, ya,” Ucap Buana kepada Langit, tanpa menunggu jawaban dari Langit, Buana pergi begitu saja.
“Kemana, tuh?” Tanya Gentala.
“Biasa,” Balas Langit sembari melihat kearah Buana bersama seorang siswa yang baru saja turun dari motor.
Buana menghampiri siswa yang baru saja turun dari motornya dengan wajah ceria.
“Alzaro, aku bawain bekal buat kamu, dimakan, ya!” Ucap Buana sembari memberikan tempat bekalnya kearah siswa tersebut.
“Gue sudah makan.” Balasnya.
“Buat istirahat, Zaro,”
“Nggak usah.”
“Zaro, aku sudah buat dari tadi pagi. Di makan, ya?”
“Gue nggak suruh lo buat bikin sarapan buat gue, Buana.” Ketus Alzaro. Setelah itu, Alzaro pun berjalan meninggalkan Buana sendiri.
Buana menatap punggung Alzaro dengan nanar. Tiba-tiba saja tempat bekal yang berada ditangannya sudah berpindah di tangan orang lain.
“Loh, kenapa, Gentala? Gue kira lo udah ke kelas,” Ucap Buana.
“Tadinya mau gitu, cuma kasian lo sendirian. Jadinya gue suruh Langit sama Dewangga duluan,”
“Gentala,” Panggil Buana sembari melihat tempat bekal yang berada di tangan Gentala.
“Biar gue yang makan, Ana,” Ucap Gentala dengan senyuman yang tipis.
“Ayo ke kelas,” Ajak Gentala dengan menggandeng tangan Buana untuk berjalan beriringan.
Diam diam Buana memperhatikan Gentala. Lagi, Gentala? Batin Buana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Buana || ON GOING
Teen FictionBuana Estungkara Amerta, gadis remaja yang memiliki paras cantik dan kepribadian yang ramah. Sejak kecil, Buana sudah mempunya sahabat baiknya dari kecil, mereka yang selalu menemani Buana. Ini tentang Buana, seorang gadis ceria yang memiliki sejut...