5. Laily?

518 16 0
                                    

Sekarang sudah waktu nya istirahat makan siang. Devan berjalan menuju lift dan menekan tombol lantai 1 untuk menemui pak nando. Berjalan menuju meja yang ditempati pak nando setelah turun dari lift.

"selamat siang tuan devan" ucap nando yang awalnya duduk di kursi sekarang berdiri sambil membungkukan tubuh nya.

"ya, silahkan duduk kembali" jawab devan lalu duduk di kursi depan nando.

"maaf tuan karena menggangu waktu anda, saya kemari sesuai janji saya waktu itu ini adalah sertifikat dan kunci rumah anda dan perbaikan rumah anda selesai jadi besok sudah bisa di tempati" kata nando sambil memberikan sertifikat dan kunci rumah devan.

"baiklah, saya akan mengtransfer uangnya ke rekening anda"

"terima kasih tuan, kalau begitu saya permisi dulu mengigat ada pekerjaan yang harus diurus" pamit nando untuk pergi dan tentu nya devan mengizinkannya.

Setelah kepergian nando devan langsung kembali ke ruang kerja nya mengurusi masalah di kantor nya. Satu per satu devan membuka dan menyelesaikan tumpukan berkas di hadapannya agar cepat selesai.

Tok.. Tok.. Tok..

Suara ketukan pintu membuat fokus devan teralihkan ke sumber suara.

"masuk" ucap devan dingin.

"hai van lama tak ketemu, waww bahkan sekarang kamu jadi CEO perusahaan Vano Cord Group, oh iya aku lupa kalau kamu penerus satu satu nya disini hehehe" ucap seorang wanita yang duduk di depannya sambil terkekeh.

"apa yang kau buat disini ha?"

"hahaha kau belum berubah sama sekali ya, sangat sangat dingin" ucap wanita itu dan mendapatkan tatapan tajam oleh devan "akh.. Jangan tatap aku seperti itu aku hanya ingin menjenguk mu karena sudah lama kita tidak ketemu setelah kita lulus di universitas di jepang" lanjut laily.

Laily adalah teman dekat devan saat mereka masih kuliah di jepang. Dulu laily sangat mencintai devan namun saat ia mengatakan perasaannya malah di tolah mentah mentah oleh devan dan devan hanya mengangap laily sebatas sahabat tidak lebih. Setelah kejadian itu laily memendam perasaan ke devan sedalam dalam di hatinya dan mengangap devan juga seorang sahabat sampai hari ini detik ini juga.

"benarkah?"

"sifat mu itu sungguh membuatku muak, kau selalu saja begitu dari dulu pantas saja kata candra kamu belum dapat pendamping sampai hari ini. Udahlah van masa lalu gak usah di pikirin dia sudah tenang di sana"

"bukankah kamu juga belum punya dan jangan nasehatin orang dan jangan menceritakan dia di hadapanku aku juga sudah melupakan dia tapi belum bisa mencari pengantinya" kata devan sambil menaikan satu alisnya saat lima kata awal.

"ya in aja lah dan siapa bilang aku gak punya nih liat aku sudah tunangan" pamer laily sambil menunjukan jarinya.

"apakah kamu kesini hanya memamerkan tentang itu?"

"ya tentu saja bukan, aku kesini hanya menjenguk kamu saja dan kebetulan rumah tunangan aku dekat disini jadi mampir ke sini aja"

"hem"

"yah, kulihat kau sibuk sekali aku pergi dulu dan nomer ponsel kamu apakah sama seperti dulu?"

"ya"

"yasudah aku permisi, pay"

Laily langsung pergi keluar sedangkan devan melanjutkan pekerjaannya yang menumpuk itu.

✧✧✧✧

"pah" teriak ena dari pintu toko menuju meja kasir.

"ada apa ena?" tanya anton.

From CEO Debt to Girl LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang