“Ya…ya…tunggu sebentar,” gerutu Rei kesal ketika mendengar bel pintu yang tak henti – hentinya berbunyi.
Dengan bergegas dia membuka pintu apartemennya, dan didapatinya sesosok pria tampan lengkap dengan tuxedo warna putihnya sedang berdiri resah di pintu apartemennya.
“Pak…Pak Masumi?” tanyanya ragu. “Bagaimana Anda bisa berada di sini? Bukankah ini hari pernikahan Anda?” cecarnya.
Pria itu tampak terengah mengatur nafasnya, nampaknya ia sangat tergesa – gesa ketika menuju ke apartemen itu, entah apa yang membuatnya terburu – buru.
“Nona Aoki, mana Maya?” burunya.
“Maya? Untuk apa Anda mencari Maya, bukankah pernikahan anda lebih penting daripada mencari Maya.” Ujarnya bingung.
“Nona Aoki, mana Maya?” desak Masumi lagi dengan suara yang lebih tinggi.
“Maya pergi dengan Sakuroji.” Jawab Rei. “Anda ini kenapa sih Pak Masumi, tiba – tiba datang, mencari Maya, di mana anda seharusnya menghadiri pernikahan anda. Memangnya anda tidak puas apa, mengganggu Maya. Bahkan di hari istimewa Anda ini, masih sempatnya Anda mengganggu Maya. Apa anda tidak ada pekerjaan lain?” seru Rei terbawa emosi.
“Cukup Nona Aoki, sekarang katakan di mana mereka berdua pergi.” Desak Masumi lagi.
“Untuk apa? Saya tidak akan mengatakannya kepada Anda, karena saya yakin anda hanya ingin menyakiti Maya. Cukup Pak Masumi. Anda tidak boleh menyakiti Maya lagi.” Tegas Rei.
“Ku mohon Nona Aoki, kali ini saja. Aku berjanji mulai saat ini aku tidak akan menyakiti Maya. Ku mohon!” pintanya.
Rei tampak terkejut dengan pria di hadapannya, wajahnya tampak kuyu dan pucat, seakan memikul beban yang sangat berat. Berbeda dengan kesehariannya yang penuh dengan arogansi. Pria dihadapannya saat ini seakan tidak mempunyai semangat hidup.
“Ku mohon Nona Aoki, aku harus bertemu dengan Maya. Aku harus berbicara dengannya, aku harus menjelaskan sesuatu padanya. Ku mohon!” pintanya lagi seraya meluruhkan kakinya di hadapan Rei.
“Pak Masumi” seru Rei tak percaya, bingung menghadapi kenyataan di depannya. Akhir – akhir ini dia dibingungkan dengan ulah sahabatnya. Sepulangnya dari Astoria wajahnya tampak ceria, penuh dengan pancaran kebahagiaan, Namun, semenjak melihat acara konferensi pers yang digelar oleh keluarga Hayami dan Takamiya tentang rencana perhelatan penyatuan dua keluarga tersebut, tampak mendung hitam selalu menghiasi wajahnya. Mungkinkah Maya bersedih karena kabar pernikahan ini? Awalnya dia tak pernah memikirkan keterkaitannya, karena tak pernah sedikitpun terlintas dalam pikirannya kalau Maya mempunyai perasaan istimewa pada direktur Daito ini. Namun, melihat sang Direktur yang sekarang berada di depannya dengan wajah yang sama – sama menderitanya dengan Maya, ia jadi menduga bahwa ada hubungan istimewa diantara keduanya.
“Nona Aoki?” mohonnya kembali.
“ Shinjuku Tsunahachi, ta…..” belum sempat Rei menyelesaikan kalimatnya Masumi segera berlari sambil meneriakkan ucapan terima kasihnya.