Cahaya bulan menerangi jalan hutan dari sela-sela kenopi pepohonan yang tinggi.
"Bener nih mereka lewat sini?" Tanya Felix melihat sekeliling hutan yang tambah lebat.
"Iya, soalnya jalan ke kuil cuman ada satu jadi kalo kita mau kesana ya jalannya cuman ini."
Yoenjun menjelaskan informasi yang dia dapat dari teman-temannya tadi sebelum berangkat.
"Emangnya mereka ngapain sih kok iseng banget ke kuil?" Joengin merapatkan jaketnya karna udara semakin dingin.
"Katanya si Jake tadi sih mereka mau liat batu prasasti yang ada di tengah halaman kuil itu, kata orang orang batu prasasti itu adalah peninggalan dari penghuni kuil itu dulu yang menunggu datangnya pangeran." Jelas Yoenjun.
Felix mengerutkan keningnya penasaran."Pangeran?"
"Iya, tapi ada juga yang bilang mitosnya kalo ada yang ke kuil itu bakal pulang membawa kutukan, jadi itu salah satu alasan kenapa kuil itu tidak dikunjungi orang sejak lama karena takut dengan mitos itu."
"Gawat dong kalo beneran ada kutukannya!" Jongin merasa cemas setelah mendengar itu.
"Kan cuman mitos belom tentu bener!" Sangkal Felix
"Ya,kita gak tau itu bener apa gak." Yoenjun membenarkan perkataan Felix.
srakk..
"MENGHINDAR!!" Pekik Felix sembari menarik tangan kedua rekanya bersembunyi di balik pohon yang cukup besar.
Jleb
Jleb
Dua anak panah hampir mengenai mereka jika Felix tidak menarik dua rekanya.
Srak!
Seseorang yang di duga pemanah itu bergerak cepat di antara pepohonan dan anehnya orang itu menghilang.
"Bang, orangnya pergi!" Joengin mendongakkan kepalanya mencari ke mencari sang pelaku yang sudah entah kemana.
"Udah biarin aja yang penting kita selamat." Yoenjun berdiri sembari membersihkan celananya yang kotor.
"Gak ada angin gak ada hujan, tiba-tiba manah orang, ngajak berantem?!" Emosi Felix tambah membara.
"Semua aja lo ajak berantem, Sukurin itu kepala masih selamet!"
Emang ya kadang Felix itu suka sensi kayak orang PNS hahaha, kembali ke topik.
"Bang, liat deh di anak panahnya ada sesuatu." Joengin menunjuk anak panah yang menancap di batang pohon tak jauh dari mereka
"Coba ambil!"
Yoenjun ikut melihat anak panah tadi, memang ada sesuatu di anak panahnya.
Joengin beranjak mengambil anak panah yang menancap di batang pohon.
Ternyata ada sebuah gulungan kertas yang terikat di salah satu anak panah.
"Kayaknya ini surat deh, tapi kenapa di tembakin ke kita?" Felix menerima anak panah itu dari joengin.
"Karena tau lo belom punya pacar jadinya di tembak, hahaha!" Yoenjun tertawa sampai terjungkal.
"Serius dikit napa sih!"
"Yee bercanda dikit... biar muka lu tu gak lecek terus kayak gitu!"
"Apa sih muka ganteng kayak idol Korea kayak gini di bilang lecek!"
"Kalian itu kayak bebek aja nyerocos terus!" Joengin yang notabene paling muda di antara mereka ikut emosi dengan tingkah kedua kakelasnya yang jarang akut itu.