Pragaskara vs Gevariel

29 4 0
                                    


Jangan lupa klik bintang!!

Semesta selalu mempunyai alur yang tidak bisa kita duga dan di ubah skenario nya. Omongan manusia memenuhi isi kepala, penuh duka dan juga lara. Untuk meraih anagata yang penuh angan, dunia telah menjadi abu dan tidak berwarna bagi dia.

Gevariel, lelaki itu menatap rembulan di balik jendela yang memancarkan cahaya indah. Sejenak dia menenangkan pikiran, sambil menikmati kopi susu hangat di cup itu.

BRAKK!

Suara dobrakan pintu membuat mereka yang sedang bermain kartu dalam ruangan tersebut kaget, ya jelas lah orang yang buka pintu Haikal. Cowok berambut ikal itu emang kapan sih bisa santai kalau ngelakuin sesuatu,pasti grusak-grusuk! Untung badan nya kecil.

"Kal,lo kalau buka pintu bisa pelan gak sih?"

"Sumpah,gue udah capek,Bang! Benerin pintu mulu," keluh Kiko dengan wajah memelas.

Dia terlihat ngos-ngosan kayak habis di kejar setan, nafasnya tersengal-sengal ketika ingin berbicara. Membuat mereka semua kebingungan.

"Di—de—pan. Ada ram—e, gue mau di h—aj—ar."

"Woi kenapa sih lo? Habis liat Mbak Kunkun?"

Gevariel mengintip dari balik jendela, di luar markas terdapat gerombolan sepedah motor yang mulai memasuki kawasan nya.

"Ada geng sebelah," ucap Gevariel memberitahu. Mereka semua langsung beranjak dari duduk, yang awalnya mau makan es buah aja gak jadi! Ada-ada aja deh, mau makan pun gak bisa.

"Anjrit, malam yang penuh duka. Bakso gue di palak om-om di depan anjrit!" Ujar Haikal seraya menghentakkan kedua kalinya.

"Yah...bakso pesenan gue."

"Jangan mikir makanan mulu lo pada, serius sekali aja!" Tegas Rasen.

Dewangga menghampiri Gevariel yang masih berada di dekat jendela, tangannya menepuk pundak Gevariel untuk meyakinkan.

"Kali ini lo gak harus ngalah karena kita gak salah, sekali aja. El, lo harus berani lawan Aga."

Gevariel menatap netra mata Dewangga, dia terdiam sesaat. Lalu menghela nafas berat.

"Hallo Gevariel Ganendra Biantara," sapa lelaki tinggi itu di depan ambang pintu.

"Gimana, udah siap buat kalah?"

Rahang Gevariel mengeras, tangan nya mengepal kuat sehingga uratnya sedikit terlihat. Dia mengambil jaket kulit hitam bertuliskan Pecinta damai di punggungnya untuk menutupi kaos putih polos yang dia kenakan.

"Yakin?" Tanya Gevariel balik.

Dia menghampiri cowok itu, umurnya memang berbeda dua tahun. Perbedaan umur bukan menjadi alasan untuk kalah, kemenangan akan membela yang jujur dan tidak bersalah. Sekarang yang menjadi masalah adalah Pragaskara Zefrano Pratmaja. Cowok yang berada di depannya.

"Mau apa lo kesini?"

Pragaskara mendekat wajahnya dengan Gevariel. "Mau lo mati!" Tegas Pragaskara dengan suara tertahan.

"Jadi mau di mulai dari kapan? Gue harap bukan gue yang menang," ungkap Gevariel itu membuat mereka semua terkejut, apalagi Pragaskara. Lelaki itu merasa tidak terima jika harus di remehkan.

Saatnya mereka mengibarkan bendera turun kejalanan untuk membela kebenaran.
   

                                             🍓🍓🍓

Suasana restoran kini mulai hening, yang tadinya ramai kini tinggal beberapa orang karena hari sudah larut malam. Meisya menghidupkan handphonenya melihat jam yang sudah mulai pukul 21.00, wajahnya terlihat kusut. Bosan.

GEVARIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang