"Hanya Sisa Kenangan"

3 0 0
                                    

Suara hujan menggema di balik jendela kamarku, menciptakan irama melankolis di dalam hati. Di malam itu, aku duduk sendirian di sudut kamar, menatap kosong ke arah jalan yang tergenang air hujan. Pikiranku melayang jauh, menuju masa lalu yang penuh dengan kenangan manis, tapi juga luka yang tak pernah sembuh.

Cerita ini berawal dari pertemuan pertamaku dengan seorang gadis bernama Sarah. Kami bertemu di bangku sekolah menengah, saat itu kami masih remaja yang naif dan penuh impian. Kami berdua terikat oleh cinta yang tak terungkapkan, namun keberanian untuk mengungkapkannya terasa jauh dari jangkauan.

Hari-hari kami lewati bersama-sama. Setiap senyum dan tawa menjadi alasan bagi kami untuk tetap melangkah maju. Namun, takdir terkadang memiliki rencana yang tak terduga. Suatu hari, Sarah didiagnosis menderita penyakit yang serius. Rasa takut dan kegelisahan melanda pikiranku saat itu.

Perjalanan hidup kami berubah drastis. Sarah harus menjalani serangkaian pengobatan yang melelahkan dan menyakitkan. Aku berusaha menjadi pendukung yang kuat baginya, tetapi dalam hati, aku juga merasakan kelemahan yang sama. Setiap kali melihatnya terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit, aku merasa hatiku hancur berkeping-keping.

Waktu terus berlalu, dan penyakit Sarah semakin parah. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain menemani dan merawatnya. Namun, aku bisa merasakan bahwa hidupnya semakin tergantung pada peralatan medis yang membantunya bernapas. Meski begitu, cinta kami tetap kuat dan bersinar terang di tengah kegelapan.

Suatu hari, ketika hujan turun dengan lebatnya, Sarah berbisik padaku dengan suara yang lemah, "Aku mencintaimu, tapi aku takut akan kehilanganmu. Aku ingin kau bahagia, bahkan jika aku tak lagi ada di sini." Air mata mengalir di pipiku saat mendengar kata-kata itu. Aku merasa kehilangan dan tak mampu memberikan jawaban yang sesuai.

Beberapa minggu kemudian, Sarah meninggal dengan tenang di pelukanku. Dunia seolah-olah berhenti berputar pada saat itu. Hati dan pikiranku berantakan, hancur oleh kehilangan yang mendalam. Aku berusaha melanjutkan hidupku, tetapi rasa kekosongan itu selalu menghantuiku.

Hari ini, ketika aku menatap jalan yang tergenang hujan, aku merasakan kehadiran Sarah di sampingku. Aku tahu dia tidak lagi ada di dunia ini, tapi kenangan tentangnya tetap hidup dalam hatiku. Hujan yang turun begitu deras adalah pengingat betapa rapuhnya hidup, dan betapa cepatnya kita bisa kehilangan

orang yang kita cintai.

Maka, kini aku duduk di sini, merenungkan sisa-sisa kenangan indah yang aku miliki. Aku tahu, hidup harus terus berjalan meski hati ini terluka. Namun, akan selalu ada cerita yang tak terucapkan, tawa yang tak terdengar, dan cinta yang tak terungkapkan. Hanya sisa kenangan yang tersisa, mengisi ruang hampa dalam hatiku.

Cerpen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang