PROLOG

3K 235 48
                                    

"Begitukah?" Gumam pria berkisaran dua puluhan itu. Semi Eita.

Di sebrang meja itu, ada sosok remaja SMA yang merespon ucapan Semi dengan anggukan kecil. Dia adalah Klien Holy Night yang kala itu menceritakan pengalamannya, dimana ia berada di situasi hidup dan mati.

Chigiri Hyoma.

"Jadi masih ada yang ngalamin kesialan itu, ya..." Semi menghela napas. Cukup panjang sampai matanya kini terpaku pada langit-langit cafe. Pikirannya tak sengaja memutar kembali kejadian lama, yang sebenarnya cukup mengerikan untuk diingat kembali.

Sayangnya manusia-pun kesulitan menghadapi tindakan pikiran mereka yang kerap bekerja secara spontan.

Chigiri berkedip selama beberapa kali begitu bibir Semi melontarkan kalimat yang menurutnya cukup terdengar ambigu. Dan rasa penasaran mendorongnya untuk segera bertanya.

"Akademi Haikyuu?" Chigiri memiringkan kepalanya.

Sontak, Semi menurunkan pandangannya yang tadinya tertadah dan kini tatapannya tertuju kembali pada lawan bicaranya itu. Sebelumnya, Semi cukup yakin kalau berbagai macam rumor mengenai kematian para siswa di Akademi Haikyuu sudah cukup membuat publik kebingungan. Sampai Semi baru ingat, kalau Chigiri juga merupakan manusia yang spesial. Mata dan batinnya pasti bisa tahu setelah melihat foto-foto dokumentasi yang mungkin tersebar di media sosial. Web siaran berita khususnya.

Senyuman yang terpampang di wajah Semi sedikit masam. Dia meng-iyakan dugaan Chigiri yang tepat sasaran.

"Tenang, Kak... Gue gak bakal bahas lebih jauh." Chigiri cukup peka dengan perubahan ekspresi Semi meskipun kelihatannya cukup samar. "... Gue paham, gimana perasaan Lo." Sambungnya.

Entah apakah Semi kehilangan seseorang atau tidak dalam insiden itu, tapi menurut Chigiri, kabar kematian akan selalu mendatangkan rasa kesedihan. Meskipun sedikit dan terletak jauh didalam hati.

Ketika mendengar kabar kematian seseorang, manusia pasti secara spontan bertanya-tanya, apa penyebab dari kematian orang tersebut? Faktor usia? Efek penyakit mematikan? Kecelakaan? Pembunuhan? Atau kemungkinan-kemungkinan lainnya.

"Aduh, gue gak sesensitif itu, kok!" Semi kemudian tergelak akibat respon Chigiri yang malah menahan diri. Mengubur rasa ingin tahunya.

Meskipun disatu sisi, Semi memang bersyukur karena tidak harus repot-repot menceritakan kisah SMA-nya yang tidak seindah didalam film-film romansa remaja.

Oh, bahkan tidak ada sedikitpun bumbu romansa dimasa itu.

"Iya, kak... Maaf, ya..." Chigiri ikut terkekeh. Tangannya kemudian menggeser sebuah amplop di atas meja, tepat ke dahadapan Semi. "... Gue pikir, nominal yang gue tulis di atas kertas cek itu- sebetulnya nggak sebanding sama jasa kalian. Sayangnya Kak Akaashi nggak ngizinin gue buat ngasih bonus berlebihan."

Amplop putih itu masih terus dipandang oleh Semi, sampai kemudian ia menerimanya dan menyimpannya kedalam tas. Ia tidak banyak berkomentar, sebab yang disampaikan Akaashi kepada Chigiri adalah atas permintaan Semi.

Iya, Semi sudah berfirasat kalau Chigiri hendak memberikan bayaran lebih tinggi dari kesepakatan awal. Hanya saja, Semi merasa tidak pantas untuk menerimanya. Tidak perduli sebanyak apapun harta yang Chigiri miliki dari orangtuanya, dia tetaplah seorang anak remaja yang harus dibimbing sebaik mungkin perihal keuangan.

Semi tidak ingin memanfaatkan kebaikan Chigiri.

"Chigiri... Dengerin gue, ya... Holy Night itu menjual jasa, bukan untuk memeras uang klien."  Jam yang melingkari pergelangan tangan Semi menunjukkan pukul tiga sore. Karena merasa urusan diantara Holy Night dan Chigiri sudah selesai, Semi segera berdiri dari tempat duduknya. Ia hendak pamit karena masih ada hal lain yang harus ia kerjakan.

Angel's like you - Blue lock X Haikyuu [ REVISI - UP ULANG ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang