"Halo, saya Kiara. Saya yang akan menjadi PIC microcopy untuk aplikasi kita ke depannya. Mohon kerja samanya ya."
"Dulu kerja di mana?" Tanya seseorang di seberang sambungan Google Meet.
"Saya sebelumnya magang di start up juga. Kalau pernah dengar Tandabaca.ai, nah di sana saya dulu bekerja di sana selama 6 bulan."
"Oh oke. Selamat bergabung ya, Ki."
....
Dikira Kiara semua akan baik-baik saja dan berjalan begitu mulus. Pekerjaan sebagai ux writer ini sempat ia sangat inginkan sebelumnya. Dia belajar otodidak bersama kelompok diskusi di Telegram. Dia merasa siap dan sudah menguasai semua teori yang pernah dia dapatkan.
Tapi...
Ternyata prakteknya NOL!
Kiara betul-betul kosong.
Seminggu pertama, dia masih sering salah menggunakan Figma. Sempat dimarahi Faisal, salah satu UX designer, gara2 Kiara salah pencet sehingga menggeser card design yang sudah dibuat.
Kiara ketakutan. Dia menjadi tidak enjoy dengan kerjaannya.
Namun, untungnya pekerjaan ini bisa dilakukannya secara remote. Perusahaan tempatnya bekerja menganut sistem work from anywhere. Jadi, sekalipun Kiara dimarahi, setidaknya dia tidak dimarahi langsung di depan mukanya.
"Untung aja ada fitur unable camera di Gmeet." Begitu ujar Kiara tiap kali selesai mematikan sambungan meeting dengan team lead-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UX Writer Jadi-jadian
ChickLitKiara, anak baru di divisi product design, sering jadi bahan bully-an. Sebagai freshgraduate, Kiara adalah karyawan yang ngang-ngong ngang-ngong aja tentang dunia kerja. Dia polos dan sedikit bodoh. Tapi, nasibnya entah bagaimana selalu beruntung.