Namanya Rain Dirandra ,teman-teman biasa memanggilnya dengan sebutan Rain. Dia salah satu siswa kelas 12 madrasah aliyah. Setelah selesai aliyah dia ingin masuk universitas impiannya.. Hari ini di sekolahnya akan ada acara sosialisasi dari beberapa kampus ternama di Indonesia katanya sih kampus ada salah satu kampus impiannya Rain. Seperti biasanya Rain siswa berangkat paling pagi karena rain takut telat dan meskipun rain tipikal orang manja tapi orang tuanya selalu mengajarkan tentang disiplin makanya rain siswa yang nggak pernah telat datang ke sekolah ,kalau telat mending putar balik sekalian aja nggak masuk. (jangan ditiru ya guys). Sebelum bel sekolah berbunyi Rain sempetin bantuin teman-teman parkir motor ,jukir alias juru parkir julukannya di kelas. Bel masuk pun berbunyi dan awal kegiatan pagi adalah mengaji. Tanpa rain sadari tenyata dia bagian duduk paling depan bersama Mara.
"Sial kenapa kok jadi duduk di depan" umpat Rain tak lupa bibirnya maju beberapa senti.
"Lah nggak waras nih bocah kemarin seneng kalo duduk di depan,kenapa sekarang ngomel ,sehat luu" Kata Mara.
"Nggak inget nanti habis sosialisasi ada kuisnya Bu Ratna" ingatnya ke Mara.
Kuis bu Ratna merupakan salah satu kuis yang tidak bisa ditawar. Sering kali Rain agak kesusahan untuk mengerjakannya. Padahal Rain termasuk siswa yang cukup pintar.
"Ehh astagfirullah iya yak,kenapa jadi gue yang oon ya" kata Mara.
"Dah persiapan belum ?" tanya Rain ke Mara.
"Udah tapi Cuma satu bab aja" kata Mara.
"Ya ya ya semoga soalnya nggak ganas kek manusia sebelah kita" ejek Rain.
"Apa maksudmu bilang gitu" jawabnya kesal.
Ya dia adalah mantan ketua kelas waktu masih di kelas 10, namanya Abdul. Rain jarang akur sama ini anak ,entah kenapa dia begitu rese kalo lagi diajak bicara dan jawabannya bikin kesel seumur hidup.
"Upss ,keceplosan" jawab Rain sambil nyengir.
"Nanti sosialisasi berapa kampus" tanya Abdul.
"Kayaknya sih empat kalo nggak salah" jawab Mara.
"Kampus impianku jadi hari ini atau besok ?" tanya Rain.
"Kayaknya nggak jadi sosialisasi kesini tadi macet di Jalan" kata Abdul.
"Nggak nanya situ" gerutunya.
Setelah perbincangan yang menyulut emosi di pagi hari ,masuklah beberapa kakak dari kampus ITB. Sosialisasipun dimulai dan hampir sebagian temenku memperhatikan,aku masih kepikiran ucapan Abdul tadi yang katanya UB nggak jadi sosialisasi.
'Kalo UB nggak jadi sosialisasi faedahnya aku duduk di depan apa dong?' batin Rain.
Sosialisasi dari kampus ITB pun selesai,rencananya Rain mau tukeran bangku sama Aloe yang duduk di bangku belakangnya, karena Rain agak tidak nyaman duduk di depan. Ketika mau berdiri ,perwakilan kampus UM udah masuk aja,gagal pindah bangku. Sosialisasi pun berjalan dengan seru karena kakak mahasiswanya agak bawel dan memecah keheningan kelasku.(Padahal kelas ini itu kelas buaya,orang-orangnya nggak bisa diem apalagi lihat yang bening dikit dan jam kosong).
Setelah UM selesai dengan sosialisasinya,saat Rain hendak berdiri dan tukeran bangku sama Aloe ternyata eh ternyata yang masuk kelas untuk sosialisasi adalah kampus impiannya ,Universitas Brawijaya dan yang pertama kali masuk adalah mahasiswa dari jurusan Desain Komunikasi Visual,perwakilan dari kampus UB ada 3 orang dengan 2 orang laki-laki dan satu perempuan. Saat sosialisasi berlangsung pandanganku tak teralihkan dari kakak mahasiswa itu.
'Untung nggak jadi tukeran bangku sama aloe' batin Rain sambil cengar cengir.
"Ngapain luu senyum-senyum sendiri" tanya Mara membuyarkan lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu Di Ujung Senja
Teen FictionRain Dirandra ,seorang gadis dari keluarga biasa yang bercita-cita mengangkat derajat orang tuanya. Dia anak ketiga dari empat saudara ,namun dia sejak kecil dia sudah diasuh oleh adik dari ibu kandungnya dan menjadi putri tunggal dari keluarga adik...