Tiga.

73 6 1
                                    

Tiga hari setelah pulang dari rumah sakit, Wiliam kembali sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya yang banyak. Tak jarang pula melihat Wiliam bersama Kamala yang tengah menemaninya.

Perempuan itu sibuk dengan teleponnya sementara Wiliam sibuk dengan laptopnya. Berada di kade Kafe, banyak mahasiswa-mahasiswa yang berbeda universitas.

Mereka duduk di ujung sana; sisi jendela, Kamala tepat di sebelah jendela dengan setelan menutupi pahanya. Sementara Wiliam dengan lengan kemeja hitamnya dilipat memperlihatkan ototnya dan urat nadinya.

"Kamu mau makan kek?" Kamala menoleh, melihat Wiliam tengah berdiri bersiap untuk memesan makanan minuman mereka berdua. "Atau minum?"

"Mau kopi manis dan kek karamel almond." Wiliam mengangguk, tangannya bergerak meraih dompetnya lalu mengusap kepala Kamala tanpa sebab.

Ia langsung menuju ke tempat penjaga kasir, ada banyak mata-mata tengah memandangnya kagum, bahunya lebar, dengan kemeja hitam cukup buatnya karisma.

Kamala terusik dengan bisikan sadari tidak henti-hentinya membuatnya tertarik untuk mendengar; "cantik sekali."

Kamala mendongak melihat kekasihnya menjadi sorotan mahasiswa-mahasiswa lainnya membuatkannya terasa panas, apalagi dua kancing atasnya terbuka memperlihatkan jelas leher indah Wiliam.

Apalagi Wiliam tengah menunggu pesanannya berdiri sambil meletakkan tangannya di meja kasir dengan mengetuk-ngetuk meja tanpa bunyi.  Matanya sepenuhnya ke layar telepon tidak terlalu memperhatikan orang ramai.

Kamala terus mendiamkan dirinya, tidak ingin rasa cemburunya terlihat jelas. Ia harus bersikap biasa— seperti pertama kali melihat kedekatan Wiliam dan mantannya.

Ah, aku cari penyakit, pikir Kamala mengingkatkan semula memori itu. Kamala menggeleng, membuang potongan-potongan memori itu dari pemikirannya.

"You okay?" Seseorang tengah menegurnya, dengan raut khawatir setelah melihat Kamala tampak tidak baik-baik saja. Kamala menggubris pertanyaan pria itu, dia hanya memberi senyum tipis.

"Kamala?"

Kamala mengangkat kepalanya, tersenyum lebar melihat Wiliam kembali dengan selamat, dia mengambil alih mampan walaupun Wiliam sempat menolak— Kamala dengan kepala batunya membuatkan sosok Wiliam itu membiarkannya dengan pasrah.

Tak lama kemudian ekspresi wajahnya bertukar sekejap, membuatkan Wiliam mengerut kebingungan, apakah dia melakukan kesalahan sampaikan Kamala merajuk padanya.

Seakan mengerti, Kamala langsung buka suara, "kamu menarik perhatian orang."

Wiliam manggut-manggut paham sekarang, apakah karena bajunya— atau wajahnya? Wiliam toleh sana sini, mencari sesuatu yang bisa menutupi wajahnya.

"Cari apa?"

"Topi, biar orang tidak bisa melihat wajahku," jelas Wiliam sambil tersenyum lembut membuatkan kedua pipi Kamala bersemu merah.
"Sepertinya aku harus beli topi, sebentar—"

"Bukan, tidak perlu," pandangan Kamala tertuju pada lengan berurat Wiliam, "seharusnya kamu menutupi itu," ujarnya sambil menuju lengan Wiliam.

Wiliam mengerti sekarang, kekasihnya cemburu karena ini.

BE MY MISTAKE

Kamala memain-mainkan jaket kekasihnya sengaja ditinggalkan agar Kamala bisa mencium aromanya jika Kamala merasa rindu.

Kamala bangkit, tatapannya menatap tak percaya kearah layar teleponnya, itu kekasihnya dan seorang perempuan bersamanya. Apakah Wiliam selingkuh darinya.

BE MY MISTAKE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang