-5-

146 20 4
                                    




Aku pernah membaca kalimat, isinya simpel, iya sesimpel hidup.
Hidup ini tidak selamanya harus tahu kenapa, hidup itu simpel, jangan dibuat ribet. Contohnya, tidak sengaja makan timun yang terasa pahit ya buang saja. Lewat jalan tertutup karena hajatan putar balik, karena sering kali manusia membuatnya ribet.
Manusia sering kali di pusingkan dengan meminta penjelasan tersebut, padahal dengan meminta penjelasan kenapa timun itu pahit, tidak mengubah fakta bahwa kamu sudah memakan timun tersebut.
Iya, kalimat yang pernah aku baca sesimpel itu tapi sangat bermakna menurutku.

"Kau sedang membaca apa?"

Phuwin mendapati Earth yang berdiri di samping kursi yang ia duduki, dia tidak tahu jika sepupunya tersebut datang ke rumahnya. Hahh sepertinya Phuwin lupa mengunci pintu kamarnya, buktinya saja Earth bisa masuk tanpa permisi.

"Hanya menulis kalimat random." Jawab Phuwin singkat. Phuwin pun melirik sepupunya, dia menghela nafas karena paham apa alasan yang membawa Earth datang kesini. Pastinya Mix menyuruh sang kekasih mendatangi Phuwin dan meminta semoga saja Phuwin mau kembali ke perusahaannya, walaupun sepertinya sedikit susah.

"Kenapa pulang?" Tanya Earth lirih.

"Homesick?" Jawab Phuwin pelan, dia sudah menduga Earth pasti akan bertanya. Makanya dia tidak terlalu menjawab dengan panjang, pastinya Mix yang menyuruhnya bertanya juga mengenai alasan Phuwin mengapa dia mengundurkan diri dari pekerjaannya.

"Kenapa Resign?" Tanya Earth terus terang.

Phuwin menghela nafas, dia berdiri dari duduknya dan merapikan hoodie yang dia pakai. Karena sedikit kebesaran untuk dirinya, jadi terkadang lengan hoodienya menutupi sampai jarinya tidak terlihat. "Ingin fokus kuliah." Jawab Phuwin apa adanya.

"Jika ada masalah tentang pekerjaan atau mengenai gaji perusahaan, kau bisa mengatakannya padaku."

"Masalahnya bukan tentang itu semua, Phi. Aku hanya ingin fokus kuliah dan menghabiskan waktu dengan keluarga, aku terlalu lama bersenang-senang di luar, Phi."

Earth menghela nafas, dia meraih bahu Phuwin dan menariknya ke dalam pelukannya. Entah hanya perasaan Earth saja atau memang benar, Phuwin terlihat lebih kurusan dari terakhir dia lihat. Bukankah jika kalian merindukan rumah dan kembali pulang, kalian akan terlihat bahagia? Tapi yang Earth lihat, Phuwin semakin memasang tembok besar yang tinggi. Dia paham, anak seusia Phuwin akan mencari jati dirinya, tapi Phuwin terlalu jauh.

"Menangis lah." Dan bisa Earth rasakan Phuwin bergetar dalam pelukannya, dan terdengar suara lirih tangisan dari adik sepupunya tersebut. Masalah apa yang menimpamu? Seperti itulah yang Earth pikirkan, pertanyaan tersebut berputar terus dalam pikiran Earth, tapi dia tidak punya hati untuk bertanya pada Phuwin.

Dia takut menyakiti adiknya tersebut.



——————

Ini sangat menyakitkan, di saat aku masih ingin bersamanya walaupun aku tahu dia adalah alasan sakit yang aku rasa.

——————


Pond menatap anaknya dengan diam, dia bisa melihat Cake yang juga menatapnya. Entah apa yang anaknya pikirkan tapi semenjak kepergian Phuwin dari apartemennya, anaknya tersebut tidak menangis atau bisa Pond katakan akan berhenti menangis jika Pond menaruhnya di atas ranjang yang Phuwin pakai.

"Apa kau merindukannya?" Tanya Pond pada anaknya, dia pun sama merindukan Phuwin, tapi dia bisa apa? Bahkan jalan satu-satunya yaitu Dunk pun tidak memberitahunya mengenai kabar Phuwin.

"Daddy juga merindukannya." Lirih Pond.

"......"

"Jika kau dewasa nanti, Daddy berharap kau akan paham, alasan Daddy tetap memilih sendiri membesarkanmu tanpa sosok Ibu untukmu, atau alasan Daddy memilih sendiri karena ada seseorang yang akan selalu Daddy kasihi sampai entah kapan itu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang