3. Menyerupai

25 3 0
                                    

Malam kemarin menjadi begitu heboh, berita mengenai keganjilan saat pengajian menjadi berita besar saat itu, mereka membicarakannya juga menduga-duga. Ada yang mengatakan Abu gentayangan, pemakaman nya tidak sempurna, kematiannya tidak tenang, bahkan ada yang bilang katanya ada keinginan Abu yang belum terlaksana, makanya dia meneror keluarga.

Aku yang sudah takut justru semakin ketakutan, berita itu bahkan sampai ketelinga anak-anak Abu, mereka mengatakan tidak ada kesalahan dalam kematian Abu, itu murni penyakit, anak perempuan Abu yang memang tidak pernah akur dengan ibuku semakin menjadi, dia mengatakan mungkin Abu tidak ingin dikuburkan didesa ini, dia mengatakan akan memindahkan kuburan abu, namun itu langsung ditolak keras oleh anak-anak Abu yang lain, karena saat itu ayahku masih belum pulang, mereka tidak mengijinkan kuburan abu dipindahkan.

Itu menjadi pertengkaran hebat, sampai akhirnya anak perempuan Abu sepakat untuk tidak membongkar makam itu, namun dengan catatan, kalau setelah 40 hari masih ada hal ganjil, dia akan membongkar makam itu dan akan dipindahkan ke desanya.

Sejujurnya aku ingin bercerita juga, mengenai aku yang merasa tidak betah dirumah, hawa merinding setiap memasuki rumah. Dimulai hari ini, aku tidak berani dirumah sendirian, sepulang sekolah, tanpa pulang kerumah aku selalu menunggu ibuku pulang yaitu dirumah nenek, atau dirumah saudaraku yang tidak ke sawah, atau bahkan dirumah pak RT yang saat itu berhubungan dekat dengan keluargaku.

Siang itu, karena aku tau, nenek ku pergi jiarah ke Banten, ibuku dan beberapa tetangga pergi ke sawah untuk menanam padi, jadilah aku mengungsi dirumah pak RT, karena disana pak RT mempunyai 2 anak yang masih kecil-kecil, seumuran adikku. Hari ini perut ini merasa lapar, padahal biasanya aku bisa menahan rasa lapar, tapi hari itu tidak, jarak rumahku dan rumah pak RT ini sedikit jauh, dimana rumahku yang ada dipojok, berjarak 8 rumah dengan pak RT.

Aku dilema saat itu, perutku sangat lapar tapi aku tidak berani masuk kerumah, aku lalu berinisiatif mengajak salah satu anak pak RT yang perempuan, aku meminta ijin ibu RT untuk mengajak anaknya menemaniku kerumah, dia mengijinkan karena dia sendiri sudah tau ada berita apa dirumahku, Bu RT berkata nanti dia akan menjemput anaknya, aku berterima kasih, karena keadaan ini darurat.

Kami berjalan, sampai akhirnya kami sampai dirumah, hati ini kembali gelisah, tapi sedikit mereda karena ada seseorang di sampingku, walaupun itu anak 8 tahun, aku membuka pintu karena memang tidak dikunci, hanya dislot saja pintu itu, pintu terbuka, hawa dingin menembus kulitku pada cuaca sedang terik-teriknya.

"Ayo masuk Ris.." aku mengajak masuk Risna, dia langsung duduk didepan tv, aku dengan senang hati menyalakan televisi itu, aku sedikit tenang sekarang, aku masuk ke kamar, mengganti seragam merah putihku dengan pakaian biasa, aku melihat Risna masih asik menonton tv, aku menghela napas untuk masuk ke dapur, keadaan dapur seperti biasanya, aku mengambil nasi dan lauk, kemudian mencuci tangan.

"Risna mau makan?" Aku bertanya pada anak itu, dia menggeleng dengan pemandangan fokus pada tv, semuanya berjalan normal, setelah selesai makan bahkan aku langsung mencuci piring, kemudian mencuci bajuku, bahkan akupun mengerjakan Pr yang masih ditemani Risna dengan asik menonton.

"Ana udah masak nasi?"

"Belum Bu.. eh--"

Aku melotot saat baru sadar dengan suara ibu dari dapur, aku langsung mematikan tv, menarik keluar Risna yang sedikit kaget karena aku tiba-tiba saja menariknya, aku langsung menutup pintu, bulu ditanganku merinding, perutku menjadi mules. Itu suara ibuku yang berasal dari dapur, padahal ibuku sama sekali belum pulang.

Aku ketakutan langsung duduk di teras tetangga, keringat membasahi pelipis, rasanya sangat takut, itu benar-benar jelas suara ibu, tubuhku sepertinya bergetar hebat, aku ingin menangis tapi sadar kalau aku sudah besar, kami bermain diteras tetangga sampai ibuku pulang sore itu, baru aku kembali masuk kerumah, dia heran karena aku selalu menunggunya diluar rumah, tapi dia juga mengerti apalagi sejak kejadian malam kemarin.

Sampai magrib tiba, Bu RT datang menjemput Risna, namun Risna tidak ingin pulang, dia masih ingin menonton tv karena dirumah bu rt tidak ada tv, aku juga turut senang karena dirumah kini ramai dengan kedatang Bu RT itu, sampai akhirnya jam 8 mereka pulang, akupun langsung masuk kekamar ku, karena perasaan takut itu hilang, mungkin bukan hilang, tapi aku lupa dengan ketakutan ku. Aku adalah tipikal orang yang pelor atau nempel langsung molor, begitu masuk kamar, aku pasti langsung tidur, sampai akhirnya dijam setengah 10 aku haus.

Aku bangun dan mencari gelas yang berisi air, biasanya ibuku menaruh gelas itu dimeja, aku tidak menemukannya, suara televisi masih terdengar yang menandakan ibuku belum tidur, akupun langsung keluar kamar, benar saja, ibuku masih menonton tv, begitupun adikku yang tidur disampingnya.

Tanpa berkata aku langsung masuk kedapur.

"Mau ngapain kamu?"

Suara ibu terdengar.

"Minum Bu, haus.."

"Halah..kamu diperkosa ya!"

Aku hampir tersedak mendengar perkataan ibu, aku aneh karena setelah itu terdengar suara tv dimatikan, kemudian tidak terdengar suara apa-apa lagi. Aku tahu ibu pasti sudah selesai menonton namun setelah aku meletakan gelas dimeja, ibu tidak kembali ke kamarnya, sudah ku katakan bukan, kalau dapur dan kamar ibuku satu baris, jadi kalau ibuku ingin kekamar, dia harus masuk dapur juga, namun ibu tidak masuk kamar.

Aku penasaran, apakah ibu masih diruang tengah apa tidak, aku kaget saat melihat ruang tengah lampunya mati, tapi bagaimana mungkin, tadi sebelum ke dapur lampu itu mrlanya, apakah ibu yang mematikan? Tapi kemana ibu sekarang, karena aku tidak melihat ibu masuk kamar, begitupun diruang tengah, tidak ada ibu, aku tau aku kembali melihat sesuatu, aku berlari dan langsung masuk ke kamarku, ini adalah pengalaman termenakutkan yang aku alami.

Jika kalian berpikir, mungkin saja ibu sudah masuk kamar tanpa aku melihatnya! No, kalau ibu masuk kekamar, aku pasti melihat, karena dapur sebaris dengan kamar ibu, aku pasti mendengar pintu yang dibuka, atau ditutup, dan harusnya juga aku mendengar lampu yang dimatikan, karena saat itu lampu masih mekakai saklar jadul, yang jika dinyalakan atau dihidupkan akan terdengar jelas, karena setelah mendengar suara tv dimatikan, aku tidak mendengar apa-apa lagi, baik pintu, lampu, ataupun langkah kaki ibuku.

Bersambung...

STORY TELLING HORORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang