"Miss Amara, mijn favoriete leraar (Miss Amara, guru favoritku!)" kata Sophie, anak TK berambut pirang keriting asal Belanda. Ia memeluk Amara, guru termuda di TK internasional tersebut.
"Dank u wel! (Terima kasih!)" kata Amara. "Kamu baik sekali, Sophie!" Ia memeluk anak bule menggemaskan itu. Rasanya ia seperti punya boneka hidup yang peluk-able. Gemas sekali!
"Miss Amara seperti Rapunzel!" kata Sophie lagi, susah payah berbicara Bahasa Indonesia. Ia ingin sekali punya rambut lurus seperti Amara dan memakai baju pink mirip Rapunzel.
Setiap Sabtu di sekolah itu guru memang harus memakai kostum. Maka, hari itu Amara memakai dress pink ungu yang ia tambahi manik-manik dan glitter, mirip Rapunzel.
Tak lama, mobil jemputan Sophie datang. Mr.Stanton, ayah Sophie, si duda bule, menurunkan kaca jendela dan mengangguk sopan pada Amara.
Sophie kemudian berpamitan, "Terima kasih bu guru! Daaah!" Ia melambaikan tangan mungilnya. Imut sekali.
"Sama-sama. Hati-hati di jalan!" Amara tersenyum tak kalah imut dengan lesung pipinya. Ia sayang sekali pada Sophie.
Sophie belum begitu fasih Bahasa Indonesia, sehingga ia masih berbahasa Belanda atau Inggris. Dan Amara adalah satu-satunya guru di sekolah itu yang bisa Bahasa Belanda. Itu sebabnya Sophie sangat suka pada Amara.
Lalu, setelah semua siswa pulang, Amara juga segera pulang. Ia naik bus seperti biasa. Tapi hari itu, ia tidak langsung pulang. Ia menenteng amplop cokelat berisi CV, untuk melamar kerja.
Ini hari kesebelas ia mencari kerja. Sebenarnya ia suka menjadi guru di TK Internasional itu. Ia suka bermain, berhitung, mengajar, memeluk anak-anak bule ekspatriat itu. Tapi gajinya sedikit karena ia cuma guru kontrak lulusan SMA. Jam kerjanya juga hanya sampai jam 11.00. Ia masih punya banyak waktu luang. Maka, ia bisa punya satu lagi pekerjaan.
"Kerja apa ya yang gajinya gede?" Di dalam bus, Amara bertelepon dengan Lala teman baiknya. "Yang cukup buat jalan-jalan ke mall, ke pantai, ke Bali, ke Paris, ke Itali, ke Turki!"
"Ngadi-ngadi lo!" protes Lala. "Jadi sugar baby papinya murid lo aja! Bule-bule ekspat!"
"Sugar baby? Hmm..." Amara mempertimbangkan usulan Lala. "Atau jadi mama tirinya Sophie aja. Bapaknya baru aja cerai nggak kuat LDM beda benua. Yaaa coba-coba berhadiah. Kalau dapet ya syukur, kalau enggak ya gimana caranya biar dapet! Tapi... masa gue nikah sama dudaaaa?!" Amara berkata setengah berteriak.
Seisi bus jadi menoleh padanya. Ia langsung menunduk, malu cita-citanya menikahi duda bule. Ternyata cari kerja sesusah itu sampai ia putus asa dan ingin jadi ibu tiri.
Lantas, entah ada keberuntungan apa, saat turun dari bus, di tikungan jalan ia menemukan sebuah kafe baru bernama FIASCO yang sedang buka lowongan. Lalu, di saat yang sama ada sebuah mobil berhenti di depan kafe. Keluarlah seorang laki-laki yang tampak familiar bagi Amara.
"Kayak pernah lihat. Siapa, ya?" gumam Amara. Ia mengulas memorinya, dan ia segera ingat bahwa laki-laki tinggi tegap itu pernah menolongnya waktu ia terjatuh di rooftop gedung SMA-nya dulu.
"Reynov! Kakak kelas SMA gue!"
Amara si manusia ceria happy-go-lucky itu tanpa basa-basi langsung mengejar senior SMA-nya itu. Prinsipnya; banyak channel, banyak cuan. Jadi, ajak ngobrol aja dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiasco Kafe (END lengkap)
Teen FictionAmara, mahasiswi drop out yang sekarang menjadi barista di Fiasco Kafe. Ia senang bisa bekerja di sana. Tapi, Reynov si pemilik Kafe mulai mencurigai Amara karena Amara bisa berbahasa Belanda, tahu nama senjata, dan tahu hal-hal medis. Siapa Amara...