Reynov menghentikan mobilnya di depan Fiasco kafe. Di bagasi mobilnya ada seorang agent yang ketahuan memata-matainya selama beberapa hari terakhir ini. Agent itu pasti suruhan Erik, detektif saingannya yang selalu iri.
"Woi, diem lu, botak!" Reynov membuka bagasinya dan membentak. Laki-laki botak itu dari tadi memukuli bagasi terus dengan tangan dan kakinya yang terikat. Reynov lalu membuka lakban di mulut orang itu sambil menodongkan pisau ke lehernya. "Gua kasih lu kesempatan ngomong satu menit! Gua lagi mode senggol bacok! Lu macem-macem dikit, gua gorok!"
"Om, ampun, Om! Anak gua masih kecil! Iya, Erik nyuruh gua ngikutin lu. Dia bahkan belum bayar gaji gua dua bulan! Pinjem dulu seratus dong, Om!" Si botak malah ngutang.
"Buset! Ke pasar lalu ke barat, cakep, dasar lu melarat!" Reynov si bule Betawi malah berpantun. Ayah Reynov memang asli Jakarta. Ibunya sedikit berdarah Belanda. Nama Reynov sendiri adalah gabungan dari nama mendiang kedua orang tuanya. Rudi Setyawan dan Sovia.
"Halah! Cepek doang, Om! Ntar gua balikin!" kata si botak dan langsung Reynov tonjok.
"Kaum kismin kayak lu tuh wasting my time!" Reynov kesal. Ia lakban lagi mulut si botak.
"Reynov!" Tiba-tiba ada seorang perempuan memanggil namanya.
Reynov buru-buru menutup bagasinya. Ia balik badan, dan ia amati perempuan itu. "Anda siapa, ya? Kok, kenal saya?" Ia bersiap mengeluarkan pisau lipat dari balik jasnya. Waspada.
"Gue Amara! Kita satu SMA! Lo pernah nolongin gue pas jatuh di rooftop SMA! Inget?"
Reynov mengernyitkan dahi, curiga. Ia baru setahun kembali dari Amerika. Di negeri ini, kenalannya hanya orang utusan papahnya. Kenapa perempuan ini bisa tahu namanya? Jangan-jangan perempuan ini agent suruhannya Erik juga? Tapi, kenapa bajunya norak gitu? Dia sedang menyamar jadi apa? Princess Disney? Kenapa Erik merekrut agent yang aneh-aneh? Satunya bapak-bapak botak, satunya kayak mau main teater gini!
"Emm... gue kalau pagi ngajar dulu di TK! Jadi harus pakai baju kayak gini tiap Sabtu." Perempuan itu sadar Reynov melihat penampilannya dengan tatapan aneh. Ia lalu kembali memperkenalkan diri. "Gue Amara. Kita satu SMA. Lo senior gue. Tapi lo cuma beberapa bulan sekolah di situ, habis itu lo pindah. Inget?"
"Oya?" Reynov pindah sekolah puluhan kali sesuai misinya. Mana sempat ia punya teman.
Bruk! Bruk! Agent botak tadi kembali menendang kap mobil Reynov. Reynov menekannya dengan siku tangannya. Jangan sampai perempuan itu tahu ada orang di bagasinya. "Terus Anda mau apa ke sini?"
Perempuan itu memandang name tag di jas Reynov. Matanya membulat saat tahu status Reynov adalah owner Fiasco Kafe itu.
"Lo buka kafe sekarang? Gila keren banget!" Gadis imut berambut panjang serta berlesung pipi itu masuk ke kafe tanpa permisi. Bahkan ia memegang berbagai pernak-pernik kafe, dan nyaris menemukan kamera tersembunyi di belakang kaca.
Reynov buru-buru berlari menutupi kamera itu. "Sori, kafe ini belum buka! Kami masih hiring pegawai. Jadi, tolong pergi sekarang juga, ya!" Reynov mulai kesal orang yang ia curigai sebagai suruhannya Erik ini menjelajahi kantornya.
"Lagi hiring? Gue daftar, ya!" Amara menunjukkan CV-nya. "Amara Rosiana. Empat tahun jadi barista merangkap kasir. Gue bisa bikin latte art bentuk apa pun. Gue hafal semua racikan-racikan kopi. Gue teliti, ramah, jujur, dan paaaantang menyerah!"
Reynov tak berkedip melihat betapa penuh semangatnya Amara. Pitching deck yang dilakukan Amara juga cukup menjanjikan. Four-year-experience as barista and cashier. Itu berarti nggak perlu repot-repot mengajarkan segala hal tentang perkafean ini. Dan dari matanya yang polos, sepertinya gadis ini ya cuma warga sipil saja. Bukan agent suruhannya Erik. Threat not found. Reynov memasukkan kembali pisau lipatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiasco Kafe (END lengkap)
Teen FictionAmara, mahasiswi drop out yang sekarang menjadi barista di Fiasco Kafe. Ia senang bisa bekerja di sana. Tapi, Reynov si pemilik Kafe mulai mencurigai Amara karena Amara bisa berbahasa Belanda, tahu nama senjata, dan tahu hal-hal medis. Siapa Amara...