"Bang, gua udah hack semua CCTV di rumah Ali Sandi yang jadi target misi final kita ini," kata Odi si ahli IT. Ia adalah anggota paling muda di firma detektif itu. Bertubuh gembul dan agak oriental, mirip Russel bocah pramuka di film Up.
"Ali Sandi target di misi final kita ini pejabat militer nggak main-main!" kata Odi. Ia mengamati laptopnya sambil jadi tukang keroknya Reynov yang minta dikerokin karena demam pasca dua hari tidak tidur mengintai target.
Seperti bapak-bapak di pos ronda, mereka duduk dengan kaki terangkat ditemani segelas kopi hitam di ruang utama Fiasco Kafe. Target di misi terakhir mereka adalah menculik Ali Sandi, lalu menyuruh pejabat senior itu mengakui pembunuhan yang dilakukannya dua puluh tahun lalu. Ini adalah misi final yang amat penting.
"Oya, gua juga nemu satu-satunya area yang nggak ada CCTV-nya di rumah Ali Sandi," kata Odi. "Area kamar anak kandungnya. Itu kamar setiap hari kosong. Nah, lu bisa keluar masuk lewat situ, Bang!"
"Hmm... anak kandungnya emang kabur dan Ali Sandi sendiri masih nyariin anaknya. Kalau kita gagal nyulik Ali Sandi, kita masuk ke Plan B, yaitu kita ancam dia dengan nyulik anak kandungnya."
"Lah, Ali Sandi sendiri aja masih nyariin anak kandungnya yang kabur. Gimana kita, Bang?"
"Gua masih nyari juga. Kayaknya dia di luar kota. Tinggal sama kerabatnya. Dia mahasiswi kedokteran. Namanya Arina Rosalin," tukas Reynov. "Kita musti berhasil di misi ini. Sebelum Erik berhasil handle misi ini," kata Reynov. Ia tidak mau kalah dengan Erik saingannya itu.
Selesai kerokan, Reynov berdiri mengisi ulang kopinya. Lalu saat ia berbalik, tiba-tiba Amara sudah ada di pintu kafe. "Brurbbb!" Reynov kaget dan menyemburkan kopinya. Malu, belum pakai baju. Mana punggungnya belang-belang kerokan pula. "Baju gua! Baju gua!" katanya minta Odi melempar kaosnya.
"Soriii!" Amara berlari ke luar. Siang bolong panas gini dia dikasih pemandangan ala idol K-Pop yang lagi pamer otot bisep serta perut kotak-kotaknya, plus punggung merah-merah kerokan. Uuuh... so hot!
"Kenapa panas banget, ya? Astaga... Jangan mikir ngeres! Wahai otak, kamu harus tetap suci ya, Nak!" Amara mengibas-ngibaskan tangan di depan muka. "Lagian jam segini udah kerokan, emang semalem ngapain aja dia? Habis mangkal?!"
Di dalam kafe, Odi memberesi laptop dan berbagai alat lainnya. "Siapa, Bang? Karyawan kafe lu?"
"Iya." Reynov memakai kaosnya secara kilat.
"Siapa namanya?"
"Nggak tahu. Lupa gua!" Reynov melihat arlojinya. "Padahal ini masih jam 12.00. Kok dia udah dateng?! Ganggu aja!" Reynov kesal karena diskusinya diganggu. Odi, si IT guy ansos itu buru-buru masuk ke ruang kerja, malas harus basa-basi. Setelah semua rapi, Reynov lalu menyuruh Amara masuk.
"Jam segini kenapa udah dateng? Kan, jam 13.00 siang baru mulai kerjanya," keluh Reynov.
"Sekalian tadi dari sekolah terus ke sini, biar nggak buru-buru juga," kata Amara si karyawan teladan.
"Mbak, besok sampai sini jam 13.00 pas aja, ya. Kalau sampai sini sebelum jam 13.00, saya potong gaji kamu!" ancam Reynov. Kenapa karyawannya ini harus terlalu rajin, sih?
"Ha? Tapi, di mana-mana, kan, potong gaji itu kalau telat!"
"Woi mbak, saya nggak suka interupsi! Jadi, nurut aja sama aturan saya, ya. Make it simple, got it?!"
Amara jadi heran. Aturan macam apa ini? Karyawan rajin bukannya dikasih bonus, malah potong gaji?
****
Misi final; Menculik Ali Sandi. Tulisan itu terpampang jelas di ruang kerja Reynov di Fiasco kafe. Reynov bekerja di kantor ayah angkatnya "Robby Business Consultant" yang sebenarnya adalah firma detektif swasta. Reynov sengaja membuat kantor berkedok kafe supaya tidak perlu bekerja dari kantor utama, supaya agent lain tidak tahu strateginya dan merebut misinya. Ia bertekad akan menggarap semua misi, karena jika misi diserahkan pada agent lain, pasti pembunuhan adalah jalan tercepat mereka. Entah sejak kapan firma detektif swasta ini berubah jadi jasa pembunuh bayaran.
Dan target misi terakhir mereka adalah Ali Sandi, pejabat tinggi di angkatan darat. Ia adalah pejabat yang terkenal bersih dan memiliki popularitas tinggi karena menikahi seorang penyanyi terkenal dan memiliki anak yang juga penyanyi terkenal. Hidupnya seolah sempurna sekali.
Tapi siapa sangka, dua puluh tahun lalu Ali Sandi membentuk sebuah pasukan khusus berisi lima tentara untuk kudeta militer. Ia perintahkan regu pasukan khusus itu untuk mengancam presiden. Tapi saat lima tentara itu berhasil mendesak presiden, tiba-tiba lima orang itu justru ditembak mati. Rupanya Ali Sandi berubah pikiran dan tidak mau kedoknya terkuak sebagai dalang di balik kudeta itu. Maka ia bunuh saja kelima pasukan itu.
Namun, ada satu pasukan yang selamat. Robby Baskara. Kini, ia membentuk sebuah detektif swasta berkedok kantor konsultan bisnis. Di firma detektif itu, ia bentuk kamp militer dan ia rekrut empat anak yang merupakan anak dari keempat rekannya yang mati tertembak. Reynov dan Odi adalah dua dari empat anak yang Robby rekrut, dengan kata lain ayah keduanya adalah tentara yang Ali Sandi bunuh.
Di Kamp militer, Reynov yang terpintar. Karenanya, ia menjadi satu-satunya yang boleh memanggil Robby dengan sebutan Papah. Sedangkan Erik, dia salah satu rekan kamp militer yang selalu iri dengan Reynov. Dia yang poinnya selalu terrendah di kamp militer.
Berada di kamp militer memang bukan perkara mudah. Diperlukan determinasi dan loyalitas tinggi. Reynov bahkan selalu menggantung foto ayahnya di mobil sebagai pengingat tujuan hidupnya. Di foto itu ada ayah kandungnya, ayah Odi, ayah Cassie, ayah Erik, dan Robby. Ia hidup hanya untuk balas dendam terhadap kematian ayahnya. Vendetta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiasco Kafe (END lengkap)
Teen FictionAmara, mahasiswi drop out yang sekarang menjadi barista di Fiasco Kafe. Ia senang bisa bekerja di sana. Tapi, Reynov si pemilik Kafe mulai mencurigai Amara karena Amara bisa berbahasa Belanda, tahu nama senjata, dan tahu hal-hal medis. Siapa Amara...