Tetap mempekerjakan Amara berarti Reynov harus menerima dunianya Amara juga. Siang itu, Sophie, siswa Amara di TK Internasional mampir ke kafe.
"I love this place. It's so cute!" Sophie si bocah bule tampak senang di kafe itu karena ada banyak pernak-pernik lucu di sana. Yang paling menarik perhatiannya adalah gantungan-gantungan bintang di cermin. Ketika ia menggoyangkan cermin, bintang-bintang itu ikut bergoyang. Sialnya, Reynov memasang kamera tersembunyi di balik cermin itu. Jadi, kamera tersembunyi itu ikutan tremor juga.
"Ini kamera lu kenapa, Bang?" Odi the IT guy mengamati bingung dari monitor CCTV di ruang kerja Reynov. Ia pikir kameranya rusak. "Bang, kok ada bocah bule di kafe lu!" Odi kaget melihat Sophie.
"Mana?" Reynov ikut melihat ke monitor. Dilihatnya Amara sedang bermain dengan anak kecil bule itu. "Dapet anak dari mana dia? Waduh pasti usil, tuh, bocil. Kalau mecahin kamera awas, ya!" Ia keluar dari ruang kerja, takut anak itu memecahkan kamera tersembunyinya.
"Ini anak bule siapa?" tanya Reynov pada Amara.
Amara bukannya menjawab malah menyuruh Sophie menjawab. "Sophie, coba perkenalkan diri!"
Sophie menurut. "Namaku Sophie. Aku lima tahun. Aku suka es krim dan Rapunzel." Sophie berbicara dalam bahasa Indonesia dengan aksen yang susah dipahami, tapi Amara bangga sekali mendengarnya.
Reynov sama sekali tidak mengerti apa yang diucapkan Sophie. "Who are you? Where is your Mom? Where is your Dad? You should go home!" omel Reynov sambil ikut berjongkok.
"Dia murid saya. Baby Sitter-nya lagi ke apotek depan sebentar." kata Amara.
"Kamu mau-maunya dimanfaatin disuruh kerja di luar jam kerja!"
"Nggak apa-apa. Kan, latihan jadi mama tirinya Sophie!"
"Ha? Mama tiri? Kamu mau ngawinin bapaknya?" Reynov kaget. "Cita-cita, tuh, jadi dokter gitu, loh! Cita-cita kok ngawinin duda bule! Desperate banget!"
"Ya karir, kan, bisa berubah kapan aja. Cita-cita dokter saya udah expired!"
"Karir? Ngawinin duda kok karir, sih!" Reynov geleng-geleng kepala. "Udah suruh pulang sana. Emangnya ini penitipan anak! Ini bocah pasti usil. Nanti dia mecahin barang-barang!"
"Enggak! Saya yang jagain! Sophie anak imut kayak boneka gini, kok!"
"Boneka apaan? Boneka Annabelle?" Reynov manyun. Dia benci anak kecil. Dan... nah ... nah ... Sophie mulai usil menggoyang-goyangkan cermin. Reynov langsung meneriaki Sophie.
"Hey, Kid! Don't you dare!" teriak Reynov deg-degan kameranya pecah.
"Sophie! Come here!" Amara menarik tangan Sophie. "Tenang, aja! Saya akan jagain dia seperti anak saya sendiri!" Amara mengibaskan rambutnya. Slay! Ia benar-benar bercita-cita jadi mama tirinya Sophie.
Reynov menepuk jidatnya, berusaha sabar. Tak hanya itu, hari berikutnya hal ajaib lainnya terjadi. Rombongan ibu-ibu bergaya sosialita pas-pasan mendatangi kafe. Ternyata ibu itu pemilik kontrakan rumah Amara. Ia datang dengan gang arisannya. Ia mau berterima kasih pada pemilik kafe karena sudah menggaji Amara sehingga Amara bisa bayar kontrakan yang telah menunggak dua bulan.
"Oh... ini yang punya kafe!" Dengan genit, Bu Lela si bos kontrakan menghampiri Reynov ketika Reynov tiba di kafe.
"Maaf, Ibu siapa, ya?" tanya Reynov. Ia melirik Amara, menyuruhnya mengusir emak-emak ini.
Amara yang trauma dengan pengusiran teman-temannya kemarin langsung menghampiri Bu Lela. "Bu, ini udah sore. Ibu nggak nganter anak les ke bimbel? Pulang, yuk!" kata Amara. Ia takut Bu Lela dan ibu-ibu lainnya juga bakalan digendong keluar oleh Reynov. Nanti suami mereka bisa demo massal ke sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiasco Kafe (END lengkap)
Teen FictionAmara, mahasiswi drop out yang sekarang menjadi barista di Fiasco Kafe. Ia senang bisa bekerja di sana. Tapi, Reynov si pemilik Kafe mulai mencurigai Amara karena Amara bisa berbahasa Belanda, tahu nama senjata, dan tahu hal-hal medis. Siapa Amara...