Tanggal 1 Mei. Hari buruh. Demo di mana-mana. Kesempatan emas. Para pejabat pasti sedang fokus pada kasus perburuhan. Jadi, jika apa yang Reynov lakukan malam ini sialnya tercium oleh aparat, bisa dipastikan tidak akan masuk media.
Malam itu Reynov menjalankan misinya; menculik Ali Sandi. Berbekal informasi dari orang yang ia sandera tempo hari, Reynov mengendap-endap di rumah besar nan mewah Ali Sandi. Ia menggunakan topeng Vendetta mengerikan. Penjagaan di rumah itu berlapis-lapis disertai CCTV. Ia memanjat dan menyelinap menghindari CCTV, hingga akhirnya ia berhasil masuk ke ruang kerja Ali Sandi.
Ia langsung menempelkan pisau ke leher Ali Sandi.
"Pembunuhan pasukan khusus dua puluh tahun lalu, Anda masih ingat?"
Ali Sandi tampak ketakutan. Tubuhnya yang sudah renta membuatnya mudah terkena serangan jantung. Ia mulai sesak napas.
"Pembunuhan pasukan khusus? Saya tidak pernah tahu ada pembunuhan pasukan khusus!" kata Ali Sandi dengan napas berat.
Mendengar Ali Sandi mudah sekali mengelak atas pembunuhan ayahnya, Reynov marah.
"Pejabat bangsat! Bohong!" Reynov menekan pisaunya. "Anda kepala pasukan khusus saat itu. Anda yang memerintahkan kudeta, dan Anda juga yang berkhianat membunuh pasukan khusus itu!"
"Saya tidak tahu apa-apa. Tolong lepaskan saya!" Dengan napas terengah-engah Ali Sandi meraih saku celananya. Tangannya gemetaran. Rupanya ia menggunakan remote untuk memanggil penjaga.
Reynov berusaha merebut remote itu tapi Ali Sandi terlanjur berhasil menekan tombolnya.
Beberapa detik kemudian belasan penjaga menyerbu masuk ke ruangan Ali Sandi. Reynov segera menyelinap kabur keluar ruang kerja Ali Sandi, tapi sayang ia kalah jumlah dengan pasukan itu. Ia berhasil dihadang oleh lima penjaga. Ia mulai pasang kuda-kuda, waspada siapa yang akan menyerangnya duluan. Perkelahian tak terelakkan. Berbagai jurus bela diri ia gunakan.
Hingga akhirnya para penjaga itu menggunakan pistol, terpaksa Reynov juga mengeluarkan pistolnya—yang sebenarnya berusaha ia hindari karena ia tidak mau membunuh. Reynov berusaha meminimalisir tembakkannya dan berusaha merebut pistol para penjaga itu. Tapi tetap saja adu tembak tak terhindarkan. Ia nyaris berhasil kabur saat seorang penjaga menembakkan peluru ke perutnya.
Reynov berlari segera, jangan sampai darahnya menetes di rumah itu. Ia melepas jaketnya, mengikat perutnya, dan menyelinap sambil menahan sakit. Hari itu misi gagal.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiasco Kafe (END lengkap)
Teen FictionAmara, mahasiswi drop out yang sekarang menjadi barista di Fiasco Kafe. Ia senang bisa bekerja di sana. Tapi, Reynov si pemilik Kafe mulai mencurigai Amara karena Amara bisa berbahasa Belanda, tahu nama senjata, dan tahu hal-hal medis. Siapa Amara...