Tertembaknya Reynov di rumah Ali Sandi sekaligus gagalnya ia mendesak Ali Sandi untuk mengakui kasus pembunuhan itu segera terdengar di telinga Robby. Ia langsung memanggil Reynov ke kantornya. Marah. Di sana ada juga Erik.
"Kamu gagal! What's wrong with you? You keep screwing up everything!" Robby melempar patung kaca di mejanya. Marah besar. "Itu satu-satunya kesempatan. Setelah ini penjagaan pasti lebih ketat!"
Erik yang duduk di sofa tampak tersenyum senang melihat Robby memaki Reynov.
"Papah sudah membuang kamu ke Amerika pasca kejadian matinya anak umur 5 tahun itu," kata Robby lagi. "Papah suruh kamu mengerjakan kasus-kasus bisnis remeh di Amerika. Papah kira kamu sudah siap jika harus menghadapi kasus berat begini. Tapi rupanya kamu tetap saja gagal!"
Reynov diam tidak berani merespon. Pasca ia harus menenggelamkan bocah 5 tahun itu, ia jadi kehilangan fokus. Sialnya kali ini ia gagal mengerjakan kasus Ali Sandi. Ia tidak lagi bisa melakukan kekerasan. Ia jadi lebih takut menyakiti manusia sekarang.
"Gimana kondisimu sekarang? Kapan kamu bisa mulai bergerak lagi?" tanya Robby. Ia menyodok luka tembak di perut Reynov dengan tongkat golf. Reynov mati-matian menahan diri untuk tidak menjerit. Baru tiga hari lalu lukanya dijahit, kini mungkin satu jahitannya kembali lepas karena stik golf Robby.
Robby tidak berbelas kasihan. Melihat Reynov bisa menahan sakit, ia yakin Reynov baik-baik saja.
"Segera jalankan Plan B. Culik anak kandung Ali Sandi. Kamu sudah menemukan anak kandungnya?"
"Masih harus saya cek sekali lagi, Pah."
*****
Reynov belum yakin Amara adalah anak Ali Sandi. Maka, ia merancang sebuah pertemuan untuk mempertemukan ayah dan anak yang sudah lima tahun berpisah itu. Hari itu Reynov membawa Fiasco kafe buka stand di sebuah business party kenalannya. Amara tentu harus ikut. Pulang mengajar, masih dengan kostum Rapunzel-nya, Amara sampai di ballroom hotel tempat acara berlangsung.
"Kamu nggak bawa baju ganti?" tanya Reynov heran.
"Saya lupa. Maaf, ya!" Amara takut dimarahi Reynov. "Tapi kalau pakai apron nggak kelihatan, kok!"
Reynov menggeleng tidak peduli. "Nanti ada banyak artis. Sapa yang ramah, ya!" katanya.
"Artis?" Amara heran. Ia membaca tulisan dekorasi di panggung, "Celebrating Ten Years Anniversary of MM Artist Management". Ternyata itu adalah pesta perayaan satu dekade sebuah perusahaan manajemen artis yang telah membidani lahirnya banyak selebriti tenar. Amara ternganga. Perasaannya tidak enak. Bagaimana kalau Klarisa saudari tirinya itu datang?
Pukul 13.00 tamu-tamu mulai berdatangan. Reynov mengobrol dengan beberapa tamu. Dari jauh Reynov mengantar beberapa kenalannya untuk mampir ke stand kopinya.
"Nah ... ini biji kopi lokal dari Kerinci. Ini sudah terkenal sampai ke luar negeri, Pak! Kami dukung petani kopi lokal seratus persen." Reynov berpresentasi.
Para tamu undangan yang terlihat parlente itu dengan mudah diarahkan Reynov. Mereka bukan orang sembarangan. Reynov sangat persuasif dan penampilannya amat representatif dengan setelan jas membalut badan tinggi tegapnya.
"Pak Ali Sandi! Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Silakan coba kopi dari kafe kami, Pak!"
Reynov membawa seorang laki-laki berseragam militer bernama Ali Sandi, yang Amara kenali betul orang itu sebagai ayahnya. Orang yang Amara hindari selama lima tahun terakhir ini. Amara kaget. Kenapa ia harus bertemu ayahnya di sini? Ayahnya bersama Ela Lidia, ibu tirinya, penyanyi senior yang membuat orang tuanya bercerai, serta Klarisa Karin penyanyi muda yang sedang di puncak ketenarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiasco Kafe (END lengkap)
Teen FictionAmara, mahasiswi drop out yang sekarang menjadi barista di Fiasco Kafe. Ia senang bisa bekerja di sana. Tapi, Reynov si pemilik Kafe mulai mencurigai Amara karena Amara bisa berbahasa Belanda, tahu nama senjata, dan tahu hal-hal medis. Siapa Amara...