Alice berlari keluar dari kantor dengan perasaan kecewa keputusan yang telah dibuat oleh atasan nya benar-benar membuatnya hancur seketika, rasa kesal dan amarah masih menyelimuti hatinya saat ini seakan tidak mempercayai dengan apa di dengar oleh telinganya.Pantas saja selama sebulan lebih ini perusahaan tidak bergerak sama sekali ternyata dari atasannya sendirilah yang melarang untuk mencari rose dengan dalih kasus rose tidak masuk dalam misi negara.
Dasar brengsek!
Kalau saja ia tidak mengingat keselamatan rose, sudah dipastikan ia akan melubangi kepala atasannya tadi.
Maka sudah ia putuskan ia akan bergerak sendiri mulai sekarang persetan dengan peraturan negara karena mati sekarang ataupun nanti tidak akan bedanya, ia tidak akan pernah di akui jika ia mati .
Alice melirik arlojinya yang sudah menunjukan jam sebelas malam ia berniat ingin kembali ke kediaman yakuza dimana Chanyeol kekasihnya telah menuggu nya saat ini dengan segera ia mempercepat langkahnya satu-satunya suara hanyalah langkah sepatu botnya yang beradu dengan aspal. Sampai...
Apa itu tadi?
Alice berputar namun tidak melihat apapun jantungnya berpacu ia berani bersumpah ia mendengar sesuatu tadi, apa itu bandit? atau hanya hewan? alice menghentikan langkahnya sesaat mencoba menenangkan dirinya lalu kembali melanjutkan perjalanannya berjalan begitu cepat sampai nafasnya terengah-terengah.
SREEK
Dengan reflek alice berbalik secara naluri tangannya meraih pistol karena kali ini ia yakin ada seseorang yang memperhatikannya, beruntung alice sudah berjalan jauh dari kantor BIN setidaknya hatinya sedikit tenang.
SREEK.
"Keluarlah, aku tahu kau disitu" Ujarnya dengan menantang "Tunjukan wajahmu atau tetaplah jadi pengecut"
Tak lama kemudian terdengar suara tepuk tangan seorang pria muncul dari balik pepohonan, berpakaian serba hitam mulai dari baju hingga sepatu botnya begitu sangat kontras dengan wajah putih tampannya pria itu sangat tinggi, bahunya pun sangat lebar dan pria paling berbahaya yang ia kenal.
Dan pria itu mengarahkan pistolnya tepat pada jantung Alice.
Alice berdecak "Apa kau bisa mengarahkan pistol mu itu ke arah lain? jujur aku sangat risih melihatnya"
"Oh itu yang kau inginkan?" Kekehnya pria itu menggeser pistolnya se inci cukup memperingatkan bahwa ia siap untuk menambak dada alice.
"Ya itu yang aku inginkan kau tahu aku adalah gadis yang sangat menyukai pistol, karena itu bisa digunakan dengan beberapa hal, tapi- ah aku benci mengatakan ini, tapi jujur saja ya aku sangat takut jika pistol itu-"
"Diam! kau benar-benar cerewet, itulah kenapa aku membencimu!" Bentaknya dengan mata yang memicing menatapnya."Tapi ini kau kan rachel bukan rose si manis itu? aku takut salah membunuh" lanjutnya