Balada Game

8 1 0
                                    

Aku melihat mereka memukuli seorang anak sekolah berseragam SMA di sebuah gang kecil. Mereka dua orang dewasa wajahnya sangar berbadan besar. Apa-apaan mereka memalak anak sekolah.

"Cepat kembalikan uangku" kata salah satu pria dewasa itu.

"Maafkan aku, aku akan membayarnya, ini ambil saja dulu ini" jawab anak itu sambil memberikan sebuah handphone berlogo apel pada pria itu.

Ternyata ini soal hutang piutang. Tapi kenapa anak sekolah berhutang? Aneh sekali. Aku masih menyimak perseteruan mereka sampai seorang pria lagi datang dan menghampiri anak sekolah itu.

"Aku udah bilang jangan kasar sama anak di bawah umur" sahut pria tersebut sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.

Ganteng, hanya itu kata yang dapat menggambarkannya.

"Maaf bos, tapi anak ini sudah melanggar aturan pembayaran. Ini sudah lewat jauh dari ketentuan", jawab salah satu pria dengan tertunduk.

"Tidak kasar pada anak di bawah umur juga ketentuan", ikuti saja."Jawabnya telak.

Aku mengabaikan perseteruan hutang piutang tadi dan melanjutkan langkah pulang kerumah. Sepanjang jalan aku terus memikirkan laki-laki itu. Iya karena ganteng tapi tidak hanya itu sebagai rentenir dia cukup beretika. Tidak boleh mengasari anak di bawah umur. Cukup beradab bukan?

Seperti biasa sesampai dirumah aku makan, mandi dan istirahat, rumah ini cukup besar untuk ditinggali sendirian. Aku bosan, aku mau jalan-jalan keluar sebentar.

Aku duduk di depan minimarket dengan banyak makanan instan di hadapanku. Kenapa makanan instan? Jawabanku sesimpel micinnya beda. Aku cinta micin.

"Kamu mau?" Kataku pada gadis seumuranku yang menatapku makan dari pintu minimarket.

"Sini makan bareng" Ajakku padanya.

"Hehe makasi" Dia tertawa kecil dan menghampiriku.

Kami makan bersama sampai kenyang, bahkan sampai sore kami masih saja makan sambil berbincang. Habis beli lagi habis beli lagi begitu sampai sore.

Nama gadis ini Gita, dia kerja paruh waktu di minimarket. Rencananya dia mau puasa saja hari ini karena sedang irit duit. Katanya dia menabung untuk masuk universitas. Gita sama seperti aku, kami siswa SMA kelas 3 sebentar lagi kami akan lulus dan ujian masuk universitas. Tidak sepertiku, mungkin Gita terbilang kurang mampu sampai harus puasa untuk berhemat.

"Gita!" Panggil seseorang dari jauh. Kami sontak menoleh ke sumber suara. Betapa terkejutnya aku ternyata yang memanggil adalah laki-laki yang aku lihat tadi sepulang sekolah. Kang pinjol

Aku panik, bagaimana ini? Jangan-jangan Gita juga berhutang padanya.

"Ambil ini!" Kata laki-laki itu sambil memberi Gita sebuah handphone yang aku lihat tadi.

"Pakai itu sementara, ada anak yang menjadikannya jaminan" sambungnya.

"Dia gak akan melunasinya, sudah ini buatku aja" kata Gita senang.

Sadar bahwa kau memerhatikan mereka dengan bingung, mereka menatap ke arahku.

"Ah Jia, ini abangku Mahameru panggil aja Bang Meru, Bang ini Jia temenku" kata Gita memperkenalkan kami

Astaga ini kang pinjol abangnya Gita, tapi abangnya bisa banyak duit sampe ngutangin orang kenapa adiknya sampe puasa buat irit duit. Bang Meru itu cuma melihat aku sebentar dan pergi setelahnya.

"Git, Abang kamu bisa hutangin orang artinya kan Abang kamu banyak duit, kenapa kamu sampai harus irit segala?" Tanyaku polos.

"Kamu kok tau Bang Meru hutangin orang?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Casino in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang