Heather

84 13 5
                                    

I still remember
the third of December

Hujan tengah turun dengan deras disertai angin kencang, kilatan cahaya menyesakan setiap sudut ruangan. Gemuruhnya membuat siapa saja yang mendengar menjadi gelisah. Terutama seorang anak perempuan yang sedang bergulung dibalik selimutnya. Matanya yang basah dipejamkan begitu erat, mulutnya yang kecil tak henti berharap agar hujan segera reda. Sudah pukul 2 pagi, namun hujan dengan badainya enggan pergi.

Ditengah rasa takut, tubuh yang gemetar itu tersentak kaget.

deg

Sesuatu entah apa itu, terasa basah dan dingin menyentuh kakinya. Panik segera menjalar, dia semakin merapalkan doa apa saja yang dia hafal. Tangannya semakin erat menggenggam selimut tebalnya.

Tak lama dari situ semua menjadi hening seketika, membuat dirinya resah. Isakan kecil semakin terdengar, tubuh yang gemetar seakan dibuat hilang kendali. Mulut kecil beralih mengucapkan sebuah nama berulang kali seakan itu akan membantunya.

Hangat, ada rasa hangat yang semakin jelas terasa.

"Shhss, it's okay i'm here rn, it's okay, everything is okay"

Seakan sebuah kebiasaan, tangannya dengan erat memeluk rasa hangat itu, menghirup parfum yang dia kenal, menghirup rasa nyaman yang selalu dia tunggu. Nama yang dia panggil sejak tadi.

heather.

Aroma masakan memenuhi apartment studio kecil dengan nuansa sederhana. Seseorang tengah menata dua piring omelette di meja makan dengan dua kursi.

Sambil menunggu waktu makan dia membuat secangkir teh hitam. Lalu beranjak ke arah balkon untuk sekedar menikmati cahaya pagi disertai angin dingin di bulan Desember, lebih tepatnya 3 desember.

Dia menikmati acara pagi itu dengan melihat keadaan sekitar, sama seperti biasanya, tidak ada yang spesial hanya sebatas orang-orang yang sudah mulai sibuk beraktivitas di tengah ibu kota.

"Kak Irene..."

Perempuan dengan surai eboni memeluknya dari belakang, secara perlahan dan tidak terlalu erat. Suaranya masih terdengar parau. Kepalanya disenderkan pada pundak yang memang lebih pendek darinya.

Mereka berdiam selama beberapa menit diposisi yang sama. Tidak ada yang mau beranjak dari kehangatan itu. Suara seruputan teh hanya terdengar dua kali sebelum disimpan pada meja kecil di balkon.

Seseorang yang dipanggil "Irene" membalikkan tubuhnya, lalu bergelayut manja sampai ke meja makan, dan mendudukkan dirinya diatas pangkuan surai eboni.

Tidak ada yang merasa keberatan, mereka sudah terbiasa dengan perlakuan masing-masing, bahkan satu diantaranya selalu senang dengan kebiasaan mereka.

Suasana itu dilanjut dengan dentingan piring, ditambah omelan panjang dari Irene. Dia merasa kesal karna Seulgi tidak pulang ke rumahnya, padahal mereka sudah beberapa kali membuat kesepakatan. Jika ada shift malam, Seulgi harus pulang ke rumah Irene, tidak ada pengecualian. Tapi memang salahnya juga karna ketiduran mengerjakan tugas yang menumpuk, jadi tidak sempat menanyakan kabar.

Semalam dia kepalang panik, tanpa pikir panjang menerobos hujan dan segera mencari taksi, di kepalanya hanya berisi kecemasan.

Me in your sweater
you said it looked better, on me than it did you

Mereka sepakat pergi ke danau, mumpung hari Minggu. Seulgi semangat berkemas dan berlari kesana-kemari menyiapkan keperluan. Irene hanya duduk di sofa menonton program kesukaannya sambil sesekali tertawa kecil melihat kepanikan Seulgi.

Heather • SeulReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang