Taehyung bersandar di dinding dengan pandangan kosong. Kondisinya terlihat kacau dan berantakan dengan mata sembab dan bengkak. Dia membenci setelan yang ia pakai hari ini. Dia membenci benda yang melingkar di lengan kirinya. Ban lengan berwarna hitam dan putih yang tak ingin pernah dia pakai lagi setelah dua tahun yang lalu. Dan hari ini dia memakainya lagi setelah mengalami kehilangan yang sama.
Beberapa orang datang silih berganti meletakkan bunga di bawah sebuah foto dan melakukan penghormatan terakhir.
Taehyung mendongak dan melihat ke arah foto itu. Ibunya tersenyum lebar seolah berusaha untuk menenangkannya.
Semuanya akan baik-baik saja, Taehyung-ah.
Taehyung selalu mengingat kalimat yang terus ibunya katakan sejak dulu. Tapi apakah semuanya akan baik-baik saja jika satu-satunya keluarga yang Taehyung miliki kini sudah pergi? Sang ibu sudah pergi menyusul ayahnya uang terlebih dulu pergi dua tahun yang lalu.
Dua tahun yang lalu, ayahnya meninggal karena serangan jantung. Saat itu Taehyung masih bisa tegar karena ada ibunya di sampingnya. Tapi hari ini, dia sendiri mengantarkan ibunya ke tempat peristirahatan terakhirnya. Dia tidak punya siapa-siapa lagi, padahal usianya baru 18 tahun. Dia hanyalah seorang anak yang baru saja lulus sekolah menengah atas dan bekerja membantu ibunya bekerja di ladang strawberry milik kepala desa. Dia tidak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi karena mereka tidak punya biaya. Tapi tak apa, dia tidak mengeluh atau merasa sedih. Dia senang bisa membantu ibunya bekerja di perkebunan.
Hari ini, dia harus kehilangan ibunya juga setelah sang ibu meninggal karena sakit kanker lambung yang dia derita enam bulan terakhir. Taehyung akan hidup sendiri mulai hari ini. Memikirkan itu membuat dadanya sesak.
"Taehyung-ah."
Seorang wanita berlari ke arahnya dan langsung memeluknya. Rasanya Taehyung ingin menangis histeris di pelukan wanita ini, tapi dia tidak bisa. Hanya ada sesak di dadanya dan dia hanya bisa menangis dalam diam. Membiarkan air matanya turun tanpa ada suara isakan yang keluar dari mulutnya.
"Kenapa pulang? Waktu Appa meninggal, Noona juga tidak pulang? Tapi kenapa sekarang pulang?"
Pertanyaan Taehyung membuat wanita itu melepaskan pelukannya. Melihat wajah kacau Taehyung, air matanya pun turun. Dia tidak sanggup melihat kondisi sang adik.
Kim Jieun, kakak kandung Taehyung. Kim? Ah, bukan lagi.
Taehyung berdiri dan langsung keluar dari rumah duka. Hatinya sakit melihat keberadaan sang kakak di sini. Tidak ada satu orang pun yang mencegah Taehyung pergi karena mereka paham apa yang terjadi antara dua kakak dan adik itu.
Jieun terus mengikuti Taehyung dan duduk di samping adiknya itu saat mereka telah berada di taman yang tak jauh dari rumah duka.
"Aku bertemu dengan Bibi Jung di Seoul. Dia bilang Eomma meninggal, makanya aku langsung datang ke sini."
"Suami Noona tau Noona ke sini?" tanya Taehyung dengan tatapan lurus ke depan.
"Aku sudah mengatakannya waktu perjalanan ke sini."
"Dia mengizinkan?"
"Iya. Dia memberi izin."
"Beri penghormatan terakhir kepada Eomma, setelah itu Noona pulang ke Seoul. Di sini bukan tempat Noona. Daegu bukan lagi rumah Noona."
"Taehyung-ah."
"Waktu Appa meninggal dua tahun yang lalu, Noona tidak mau pulang padahal waktu itu Tae sudah menghubungi Noona. Noona bersikap seolah apa yang terjadi semuanya adalah kesalahan Appa. Bukan Appa yang salah, tapi Noona. Suami Noona sudah menghina Eomma dan Appa karena mereka hanya petani, itu makanya mereka tidak merestui Noona menikah dengannya. Tapi ternyata Noona malah memilihnya dan meninggalkan keluarga ini. Bahkan setelah Appa meninggal pun, Noona tidak datang. Sekarang untuk apa Noona pulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE AND GRAY [ KOOKV ]
FanfictionTaehyung tidak pernah menyangka jika kakak iparnya setampan itu. Dia jatuh cinta kepada Jungkook saat pertama kali melihatnya. Lalu, muncul keinginan Taehyung untuk membuat Jungkook agar tetap berada di sisinya. Tidak ada yang tahu kalau Taehyung se...