"where are we going, bubu?"
Rei merapikan gaun hitam putih yang sangat sempurna ditubuh putri kecilnya, "Avis where do we want to go?" balasnya berbalik bertanya yang sangat jelas membuat wajah sang putri semakin kebingungan sebab sepulang sekolah atau lebih tepatnya setelah makan siang setengah jam laluㅡgadis kecil itu langsung dimandikan dan dipakaikan pakaian rapi selayaknya akan pergi keluar rumah.
"sudah selesai?" kali ini Marva yang bersuara setelah keluar dari kamar mandi untuk berganti pakaian dari formal menjadi harian santai.
"huum, daddy?" Mavis berjalan mendekati Marva setelah Rei mengambil handbag dimeja dekat almari, "where are we going?"
sebelum memberi jawaban, Marva lebih dulu menggendong putrinya itu. "Pergi kemanapun yang princess dan bubu mau, where are you going first?" tanyanya sembari berjalan keluar kamar setelah mendapati Rei sudah siap dengan persiapannya.
"how about Mall? timezone, daddy?" usul Mavis yang sebenarnya tidak tau ingin pergi kemana; for your information saja kalau Mavis ini tipe anak rumahanㅡia bahkan sudah terlalu sangat nyaman berada didalam rumahnya.
"not bad, princess."
Mavis mengangguk antusias, "berarti kita makan malam diluar juga?" lalu dibalas anggukan Marva yang menuruni tangga lantai dua sembari menggendongnya.
"kak, tadi kak Hessa telpon aku tadi." ini Rei yang menyusul dan berjalan dibelakang Marva setelah menutup pintu kamar, "kita diundang makan malam dirumah kak Hessa untuk merayakan kemenangan Mavin."
"oh! kak Mavin menang lomba apa?"
"karate, princess." saut Rei atas pertanyaan Mavis.
Marva mengangguk dengan senyum bangga terhadap pencapaian yang berhasil dicapai oleh keponakannya, "good for him."
perfectly
you're always perfect for mesampai diarea timezone, banyak pasang mata para pengunjung yang memperhatikan bahkan memotret keluarga kecil Rei yang saat ini terlihat sangat bahagiaㅡmemang bahagia sih, ditambah dengan Mavis yang berjalan ditengah-tengah serta digandeng oleh Marva dan Rei itu sudah menunjukkan betapa berbahagianya gadis kecil itu.
"can we play them all?"
"kalau princess mau tentu bisa." balas Marva disisi kanan Mavis, sesekali ia melirik tajam dan datar pada beberapa pasang mata dan kamera yang terarah padanyaㅡatau lebih tepatnya pada Rei dan Mavis yang saat ini tengah bercanda tawa.
"kak, jangan gitu ah.. nggak ramah." celetuk Rei yang menyadari suasana hati Marva sedikit berubah.
"harusnya tadi kamu pakai masker."
Mavis sontak mendongak untuk melihat sang daddy, "why should bubu wear a mask, daddy?" detik selanjutnya gadis kecil itu mengangguk paham ketika melihat banyak kamera terarah kearahnya, "oh.. dad is jealous because there are so many cameras taking pictures of bubu, right?"
"thats right, princess." balas Marva seadanya, toh kalaupun berniat berbohong pada putrinya itu pun akan sedikit sulit.
Mavis menggoyangkan gandengan tangan Marva sembari tersenyum lucu, "daddy nggak perlu cemburu because mereka hanya bisa mengambil foto sedangkan kita bisa memeluk bubu."
"listen to princess, nggak perlu cemburu."
mendengar imbuhan dari Rei, Marva hanya meringis sedih. "Kamu mana tau perasaan aku, sedih tau kalau banyak orang punya foto kamu." curhatannya menghasilkan delikan malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfectly (delayed)
Short Story‹ delayed › S2 dari PERFECT. bagi Marvaka Adimasta, yang paling sempurna tetaplah submissive bernama Rakala Haureiga.