Chapter I

19 1 0
                                    

#Pembuka

Malam yang dingin tak mampu menghambat para remaja melakukan kegiatan balap liar mereka. Ditengah sorak sorai yang mereka lantunkan, terlihat 5 motor sport yang menuju kearah mereka dengan kecepatan yang gila. Lalu, sebuah motor sport ninja kawasaki H2R berwarna hitam melintasi garis finish terlebih dahulu, membuat para remaja yang menjadi penonton heboh dibuatnya.

Bagaimana tidak, dia adalah seorang queen racing disana sekaligus seorang ketua geng Ruler Dragon yang sangat ditakuti di daerah tersebut. Dia adalah Luna Algita yang biasa disapa Al, seorang perempuan berusia enam belas tahun. Meskipun seorang perempuan, itu tak membuatnya takut pada apapun.

Seperti saat ini, dia dengan beraninya melakukan balap liar yang biasanya hanya diikuti oleh remaja laki-laki.

Oke back to story

Saat ini Al dan teman-temannya sedang berbincang, meski hanya teman-temannya saja yang mengoceh. Saat mereka sedang membahas tentang penantang tadi, suara notifikasi dari handphone milik Al membuat suasana yang tadi riyuh menjadi sunyi.

"Siapa?" Tanya salah satu dari mereka yang memiliki rambut hitam gelap dengan warna mata yang senada, tinggi badannya sekitar 185 cm, namanya Arsen.

"Nyokap gw." Jawabnya seadanya dan membalas pesan itu.

"Apa katanya?" Tanya yang lain dengan perawakan yang manis rambut coklat gelap dengan warna mata hitam, dengan tinggi badan sekitar 182 cm, dia dipanggil Arka.

"Disuruh pulang katanya." Jawabnya lagi masih fokus ke layar hp nya.

"Terus?" Tanya si yang paling kecil dari mereka, bahkan tingginya hanya 178 cm saja, dia memiliki rambut hitam dengan warna mata amber dia adalah Kevin.

"Ya balik lah. Biar gak kena bacot, ya nggak bos?" Ujar Arka dengan nada main-main.

Sedangkan Al menatap Arka tajam membuat sang empu terdiam menciut. Lalu, Al mengangguk menjawab pertanyaan Arka.

"Gw duluan." Pamitnya sembari menaiki motornya.

"Yoi." Jawab mereka serempak.

Melihat teman mereka sudah menjauh, mereka juga ikut pulang kerumah masing-masing. Sedangkan di tempat lain tepatnya di atas atap gedung yang tak jauh dari sana, seorang pria berbaju serba hitam melirik kearah tujuan Al dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Setelah siluet Al menghilang dari pandangannya, dia ikut meninggalkan tempat tersebut.

Disisi Al saat dia sedang melajukan motornya dijalan raya yang masih ramai pengendara. Disaat sedang fokus dengan jalan didepannya, handphone miliknya bergetar menandakan ada yang menelponnya. Memilih menepi agar tidak mengganggu pengendara lain, lalu Al melihat siapa yang menelponnya. Terlihat nama Lala yang tertera di nomor sang penelepon.

Percakapan dalam telpon.

"Halo, ada apa dek?"

"Halo, kak boleh nitip nggak?"

"Mau nitip apa emangnya?"

"Snack, coklat adek udah abis. Jadi kakak beliin bentar, sama keripik kentang yang banyak bayarnya pakek uang kakak. Hehehe"

"Hah, yaudah nanti kakak mampir di minimarket. Ada yang lain?"

"Nggak itu aja, hah? Oke. Kak, bang Alvin nitip nasgor sama cendol. Ihh, diam dulu kak iya iya ini tak kasih tau. Kak Lia katanya nitip bakso minumnya di samain sama bang Alvin, dah itu aja."

"Oke."

Selesai telpon.

Setelah menerima titipan, Al pun kembali melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Saat matanya menangkap minimarket, ia menghentikan laju motornya di parkiran yang ada didepan minimarket. Saat masuk kedalam minimarket, Al disambut oleh kasir yang berada di sebelah pintu masuk/keluar. Mengambil keranjang untuk memudahkan, lalu mulai berkeliling mencari rak khusus makanan ringan. Saat menemukan apa yang ia cari, dengan acuh Al mengambil sepuluh bungkus coklat putih dan lima bungkus coklat hitam. Tak lupa tujuh bungkus coklat Cadbury diary milk dan tujuh bungkus silverqueen. Seorang anak kecil yang melihat itu menarik baju ibunya dan menunjuk kearah Al. Ibunya yang melihat itu marah dan mengatakan bahwa uang mereka tidak cukup untuk membeli anak itu coklat.

The CatastropheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang