Hello kembali lagi sama aku ><
Happy reading🏮
Langit semakin terlihat cerah dengan kedatangan sang fajar dari arah timur. Pagi hari adalah awal kegiatan semua orang di mulai. Sama halnya dengan Candra Banuantara, laki-laki berusia 26 tahun yang sejak subuh melakukan pekerjaan rumah. Semenjak ditinggalkan oleh sang istri untuk selamanya, dia mulai terbiasa melakukan pekerjaan rumah sendiri.
Setelah selesai memasak dan bersiap-siap untuk bekerja. Kini, Candra berjalan menuju kamar kedua anaknya. Setelah sampai di depan pintu kamar, kini Candra mulai membuka pintu, setelah membuka pintu Candra hanya bisa tersenyum melihat kedua anaknya yang masih setia menutup matanya. Candra berjalan ke arah kasur. Lalu, ia duduk di pinggiran kasur, tangannya kini mengusap pipi anak sulungnya, Gelan Banuantara yang masih berusia 9 tahun.
"Abang, ayo bangun udah jam setengah enam, Abang kan harus sekolah."
Kini Gelan mulai membuka matanya perlahan. Setelah melihat Gelan bangun, Candra tersenyum dan mencium dahi si sulung. Galen tersenyum manis kepada sang ayah, ketika Galen mengumpulkan kesadarannya. Sementara, Candra menggeser posisinya untuk membangunkan si bungsu Dimas Banuantara, umurnya 4 tahun lebih muda dari kakaknya- Gelan.
"Dimas, ayo bangun udah pagi nih. Katanya nggak sabar pengen cepet-cepet sekolah."
Namun, tidak ada respon dari si bungsu. Menyadari si bungsu sedang berpura-pura tidur, kini Candra menatap Gelan sambil mengedipkan satu matanya.
"DIMAS!! KAMU NGOMPOL!" Teriak Gelan dengan nada yang dibuat-buat kaget.
Mendengar teriakkan sang Kaka. Kini, Dimas terperanjat kaget sambil menyingkirkan selimut yang masih menimpa badannya. Dimas meraba-raba tempat yang baru saja ia tiduri. Dimas meraba untuk beberapa kali. namun, tidak ada bagian kasur yang basah. Menyadari dia sedang di kerjai oleh kakaknya, kini Dimas langsung memeluk sang ayah.
"Ayah, Dimas nggak ngompol. Ayah, marahin Abang," rengeknya kepada sang ayah.
"Iya, Dimas nggak ngompol kok, ayah sama Abang sengaja ngerjain Dimas. Biar Dimas biar Dimas cepet bangun, maafin ayah sama Abang ya sudah buat Dimas kaget."
"Iya ayah," ucap Dimas yang masih menahan kantuk.
Melihat Dimas yang masih mengantuk. Candra mengangkat tubuh Dimas ke udara layaknya pesawat kertas mainan. Lalu, mencium puncak kepala si bungsu.
"Selamat pagi jagoan kecil ayah," ucap Candra dengan tangan yang mengusap rambut si bungsu.
"Selamat pagi juga ayah," jawab Dimas sembari turun dari pangkuan sang ayah. Lalu menghampiri Gelan dan langsung memeluknya.
"Selamat pagi Abang."
"Selamat pagi juga dimas," kini Gelan membalas pelukan sang adik. Melihat anak-anaknya yang akur. Candra tersenyum haru melihat anak-anaknya yang kuat tumbuh tanpa seorang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANDELLA
Teen FictionKehilangan orang yang dicintai tentu saja menggoreskan luka yang dalam. Mungkin, orang dewasa pun belum tentu tegar dalam menghadapi kepergian. Lantas, bagaimana dengan dua anak kecil yang harus merasakan kehilangan sang ayah setelah mereka kehilang...