Entah apa yang ada di pikiran El saat ini, bisa-bisanya seorang lelaki tampan sepertinya membentuk puff pastry yang baru kami beli di swalayan tadi dengan berbagai bentuk binatang dan hiasan langit. Apa dia kira kita anak TK yang sedang bermain playdooh?
"Liat, nih! Bonekanya lucu, ya?" Dia menunjukkan 'hasil karyanya' yang berbentuk kepala kelinci. Oh, Tuhan...
"Kamu tuh kayak anak kecil aja tahu, nggak?" balasku.
El tertawa pelan. Apa hanya aku di sini yang merasa bahwa dia terlihat beberapa persen lebih tampan saat seperti itu? Ya ampun, Embun, apa yang kau pikirkan? "Ini lucu, kayak kamu," ucapnya tanpa menoleh.
Aku terhenyak oleh ucapan El. Entah mengapa ada sedikit perasaan senang saat mendengar empat kata yang baru saja terlontar dari mulutnya. Namun buru-buru kutepis perasaan ini. Bisa saja kata lucu yang dimaksud El adalah dalam versi lain. Seperti lucu badut misalnya? Atau lucu dalam maksud lain yang mungkin tidak kumengerti.
"Kok diem?" pertanyaan El membuyarkan berbagai spekulasi yang berkeliaran di kepalaku. Memang sudah berapa lama aku melamun?
"Ah, nggak. Tadi cuma lagi mikirin soal makanan yang jatuh aja. Kan sayang banget, tuh." Aku menerawang pada kejadian beberapa jam lalu, saat aku tak sengaja menjatuhkan kotak makanan berisi hasil praktek hari ini hingga berceceran di tanah. El yang melihat kejadian tersebut langsung murung. Pasalnya, aku sudah berjanji bahwa aku akan memberikan hasil praktekku padanya, hari ini jadwal kelasku untuk membuat aneka olahan dari puff pastry, dan kebetulan itu adalah makanan kesukaan El.
Karena tidak ingin membuatnya kecewa, aku pun mengajaknya ke swalayan untuk membuat makanan yang baru. Namun bedanya, jika di sekolah aku membuat puf pastrynya sendiri dari awal, kali ini aku memilih untuk memakai puf pastry instant yang siap pakai, mengingat lamanya waktu yang dibutuhkan untuk membuat adonan puf pastry secara manual.
Cara membuat puff patry sendiri lumayan rumit. Terigu, margarine, garam, serta air dibuat menjadi adonan pasir. Setelah tercampur rata, barulah ditambah telur hingga menjadi adonan yang kalis. Setelah digulung membentuk adonan memanjang berdiameter kira-kira 1 cm, 1/2 dari adonan tersebut diberi corsvet, lalu ditumpuk oleh 1/2 bagian lainnya, setelah itu digulung dan diratakan kembali. Hal itu diulangi 3-4 kali. Tujuannya adalah untuk menciptakan lapisan pada puff pastry itu sendiri dan harus didiamkan selama beberapa waktu dulu sampai bisa benar-benar digunakan.
"Ngelamun lagi." El menepuk bahuku sambil menggelengkan kepalanya. "Ayo cepet dong bikinnya. Aku udah nggak sabar pengin cepet-cepet makan."
Aku tak menjawab ucapan El, melainkan memilih untuk meneruskan pekerjaanku yang sempat tertunda tadi. Sedikit bicara banyak bekerja lebih baik, bukan?
Kuambil pisau yang tergeletak begitu saja disampingku--posisi kami saat ini lesehan di dapur rumahku--lalu pisau itu kugunakan untuk memotong kulit puff pastry tersebut dengan ukuran sekitar 1x10 cm sebanyak 20 buah. Setengah adonan memanjang tersebut nantinya akan kugunakan untuk dililitkan secara diagonal pada keju cheddar yang telah dipotong membentuk ukuran 1x5 cm, olahan tersebut disebut dengan nama cheese stick. Sedangkan setengahnya lagi akan kugunakan untuk membuat danish pastry. Cara membuatnya cukup mudah, hanya perlu meletakkan beberapa potong kismis atau sukade di atasnya, kemudian di gulung.
Sebenarnya ada beberapa macam olahan lain seperti curry puff dan juga croissant yang kubuat di sekolah. Hanya saja aku memilih untuk membuat dua resep yang paling mudah.
Kuperhatikan El yang masih sibuk berkutat dengan 'hasil karya' lainnya yang entah apa itu--karena dia melarangku untuk melihatnya. Apa yang ingin dia buat? "El, lebih baik kamu bantuin aku bikin olesannya," pintaku. Tak berapa lama kemudian, aku pun meneruskan pekerjaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Kedua
RandomKarna sejak pertemuan di hujan kedua itu, hidupku berubah ...