Wisteria - Haitani Rindou

1.5K 51 1
                                    


❝Berhati - hatilah dengan wisteria. Bukan racun dari bunganya, tapi dari mata wisteria yang mengikutimu.❞
────────────────────────────

TELAPAK tangan Rindou seakan-akan membakar pahamu. Kau pergi bersamanya. Meninggalkan segala sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan, meninggalkan segala sesuatu yang membuatmu berpura-pura. Kau melihat rumah keluargamu dari kaca spion, semakin lama semakin mengecil saat mobil itu melaju. Rasa sesak di dada kau rasakan, pasti karena kau tidak sempat mengucapkan selamat tinggal pada tempat di mana semua yang kau cintai dan benci, yang pada akhirnya kau tinggalkan.

Pria disampingmu menyetir mobil dengan santai, meninggalkan para pengejar sewaan keluargamu yang berada jauh di belakang. Kau merasa bisa melakukan apa saja. Setelah beberapa jam berkendara, mobil berhenti di tempat parkir yang kosong. Dia bersandar, mengambil korek api dari saku jasnya.

"Aku mau merokok." Dia melirik kearahmu.

Kernyitan alisnya yang hampir tak terlihat membuatmu tahu bahwa Rindou meminta izin. Kau menghela napas tak berdaya. "Silakan, aku sudah terbiasa."

Ibu jarinya menjentikkan korek api, memercikkan api sembari menatapmu, menghisap udara dengan rokok di sela-sela bibirnya hingga ujungnya terbakar. "Terbiasa?"

"Kau dan Ran. Dulu." Kau mengangkat bahu dengan malas, lalu bertanya, "apa yang terjadi denganmu dan kakakmu?"

Rindou menghembuskan napas, asap mulai mengepul di dalam mobil. "Karena kau. Kau pergi secara diam - diam dari Bonten. Dariku."

Dia menatapmu dan mematikan rokok di dekat pegangan mobil, tidak peduli dengan bekas yang akan ditinggalkannya. Mata wisteria-nya memandang ke bibirmu dan dia mengangkat tangan untuk mendekap wajahmu, bersamaan dengan itu dia mencondongkan tubuh ke depan.

"Sayangku,"

Dia memegang dagumu, kemudian berkata "daripada diam seperti itu, lakukanlah yang terbaik."

...

Kau dan Rindou pindah ke kursi belakang mobilnya. Kau berbaring menghadap jendela depan dan menggeser tubuhmu untuk menghadap ke arah tubuh Rindou yang berada di atasmu. Dia memulai cumbuan dari mulutmu ke bawah, dagu, lalu menuju leher, mengikuti garis tak terlihat di antara dadamu, lalu membenamkan wajahnya di dalamnya, memberikan sedikit gesekan pada putingmu. Tubuhmu melengkung saat bibirnya membayang di atas pakaianmu dan mencapai perutmu. Kau merasakan dia meraih kedua pergelangan tanganmu. Sambil mengangkat kakimu, kau mencolek pangkal pahanya, menggosok-gosokkan telapak kaki ke tonjolan yang mencolok. Sebuah permainan kecil yang polos-

Klik.

Tanganmu diborgol di punggung. Terkejut, kau menyuarakan kebingunganmu. "Rin, apa yang kamu lakukan?"

Rindou menatapmu sambil melepas jasnya dan mulai membuka kancing kemejanya. Mata lavendernya menggelap dan gundukan di celananya tampak lebih besar.

"Bukankah sudah jelas, sayang?" Suaranya semakin dalam, sedikit melambat. "Aku harus menghukummu karena pergi seenaknya."

Dia meletakkan lututnya di antara pahamu, meraba selangkanganmu saat dia bersandar, tatapan dinginnya menatapmu secara bersamaan membuka kancing kemejanya dengan cara yang disengaja, cukup pelan untuk menggodamu. Dia membuka kancing kemejamu, dan membungkuk sambil melepaskanmu dari pakaianmu. Payudaramu terangkat, putingmu mengeras karena sentuhannya. Rindou meremas payudaramu sedikit terlalu kuat, membuatmu mendesis. Seolah-olah ingin meminta maaf, dia menyelipkan wajahnya di antara kedua payudaramu, bibirnya mengecup daging lembut itu. Pinggiran rambutnya hampir menggelitik kulitmu, tapi rasanya sudah cukup untuk membuatmu merinding.

𝐂𝐎𝐋𝐋𝐈𝐃𝐄 | 𝐁𝐎𝐍𝐓𝐄𝐍 𝐗 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang