✨- Prolog

6 1 0
                                    

Seorang Gadis berlari dengan susah payah, kakinya tergores ranting ranting yang tajam serta bebatuan.

Nafasnya terengah, Kakinya semakin mengeluarkan darah dengan deras. Namun tak menyurutkan niatnya untuk kabur dari jangkauan bajingan sialan itu.

Gadis itu menengok, dia mempercepat larinya saat penjahat bertopeng itu terus mengejarnya.

Langkahnya santai, Dia seolah tidak panik saat mangsanya melarikan diri.

Sang Gadis merasa aman ketika dia melihat batu besar, dia memilih bersembunyi di balik batu.

"Semoga gue aman.." doanya terkabul, penjahat bertopeng itu kehilangan jejaknya.

Merasa aman, Gadis tersebut keluar dari persembunyiannya secara perlahan.

"Mencoba kabur? Enggak bisa." Sang Gadis terpelonjak. Ternyata penjahat bertopeng ini tidak kehilangan jejaknya.

"Gue.. Enggak bakalan bilang ke polisi!" Gadis itu panik saat penjahat bertopeng itu mendekat.

"Gue enggak percaya sama omongan lo, Gralindya Neira." Penjahat itu tersenyum sinis dibalik topengnya.

Iya, Gadis itu Gralindya Neira.

"Gue janji." Ralin memejamkan mata kala penjahat itu menyayat pergelangan tangannya.

"Jaminannya?"

"Lo bisa bunuh gue detik itu juga."

"Alright. Tepati janji lo, Ralin. Jangan sampai lo mati di tangan gue."

Penjahat itu segera melarikan diri kala mendengar suara warga.

Ralin menghembuskan nafasnya lega. Dia melambai kearah warga.

Mereka mulai mendekat dan membawa Ralin keluar dari Hutan yang mencekam.

"Gue.. Bakalan tepatin janji gue." Ralin menatap penjahat yang bersembunyi di balik batu, tempat yang Ralin buat untuk bersembunyi.

"Mbak, Baik baik aja kan?" tanya bapak bapak bertubuh gemuk. Ralin segera mengangguk, dan pergi secepat mungkin setelah mengucapkan terimakasih.

🌷🌷🌷

Ralin kini berdiri di sebuah halte bus. Dia menunggu ojek yang di pesan.

"Lama banget sih!" Ralin mengayunkan kakinya dengan kesal.

Selang lima menit, Silau Lampu motor membuat Ralin menutup mata.

"Atas nama Gralindya Neira?" tanya abang abang ojek itu. Ralin langsung berdiri dan mengangguk.

"Ini sesuai maps ya, mbak." Ralin mengangguk saja. Dia terlalu lelah untuk menanggapi.

Abang ojek itu segera melaju meninggalkan lokasi dengan Ralin di boncengannya.

Ralin mengernyit kala motor yang ditumpanginya berhenti mendadak.

"Kenapa bang?" Ralin bertanya. Abang ojek itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kehabisan bensin, mbak. Maaf ya." Ralin mendengus malas. Dia memutuskan berjalan kaki, Kompleknya masih jauh.

🌷🌷🌷

Ralin kini menyusuri jalanan yang gelap dan semu. Dia menatap sekitar dengan cemas.

Ralin menghentikan langkahnya kala sosok bertubuh tegap menghalangi jalannya.

"Lama tidak berjumpa, Nei."

Ralin membisu, Tubuhnya membatu. Ingin berlari tapi untuk bergerak sedikit saja tidak bisa.

Ralin mengakui. Dirinya benar benar.. Ketakutan. Entah karna apa, padahal lelaki ini tidak melakukan apa apa.

🌷🌷🌷

HAII, GIMANA PROLOGNYA? Maaf kalau kurang nge feel karna ini cerita pertamaku.

Jangan lupa vote & komen ya. Itu buat dukungan karyaku.

Visual Ralin nyusul yaww

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm Here'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang