Adu tua

351 35 8
                                    

Srak! Srak! Srak

Langkah nya mulai berhenti takala melihat salah satu clue nya ada di depan matanya. Terlihat adik ke 3 nya tengah gusrah mencoba mencari-cari suatu hal yang dapat menarik perhatian nya. Di bawah pohon tengah berdiri tegap bak petugas upacara dalam mode istirahat.

Perlahan seulas senyum mulai terukir di bibir nya. Halilintar pun berpeluk tubuh.

"Gempa... ngapain ada di sana?"

"?!"

Mendengar suara sang kakak tertua yang khas, membuat nya sekilas melihat ke depan lalu menunduk kembali.

"Gempa...?"

"Ah anu kak. Ummm... ngak papa,Gempa...-"

"Gempa... "

Halilintar mulai bercekak pinggang mendengar gelagat aneh adik nya.

"Liat? Kakak udah bercekak pinggang lo"

"Aduhh... urm... "
Mendengar nya Gempa mengernyit takut meneguk ludah nya kelat. Jika sudah begitu maka akan ada pertanda malapetaka akan datang.

"Sekarang, kakak tanya baik-baik"

"Gempa...kamu adalah satu-satu nya adik kakak yang paling normal. Dan senormal-normal nya adik kakak hanyalah Gempa.

Jadi... kakak tanya, dimana kakak kedua mu itu berada sekarang?" Halilintar mulai menyipit kan matanya menatap intens pada setiap gelagat adik nya.

"Ah umm..."

"Gempaaa ~"

Gempa tetap saja diam tak berani menjawab.

"Gempa. Kakak ini lebih tua dari mu. Dan kamu tahu kan tidak boleh durhaka dengan orang yang lebih tua? Kalau durhaka nanti dapet do...? sa..."

Gempa langsung tersentak terkejut mendengarnya. Ia ingin menjadi adik yang berbakti dan tak mau mendapat dosa dengan membohongi kakak nya. Ia ingin tetap menjadi anak baik-baik di mata kakak nya.

Lantas, perlahan jari telunjuk nya mulai terangkat ke atas. Menujuk tepat pada dahan pohon yang rimbun di atas nya.

Halilintar yang melihat nya mengerutkan alisnya bingung, lalu ia pun mengikuti kemana pergi nya telunjuk adik nya itu terarah.

Shrek

Sang kakak kedua yang di cari-cari keberadaan nya oleh sang kakak sulung. Oke, bye one dengan Halilintar di pagi hari memang lah kebiasaan Taufan. Sayang sekali, pilihan nya salah mengikut kan anak baik-baik lagikan penurut pada perintah kakak sulung nya itu dalam permainan petak umpet ini.

Melihat saudara biru kesayangan nya tengah 'nongkrong' pada dahan pohon membuat Halilintar mulai mengangkat bibir nya tersenyum.

Taufan hanya mampu terdiam dengan sebuah apel yang ada di mulutnya. Kedua bola matanya by one dulu dengan mata ruby setan itu.

Halilintar mulai mengangkat kerah lengan nya yang memang sejati nya hanya sependek lekukkan lengan. Sehingga menampilkan otot hasil dari permainan petak umpet yang selalu di buat adik biru kesayangan nya.

Ia ingin berjalan menghampiri pohon itu, namun sayang sekali ia harus tertahan takala melihat keberadaan adik ke 3 nya yang masih senantiasa menunduk di bawah pohon.

"Gempa... adik ke tiga ku... bisa kamu tinggalkan kakak dengan kakak kedua mu disini? Kakak ada meeting dengan nya sebentar "

"Urmmm tapi... kak Taufan menyuruhku untuk menunggu disini kak Hali"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

🎬 Dʀᴀᴍᴀ Eʟᴇᴍᴇɴᴛᴀʟ 🎬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang