PRAT O1

296 9 3
                                    


"AMPUN, KAK!"

Jeritan melengking Hanara tak cukup untuk menghentikan Kiro yang sedang kesetanan malam itu. Derai air mata bercampur begitu saja dengan percikan darah yang disebabkan cambukan keras ikat pinggang milik Kiro.

"SAKIT, KAK! TOLONG STOP!"

Untuk yang kesekian kalinya Hanara memohon.

Tetapi bahkan permohonannya itu sama sekali tidak digubris.

Seperti apa yang Yuka katakan waktu itu, sudah satu minggu ini Hanara menjadi samsak tinju bagi Kiro yang butuh pelampiasan. Berbagai macam penyiksaan sudah Hanara cicipi, bahkan rasanya lebih menyakitkan daripada dibully oleh teman-teman sebayanya.

"Bangsat ..."

Dada Kiro naik turun, nafasnya sedikit terengah, dia mengumpat. Mendongak ke atas, menatap kosong langit-langit ruangan ini.

"Bangsat ..."

Sekali lagi, ia mengumpat. Kali ini nadanya berubah lebih jengkel dari sebelumnya. Seolah beban dalam dadanya tak habis-habis juga, meronta-ronta minta dimuntahkan. Padahal dirinya sudah menyiksa Hanara selama hampir satu jam lamanya.

"ARGHH!!"

Kemudian umpatan itu, berubah menjadi teriakan frustasi yang memekakkan telinga.

Kiro muak.

"ANJENG!!"

Muak atas sesuatu.

Brugh!

Lantas ia layangkan tendangan ke leher Hanara sebagai ‘penutup’.

Darah dan lebam kini sudah biasa menghiasi sekujur tubuh Hanara. Gadis itu mulai tidak bisa menggerakkan jari-jemarinya, serta kepalanya terasa ingin pecah.

Ringisan lolos dari bibir Hanara. Perlahan bibir yang pucat dan pecah-pecah itu bertanya lirih, "Sekarang kenapa, Kak?"

Kenapa Kiro menyiksanya lagi?

Atas alasan apa?

Apa penyebabnya?

Kemarin pagi, Hanara disiksa karena Kiro kesal ban mobilnya pecah. Alhasil, dia terlambat datang ke sekolah.

Dua hari yang lalu juga sama. Hanara disiksa karena Kiro gagal PDKT-an dengan orang yang disukainya.

Lalu sekarang apa? Untuk alasan apa Kiro kembali memukulinya dengan brutal?

Walau tak berguna, setidaknya Hanara ingin tahu saja.

"Nanya lagi lo?" Kiro berjongkok di dekat kepala adik angkatnya. Menatap dia dengan sorot jenaka.

"Gue di-DO dari sekolah, anj!" ceplos Kiro seraya menggeretakkan gigi-giginya. Kedua tangannya terkepal penuh amarah.

Kelopak mata Hanara mulai sayu, bibirnya membentuk sebuah garis datar.

Gitu, ya ...

Dalam hatinya ia berbisik.

Dengan sisa-sisa kekuatan dan tenaga yang dimilikinya, Hanara masih coba bangkit. Lengan kurusnya terulur memeluk leher Kiro. Di bahu sang kakak angkat, ia menenggelamkan wajahnya sambil mengulas senyum.

"Kakak ... lagi emosi, ya. Mungkin pelukan Hana kali ini bisa bikin kakak lebih tenang." Gadis itu berharap. Walau ia tahu resiko dari perbuatannya ini.

Bukannya tenang, mata Kiro berkobar penuh amarah. Menggunakan tangan kanannya, ia menarik kerah belakang baju Hanara dan membantingnya hingga terlempar ke tembok.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Poor HanaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang