Rasa mual dan ingin muntah yang dirasakan rose membuat gadis itu terbangun dari pingsannya dengan sekali hentakan rose bangun dengan segera berlari ke arah wastafel memuntahkan segala isi perutnya.Setelah merasa cukup mualnya hilang dengan cepat ia membasuh wajahnya dengan air kran.
Ia berdiri mematung menatap pantulan dirinya yang menyedihkan di cermin, Untuk kali ini entah kenapa rose enggan untuk menangis, bahkan ekspresinya wajahnya sudah berubah menjadi dingin, hampa dan putus asa.
Ia cukup lelah,merengek, menangis,berteriak, sudah cukup rose melakukan itu namun usahanya sia-sia, nyatanya ia malah kembali lagi ketempat laknat ini, padahal kemarin tinggal beberapa langkah lagi ia berhasil keluar.
"Akh!"
Ia torehkan kepalanya kebawah dimana kaki sudah terbungkus dengan kain kasa, gadis itu meringis karena kini cairan merah keluar dari kain kasa tersebut.
Dengan langkah tertatih-tatih rose kembali berjalan ke arah kasur dan mendudukan diri disana,tangannya meraih P3K disisi ranjang, dengan gerakan pelan ia membuka kain yang sudah dilumuri darah. Ia sedikit terkesiap saat melihat luka yang cukup menganga di telapak kakinya.
Dengan lihay rose meraih kapas yang sudah ia cucurkan alkohol dengan pelan rose meletakan alkohol itu dengan raut wajah yang meringis hebat menahan sakit.
Sungguh rasanya sakit sekali.
Seakan tidak ingin lama merasakan sakitnya, rose bergegas menyelesaikan kegiatannya dibarengi ringisan yang keluar dari bibir kecilnya setelah selesai rose menyandarkan punggungnya sesaat di sandaran ranjang, sebelum akhirnya memutuskan mendekat ke arah jendela, keluar menuju balkon.
Matanya terpejam saat menghirup udara pagi yang masih segar. Saat membuka mata nya kembali dirinya terkejut mendapati pemuda bermata hitam legam yang tengah menatapnya juga, raut wajah rose berubah menjadi datar dan dingin, sedangkan pemuda yang tengah menatap dibawah sana hanya menyungging senyuman tipis.
Rose tidak perduli, ia lebih memilih masuk kedalam kamarnya mengabaikan tatapan pemuda dibawah sana, entah kenapa dada nya terasa sesak tiba-tiba, menghela nafas dalam, dirinya harus tenang dan fokus pada tujuannya. Ya kali ini rose sudah memutuskan akan membalas dendam.
"Aku harus sabar" gumamnya pelan,
Tak lama pintu kamar rose terbuka menampikan wajah ryujin dari balik pintu dengan membawa sarapan ditangannya.
"Eon-" panggil ryujin pada rose, tapi rose hanya diam membisu.
Ryujin berjalan ke arah rose terkejut melihat rose menangis dalam diam.
"Pasti sakit sekali ya" Gumam ryujin sambil berjongkok mengelus pelan kaki rose yang dibalut perban,.
Rose memandangi ryujin dibawah kakinya "Ryu"