Reynov semakin berada di bawah radar pengawasan Robby. Aset terbaiknya itu tidak boleh lepas. Maka, ia suruh Erik mencelakai Amara untuk mengancam Reynov. Lalu, pukul 21.00 malam Amara pulang dari kafe dengan Lala. Di saat yang sama, Erik mulai menjalankan siasat perangnya.
Erik langsung tancap gas, menabrak Amara dan Lala. Amara bisa menghindar, tapi tidak dengan Lala. Lala terpental dan jatuh menghantam aspal dengan suara keras. Amara berteriak kaget. Mendengar ada suara tabrakan keras dan jeritan Amara, Reynov keluar. Ia lihat Lala sudah terkulai dengan darah mengalir di sana-sini. Di saat itulah Erik kabur, dan Reynov hafal betul jika itu mobil Erik.
*****
Bersama Amara, Reynov membawa Lala ke rumah sakit. Mereka menunggu operasi yang langsung dilakukan saat itu juga. Hingga akhirnya pada pukul 2 pagi, dokter menyatakan kondisi Lala stabil.
Amara bernapas lega. "Lala udah stabil. Keluarganya juga udah dateng." Ia keluar dari kamar rawat inap Lala. "Kita bisa pulang sekarang."
Di dalam ruangan, ibunya Lala tampak menangis. Melihat orang lain yang tak berkaitan ikut menjadi korban, Reynov jadi merasa bersalah. Itulah kenapa ia tanggung semua biaya rumah sakit Lala. Semoga bisa mengurangi sedikit beban.
"Hampir jam dua pagi. Saya antar kamu pulang, ya," kata Reynov pada Amara.
Di mobil, Reynov tidak banyak bicara. Ia hanya diam menyetir. Lelah.
"Thanks ya udah bawa Lala ke rumah sakit dan nanggung semua biayanya," kata Amara.
"No problem."
Amara mengamati Reynov yang menyetir. Kenapa Reynov bisa sebaik ini kepadanya dan Lala? Apa semata-mata karena rasa kemanusiaan? Entahlah. Amara tidak tahu. Ia lalu tertarik pada foto grup militer yang tergantung di dalam mobil.
"Ini foto siapa?" Amara memegang foto itu. Dari dulu ia penasaran tiap kali naik mobil Reynov, tapi ia selalu lupa bertanya. Ia amati foto berisi lima orang itu, dan orang paling tinggi di foto itu ditulisi kata Ayah dan diberi nama Rudi Setyawan.
"Itu foto Papah." Reynov baru sadar jika Amara adalah orang asing pertama yang naik mobilnya. Ia seharusnya menyingkirkan foto itu dari mobil, tapi ia lupa.
"Jadi Papah kamu dulunya anggota militer?"
"Iya. Terus pensiun dini karena alasan kesehatan dan mau ngurus bisnis."
"Oh.." Amara mengangguk-angguk. "Wah... jangan-jangan dulu ayah kita saling kenal?"
Reynov diam saja. Ayah kamu yang membunuh ayah saya! batinnya miris.
Amara masih mengamati foto itu. "Eh... tapi bukannya papah kamu, Pak Robby, yang ini, ya? Kok yang ditulisin ayah malah orang ini? Rudi Setyawan?"
"Emm... itu papah saya, kok. Pak Robby. Itu foto lama. Jadi kurang jelas wajahnya," kilah Reynov. Yang ia tulisi ayah memang foto ayah kandungnya, bukan foto Robby.
"Masa, sih?" Amara masih yakin orang yang Reynov tandai dengan kata ayah itu bukanlah Robby laki-laki yang pernah ke kafe dan memukuli Reynov. "Terus, di sini kamu nulisnya ayah. Tapi, kok sekarang manggilnya papah?"
Amara terus bertanya. Reynov lupa Amara itu orang yang cukup kritis. Bahkan di jam dua pagi seperti ini.
"Nggak tahu. Mungkin saya kelamaan di Amerika. Jadi berubah manggil papah," jawab Reynov asal. Ia sudah lelah.
"Hmm... Ayah kamu baik banget, ya, mau nguliahin kamu ke Amerika."
Reynov mendongkol dalam hati. Hubungannya dengan Robby murni sebatas bos dan prajurit saja. Robby mengangkat Reynov sebagai anak supaya Robby bisa tampak seperti orang normal saja. Supaya kalau datang ke pesta bisnis, ia bisa membanggakan anaknya kepada koleganya, sekaligus mencari klien. Pesta hanyalah lahan marketing Robby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiasco Kafe (END lengkap)
Teen FictionAmara, mahasiswi drop out yang sekarang menjadi barista di Fiasco Kafe. Ia senang bisa bekerja di sana. Tapi, Reynov si pemilik Kafe mulai mencurigai Amara karena Amara bisa berbahasa Belanda, tahu nama senjata, dan tahu hal-hal medis. Siapa Amara...