Pagi ini Reva mendapatkan pesan yang cukup mengejutkan dari salah satu sahabatnya, pesan yang cukup membuat mood Reva menjadi hancur dan juga dada Reva menjadi sesak sedari menerima pesan itu.
Saat pelajaran ia menjadi tidak fokus mendengarkan. Malah sibuk memainkan ponselnya karena chat dari sahabatnya itu sangat mengganggu. Entah sudah berapa kali ia mengecek kembali isi pesan itu, memastikan apakah yang ia lihat itu benar adanya. Dan setiap ia melihat lagi foto itu, rasanya hatinya ditebas samurai yang tajam.
Dan kini pada jam istirahat sekolahnya Reva sudah tidak bisa menunggu lagi, ia harus meluruskan semuanya dan menyelesaikannya. Membuat ia sekarang berjalan cepat, dengan nafasnya berderu kencang karena rasanya emosinya kini sudah ada di puncak.
Hari ini lagi-lagi kepercayaannya dihancurkan oleh kekasihnya sendiri.
"Maksud kamu apa shel?" Tanya Reva dengan cepat saat berpapasan dengan Ashel dan teman-temannya di lorong sekolah.
"Hah kamu kenapa deh rev?" Ashel bingung melihat Reva yang tiba-tiba datang dengan kondisi yang terbakar emosi.
"Kamu kenapa tega sama aku? Kenapa kamu main belakang shel? Sama sahabat aku lagi.. kalo kamu emang bosen sama hubungan kita, ngomong aja" Reva bicara dengan nada tinggi, sedangkan matanya menyorotkan kekecewaan.
Mendengar itu bibir Ashel kelu, tubuhnya kaku karena akhirnya rahasianya terbongkar. Tapi ia belum ingin hubungan ini berakhir, membuat ia berpikir keras untuk mengelak.
"Aku nggak ngerti maksud kamu apa? Kamu salah paham" Ashel mencoba meraih tangan Reva tapi ditepis begitu saja karena kali ini Ashel sudah di luar batas dan Reva tidak bisa lagi memaafkannya.
"Aku salah paham? Kalo gitu coba kamu jelasin ini apa?" Reva tertawa getir lalu menunjukkan hpnya kepada Ashel membuat kini gadis itu tidak lagi bisa mengelak.
Hp itu menunjukkan foto Ashel yang sedang berciuman dengan salah satu sahabat Reva, Zefanya. Foto yang diambil secara diam-diam di tempat remang-remang yang memang biasa Reva dan para sahabatnya kunjungi.
"Lo lupa atau bodoh shel, setidaknya kalau selingkuh mainnya yang jauh, jangan di basecamp gua, tempat yang gue sama temen-temen gue datengin" Reva berucap.
Ashel hanya diam, ia merutuki kebodohannya sendiri. Tidak tau mau menjawab apa, karena sekarang bohong pun sudah percuma.
Ashel juga malu, pertengkarannya dengan Reva kini menjadi tontonan. Banyak mata tertuju ke arah mereka dan rasanya Ashel ingin pergi dari sana sekarang juga. Tapi badannya terlalu kaku untuk itu, ia hanya bisa menatap mata Reva dengan tatapan memohon.
Melihat tatapan Ashel yang hanya terdiam kaku, Reva pun kembali membuka suaranya, "Lo kira cuman lo yang bisa?" Ucapnya lantas berjalan menuju salah satu sahabat Ashel, membuat mata Ashel kini mengikuti kemana Reva berjalan.
Dan kini Reva sudah berada di depan salah satu sahabat Ashel, lantas menipiskan jarak dan ia pun merengkuh wajah gadis itu lalu mendaratkan bibirnya ke bibir kenyal milik sahabat kekasihnya. Tindakan gila karena emosi.
Ashel dan yang lainnya sangat terkejut dengan tindakan yang Reva perbuat. Melihat itu rasanya hati Ashel sangat sakit dan terasa panas apalagi kini Reva dan sahabatnya memperdalam ciuman itu.
"REVAA.. LUNA KALIAN NGAPAIN" panggil guru yang datang tiba-tiba, membuat aksi kedua insan itu terhenti.
"KALIAN IKUT SAYA KE RUANG BK SEKARANG" perintah guru itu, lantas berjalan mendahului, membelah kerumunan yang ada.
Sedangkan Reva kini dapat melihat wajah terkejut Luna, sahabat Ashel yang menjadi partnernya tadi. Ia pun lantas menggenggam tangan Luna dan menariknya pergi menuju ruang BK seperti perintah gurunya, tapi sebelum itu Reva memberikan senyuman miring kepada Ashel.
"Mulai sekarang lo sama gue nggak ada apa apa" ucapnya sebelum benar-benar pergi, meninggalkan Ashel yang masih memproses semua kejadian yang baru saja terjadi.
•••
Kepala Luna sibuk mencerna semua kejadian yang baru saja terjadi, sampai-sampai ia tidak sadar kini sudah berada di depan ruang bk sekolahnya, ruangan yang paling Luna hindari.
Lalu ketika ia tersadar ia pun lantas menepis tangan yang sedari tadi menariknya. "Lo gila rev" ucapnya kepada gadis yang lebih tinggi darinya itu.
Mendengar itu Reva pun menghentikan langkahnya, kemudian membalikkan tubuhnya menghadap sahabat mantannya itu.
Kini mata mereka bertemu, ada tatapan kekecewaan yang Reva dapat dari sorot mata Luna kepadanya. Membuat ia merasa bersalah.
"Kenapa harus gue anjir?" Tanya Luna kepada Reva, membuat Reva sendiri bingung harus menjawab apa.
"Sorry" Ucap Reva lembut sambil meraih tangan Luna.
"Diantara teman Ashel yang lain lo doang yang deket sama gue Lun" Reva kembali bicara dengan nada yang sama..
"ANJINGG..." serapah yang keluar dari mulut Luna, cukup kencang sampai sampai kini guru BK itu sedang melihat keluar jendela dan itu membuat Luna kembali sadar kalau ia tidak mungkin meneruskan perdebatan ini sekarang.
"Pokoknya abis ini lo jelasin ke gue yang bener, kita masuk dulu kesana" kini Luna yang menarik Reva, membuat kini keduanya berjalan masuk beriringan menuju ruangan itu.
•••
Di dalam ruangan BK itu, keduanya tentu saja mendapatkan omelan karena melanggar adab, lalu diberi nasehat panjang dan penjelasan ulang mengenai visi misi dan aturan yang berlaku di sekolah. Mereka juga mendapatkan hukuman berupa skorsing selama sehari, lalu dapat bonus juga surat peringatan yang akan diberikan langsung ke kedua orang tua mereka.
Dan itu tentu saja membuat Luna frustasi, tapi semuanya hanya dapat mereka terima dalam diam, karena keduanya sadar betul kalau itu kesalahan mereka dan mereka harus menerima konsekuensinya. Eh tidak.. ini semua salah Reva tapi Luna harus ikut menerima konsekuensinya.
Setelah hampir 30 menit mendapatkan siraman nasihat di ruang BK, Luna dan Reva akhirnya dapat keluar juga dari ruangan itu. Membuat kini Luna menghembuskan nafas kasar.
"Gila.. kalo gue harus denger ocehan dia 5 menit lagi, kayaknya balik sekolah gue harus ke THT deh" ucap Reva hiperbola, membuat Luna yang mendengarnya memutar bola matanya malas.
"Ini semua juga gara-gara kelakuan gila lo ya.. jadi gue keseret segala" Luna bicara sambil berjalan menuju kantin, diikuti oleh Reva.
"Sorry lun.. tapi sebenernya lo suka juga kan gue cium" ucap Reva berbisik tepat di telinga Luna, lalu ia pun langsung berlari meninggalkan Luna dengan wajah yang sudah memerah.
"REVAA ANJINGG" Luna berteriak, sedangkan Reva tertawa mendengarnya.
•••
Haiii.. balik lagi dengan cerita Muthe-Adel dengan Universe berbeda!
Aku harap kalian suka ya!
Aku masih banyak kekurangan dalam menulis, jadi tolong saran dan juga masukannya semuaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
After Rain
Ficção AdolescenteSetelah hujan ini berhenti, apakah kamu masih memilih ku?