"Habis ini, hyung harus ikut pulang ke rumah aku. Oke?"Haechan menaikkan alisnya. Belum paham apa yang Jisung maksud.
Melihat seniornya diam, Jisung lantas menjelaskan "Aku mau ngajak hyung buat main ke rumah"
"Ohh...
Hah? buat apa?" tanya Haechan semakin bingung.
Selesai makan dan berdiam diri sejenak. Mereka pun melanjutkan untuk jalan-jalan.
"Aku kan udah bilang di awal kalau punya permintaan... permintaan kecil sih" ujar Jisung dengan senyumannya tak hilang sejak selesai makan tadi.
Ah, tidak- sepertinya sejak mereka bertemu pun Jisung selalu tersenyum.
"Itu permintaan kamu?" tanya Haechan untuk memastikan.
Jisung mengangguk.
"Aku sendirian di rumah. Kalo hyung mau main bentar aku bakal seneng banget. Hyung nggak nolak kan?"
Haechan menggeleng "Nggak"
"Nggak? berarti hyung mau?"
"Iya, Park Jisung. Hari sibuk bisa di tunda sebentar, tapi kalo main sama kamu sampe malem gini gak akan ada kesempatan dua kali, kan?" jelas Haechan. Menatap ke depan. Masih banyak orang yang beraktivitas rupanya.
©
Begitu sampai di rumah Jisung. Haechan tidak terkejut sama sekali. Walau ini baru pertama kalinya ia datang kemari.
Seperti rumah pada umumnya. Bukan kost kost an sempit yang ia tinggali sekarang.
Untuk ukuran anak rantau, Jisung benar benar anak dari orang tua yang memiliki harta melimpah.
"Ayo masuk hyung.. maaf masih berantakan"
Haechan mengangguk.
Semua tertata dengan rapi. Hanya bagian berantakan itu berada di sofa yang terdapat gumpalan selimut dan bantal bantal.
'Ini yang dia maksud berantakan? terus sebutan buat kamar kapal pecah kaya kamar aku apaan?' batin Haechan miris.
Jisung mempersilahkan Haechan untuk duduk sedangkan ia mengambil minuman kaleng di lemari pendingin.
"Nyaman ya rumah kamu"
"Makasih Haechan hyung.."
Meletakkan beberapa minuman kaleng di meja. Kemudian duduk di samping seniornya.
"Kalo tau kesepian, kenapa gak pindah lagi aja ke rumah dulu? kan gak jauh jauh amat sama sekolah kamu juga" mula mulanya. Untuk menghalau rasa canggung yang entah kenapa tiba-tiba datang.
Jisung mengambil dua minuman dan menyerahkan satu pada Haechan.
"Orang tua ku tuh sibuk kerja. Jadi percuma mau aku di sini atau di sana. Tetap saja aku hidup kaya gini"
Ctak
Ctek
Ctak
Jisung menatap seniornya yang terlihat kesusahan membuka kaleng. Hal tersebut cukup menggelitik sampai ia tertawa geli dengan hal kecil tersebut. "Sini, biar aku yang buka"
Ctas!
"Makasih"
Jisung mengangguk.
Melihat seniornya mulai meneguk minuman, Jisung pun mengikutinya.
Masih menatap bagaimana bisa Haechan se indah ini di matanya.
"Wah~ beneran enak! aku baru coba yang rasa ini... kirain terlalu nyegrak. Ternyata nggak strong banget" ucap Haechan karena merasa segar sesuatu yang dingin mengalir di tenggorokan nya kemudian tertawa di akhir.