02

18 0 0
                                    

   Di malam hari yang dingin berselimut kan miliaran bintang-bintang yang terang nan menawan.

seorang anak kecil dengan pakaian lusuh, tengah termenung di bawah pohon di pinggiran jalan.

" Bunda... Fares mau ikut. Kenapa hanya Fares yang tidak ikut bunda? Apa bunda benci sama Fares?"

ia mendongakkan kepalanya saat air matanya akan kembali meluruh untuk kesekian kalinya.

Hancur, semuanya hancur dalam satu malam, anak kecil yang baru saja merasakan kebahagiaan karena, mendapatkan keluarga yang mau mengadopsinya.

tiba-tiba saja mendengar kabar bahwa rumahnya, panti asuhan Bintang harapan, telah di telan kobaran api hingga tidak ada seorangpun yang selamat.

Sungguh, demi apapun, ia rela berlari tanpa alas, kehujanan, bahkan kelaparan.

demi dapat menyaksikan dengan mata kepalanya sendir,i keadaan orang yang sangat berharga, dalam hidupnya.

Malaikatnya, pahlawannya, dunianya, sang bunda, nyatanya telah berpulang membawa anak-anak, yang ia rawat.

" Bunda, dunia jahat sekali. Fares sakit bunda, semuanya sakit. Tolong peluk Fares..." ia terisak dalam kegelapan malam di telan kesunyian.

𝘛𝘪𝘯 𝘛𝘪𝘯 𝘛𝘪𝘯

Suara kelakson mobil di sampingnya membuat anak itu terkejut bukan main, pasalnya mobil itu terlihat sangat mewah, dengan seorang anak kecil yang turun dari mobil itu.

" Hei, apa kamu kabur dari rumah lagi? Tidak baik anak kecil berada di luar malam-malam begini, You could get sick"

ia menarik lengan Fares dan menyeret anak itu untuk masuk kedalam mobil.

Helaan nafas lelah terdengar dari anak yang memakai setelan pakaian mewah nan rapih.

" kakak kan sudah bilang, jangan kabur kalau tidak suka dengan pelajaran yang di berikan oleh daddy, because you are the diamond daddy, kamu mengerti Andra?"

anak itu tampak fokus pada Ipad yang berada di pangkuannya.

" Huh? Kamu siapa? Andra itu siapa?" Fares kembali menjauhkan tubuhnya dengan trauma, yang kembali menghampiri nya.

Anak itu menyerengit bingung dengan jawaban adiknya.

Tunggu dulu, jika anak itu memang bukan adiknya, Andra, maka dia adalah anak yang mommynya titipkan, sebelum hembusan nafas terakhir.

Dengan cepat anak itu menoleh dan memperhatikan baik-baik wajah anak itu.

terlihat lebih lugu dan polos terutama bagian mata yang berwarna coklat hazel, persis seperti mommynya.

Tanpa basa-basi ia memeluk erat anak itu dan membiarkan IPadnya terjatuh.

" Adikku, kamu adikku. my mommy gem, Oh my god, I managed to find you my brother. I'm so realy happy"

" Ha? Fares gak ngerti, kamu ngomong apa?"

" No, it's not important. Intinya kamu adikku" iya tersenyum lebar hingga matanya membentuk bulan sabit, yang sangat menawan.

" Tapi Fares gak punya saudara, saudara Fares udah gak ada di makan api" ucapnya lirih.

" WHAT?!! Apa maksudmu! Kami masih hidup, dan kamu mengatakan kami telah mati?"

" Hei Auriville tidak akan mati hanya karena terjebak dalam kobaran api!!!" ia tidak sadar telah membentak Fares karena terlampau emosi.

Fares yang terkejut pun dengan reflek meringkuk sembari melindungi kepalanya menggunakan tangannya.

Melihat itu, Ashanka, anak tadi pun merasa bersalah, ia menjulurkan tangannya ragu ragu hanya untuk menepuk bahu kecil adiknya

" Hei? Aku tidak akan melukaimu, maaf"

Fares meringis karena, rasa ngilu di bahunya kembali datang. Ashanka yang melihat itupun melepas baju yang di kenakan oleh adiknya.

Betapa terkejut nya ia, ketika melihat seluruh tubuh adiknya dipenuhi oleh luka, baik yang basah maupun yang mengering.

Mengepalkan tangannya dengan kuat ia pun memejamkan matanya berusaha meredam amarah yang bergejolak

" Aku bertanya padamu, dan tolong jawab dengan jujur, siapakah orang yang telah melukaimu wahai adikku?"

Fares terdiam seribu bahasa, bibirnya seakan terkunci rapat tanpa ingin menjawabnya.

Perasaan takut, ragu dan bimbang menjadi satu dalam benaknya.

Ia menatap kakanya dengan pandangan yang sulit di artikan.

Luka yang ada di tubuhnya memang tidak sebanding dengan luka di hatinya, yang terlanjur menganga lebar.

Perjalanan mereka berlangsung hening tanpa ada yang memulai percakapan.

Fares yang memepetkan tubuhnya pada pintu mobil, dan Ashanka yang sibuk dengan iPadnya, membuat suasana canggung, terasa begitu nyata.

Pemandangan kota di malam hari mampu membuat Fares teringat masalalunya. di pandangnya, 𝘵𝘦𝘮𝘢𝘳𝘢𝘮 lampu lampu, jalanan.

Taman yang selalu ia, dan anak-anak panti kunjungi setiap sebulan sekali, kini terlihat sunyi tanpa ada anak yang bermain di dalamnya.

halte bus tempat biasa ia,dan yang lain kunjungi setiap minggu untuk berbelanja, kini sepi tanpa ada kehidupan.

Entah kapan ini akan berlalu, yang pasti Fares hanya berharap kali ini, ia dapat merasakan hangatnya, sesuatu yang selalu di sebut sebagai, 𝘒𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LenteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang